Melawan Lupa; Penculikan dan Pembunuhan Theys H. Eluay oleh Kopassus Bermotif Politik (Bagian IV)

0
3598

Pada 10 November 2001, tepatnya 13 tahun yang lalu, Pemimpin Besar Bangsa Papua Barat, Dortheys Hiyo Eluay, ditemukan tewas dalam mobilnya di Kilo Meter 9, Koya, Muara Tami, Jayapura. Belakangan diketahui, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) telah menculik dan membunuhnya. Dibawah ini laporan bagian keempat.

Oleh: Elsham Papua*

Situasi setelah peristiwa 10 November 2001

Seminggu setelah pemakaman Theys (17/11/2001), Thaha Alhamid (48), Sekjen Presidium Dewan Papua (PDP) diancam dibunuh oleh seorang penelpon gelap yang mengirim pesan melalui Handphone.

Penelepon gelap itu melakukan aksinya pada Rabu (27/11/2001) malam dengan mengirim pesan singkat dalam gaya bahasa Papua yang berbunyi: “kaka Taha ko siap-siap sudah untuk susul bapak Theys” (kakak Taha kamu siap-siap untuk susul bapak Theys).

ads

Thaha membaca pesan teror itu pada pukul 21.30 WIT, sedangkan posisi waktu penelepon saat terekam di Handphone Thaha Alhamid menunjukan pukul 19.24 WIB (waktu Papua 21.24 WIT), tercantum nomor HP 0815-1649058.

Hal yang sama juga dialami oleh Boy Eluay (35), putra sulung almarhum Theys Hiyo Eluay, Ketua Presidium Dewan Papua (PDP). Kepada ESL-HAM Papua, Boy mengaku mendapat ancaman melalui telepon gelap. Penelepon gelap itu sudah beberapa kali melakukan aksinya.

Boy merasa tidak nyaman karena terus diteror, dia melaporkannya ke ELS-HAM pada Selasa, 4 Desember 2001 ketika Boy menerima SMS dari penelepon yang sama.

Pesan itu berbunyi: “Boy, you kasih keterangan baik-baik. Kau harus membantu Polisi karena kita juga pihak yang membantu keluarga. Nama-nama yang bunuh Bapak (maksudnya Theys Hiyo Eluay) sudah kami terima”.

Boy membaca pesan teror itu pada pukul 19.00 WIT, dan nomor Handphone yang terekam tercantum nomor HP 08124801124. Usai menerima telepon ancaman itu, Boy Eluay menghubungi beberapa kenalannya untuk mengindentifikasi pemilik nomor HP tersebut.

Setelah dicek, ternyata nomor HP 08124801124 itu milik Kapten Polisi Arif Basra (Polda Papua). Kini Boy Eluay dikawal ketat oleh beberapa anggota Satgas Papua, sedangkan Satgas Koteka untuk menjaga keamanan sekitar rumah Boy Eluay yang beralamat di perumahan BTN Pos 7, Sentani.

Dua hari setelah pemakaman almarhum Theys, Senin, 19 November 2001 pukul 11.10, ELS-HAM Papua menerima telepon dari Kapolres AKB Pol. Drs. Daud DJ Sihombing, SH. Beliau mengatakan, dirinya ingin mengundang pihak ELS-HAM Papua guna membicarakan kasus misteri kematian Theys Hiyo Eluay.

Menurut Kapolres, dirinya tidak mau berbicara lama ditelepon karena baik telepon biasa ataupun Handphone semuanya disadap. Karena itu, disepakati pertemuan tertutup di kantor ELS-HAM Papua, Jalan Kampus, ISTP Padang Bulan.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Kemudian pada hari yang sama pukul 21.35, ELS-HAM Papua menerima telepon dari Komisaris Polisi Boy Rafly, Kabag Serse Polda Papua. Tujuannya sama dengan Kapolres, ingin membicarakan misteri kematian Theys Hiyo Eluay.

Pertemuan dengan Komisaris Polisi Boy Rafly, disepakati pukul 14.00 dan pukul 16.00 dengan Kapolres Jayapura. Dalam pertemuan itu, Boy Rafly menyampaikan usulan Kapolda Papua Irjen Drs. Made Mangku Pastika yang memohon kepada ELS-HAM agar mengamankan para saksi pembunuhan Theys.

Dan mereka (pihak Polisi) tentunya akan mem-back up. Beliau juga mengatakan bahwa para saksi yang berada di tahanan saat sekarang ini sudah dimintai keterangan. Mereka (polisi) membutuhkan kerjasama dengan pimpinan di ELS-HAM Papua guna membicarakan perlindungan bagi para saksi.

Sedangkan Kapolres Jayapura Drs. Daud Sihombing, SH menyatakan dari keterangan saksi kepada pihak polisi bahwa saksi menyatakan mereka pernah dipanggil oleh pihak Satgas Tribuana, Kopassus entah untuk kepentingan apa.

Tetapi para saksi tidak memenuhi panggilan tersebut, sehingga para saksi itu merasa takut. Sebaiknya saksi datang ke sana (Markas Satgas Tribuana) jangan satu orang, tetapi lebih dari satu supaya saksi tidak menjadi takut tentang apa yang diucapkan dan ekspresi mereka (pihak yang memanggil) apabila saksi dibentak dan diancam dibunuh oleh mereka.

Maka dibuatlah indikasi dan memperkuat indikasi-indikasi yang sudah ada kalau bukan mereka yang melakukan mereka kan tidak mungkin mengancam, kan logikanya begitu? Ini tujuan saya yang pertama datang kesini, kata Kapolres. Yang kedua, bagaimana kita mengamankan saksi ini.

Kalau kita menangani secara langsung mungkin akan menjadi perhatian masyarakat dan Kapolres menawarkan kepada ELSHAM untuk menangani dan melindungi para saksi dan akan dibantu oleh Pihak Polres membackup dengan keamanan juga bantuan makanan.

Dalam pertemuan itu juga, Kapolres menyatakan bahwa penyelidikan kasus pembunuhan Theys Hiyo Eluay akan diumumkan dalam jangka waktu satu minggu ini.

Atas permintaan kerjasama tersebut, pihak ELS-HAM Papua melayangkan surat secara resmi kepada Kapolda, yang intinya menyatakan terima kasih atas koordinasi dari pihak Kepolisian di Papua.

Pada prinsipnya perlindungan bagi para saksi menjadi perhatian kita bersama, tetapi ELS-HAM Papua sebagai lembaga independen tidak bersedia kerja sama dengan pihak Polisi dalam hal pengamanan bagi para saksi.

Baca Juga:  Politik Praktis dan Potensi Fragmentasi Relasi Sosial di Paniai

Karena secara hukum, perlindungan para saksi merupakan tanggungjawab dan kewajiban aparat kepolisian. ELS-HAM Papua tetap melakukan investigasi sebagai lembaga formal yang bergerak di bidang Hak Asasi Manusia di tanah Papua, pihak polisi berkewajiban melindungi para saksi.

Satu minggu setelah kematian Theys Hiyo Eluay, Made Mangku Pastika (Kapolda Papua) menyatakan bahwa penculikan dan pembunuhan Theys Hiyo Eluay dilakukan oleh tiga kelompok, yakni kelompok penggagas, perencana, dan kelompok eksekutor. Bisa jadi, masing-masing kelompok tidak saling tahu, tetapi mempunyai tujuan dan misi yang sama.

Begitu juga tentang keberadaan Aristoteles Masoka, sopir Theys sebagai saksi kunci berkembang cerita yang beragam. Sebelumnya pihak kepolisian menyatakan Aristoles merupakan saksi kunci membuka tabir tewasnya Theys Hiyo Eluay.

Namun, pada 4 Desember 2001 dalam rapat koordinasi dengan Mengkopolkam di Jakarta, Kapolda Papua, Made Mangku Pastika menyatakan bahwa posisi Aristoles (sopir almarhum Theys) terindentifikasi masih hidup dan sedang menyeberang ke PNG.

Selain itu, diantara masing-masing anggota Presidium Dewan Papua (PDP) tidak tahu persis di mana posisi Aristoles, sopir alamarhum Theys itu.

Temuan ELS-HAM Papua

Sebagaimana diuraikan diatas, bahwa lahirnya dokumen Depdagri yang sangat rahasia itu dan Operasi Sadar Matoa yang digelar oleh Polda Papua menunjukkan bagaimana peranan Presiden Megawati Soekarnoputri (yang saat itu sebagai Wakil Presiden RI) memberikan kontribusi yang sangat besar bagi jatuhnya korban warga sipil di tanah Papua akhir-akhir ini.

Theys Hiyo Eluay merupakan “puncak” dari kebijakan Megawati untuk memberantas apa yang mereka sebut separatisme di Papua, bahkan di Aceh.

Oleh karena kebijakan Depdagri dan Kepolisian Papua itu merupakan bagian dari kebijakan negara secara keseluruhan, pemerintahan Presiden Megawati segera bertanggungjawab atas penculikan dan pembunuhan Theys Hiyo Eluay.

Dua dokumen sebagaimana diuraikan diatas menunjukkan adanya unsur sistematis, yakni memperlihatkan tindakan yang terorganisir dan mengikuti pola yang berulang, sehingga ada alasan kuat untuk meminta pihak internasional membentuk tim independen terlibat dalam investigasi penculikan dan pembunuhan Theys Hiyo Eluay.

Berdasarkan pengalaman selama ini pemerintah, dan aparat penegak hukum Indonesia merupakan bagian dari tindakan terorganisir tersebut. Apalagi Komnas HAM, diragukan independensinya ketika berhadapan dengan kasus-kasus pelanggaran HAM yang melibatkan TNI.

Hasil investigasi Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (ELS-HAM) Papua dalam kaitannya dengan penculikan dan pembunuhan Theys Hiyo Eluay, menemukan beberapa fakta.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

Pada malam 10 November 2001, Theys Hiyo Eluay diculik dan dibunuh sesudah menghadiri resepsi yang diselenggarakan oleh Satgas Tribuana Kopassus.

Untuk menghadiri acara resepsi itu tidak hanya Theys Hiyo Eluay saja yang diundang, tetapi juga beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP), seperti Thaha Alhamid, Willy Mandowen, dan Pdt. Herman Awom.

Tetapi, mereka ini menolak hadir kecuali Theys, karena Kol. Inf, Hartomo (Komandan Kopassus Tribuana) datang sendiri menjemput di rumah pada Sabtu, 10 November 2001 sekitar pukul 10.30 WIT dengan membawa kado Natal buat Theys yang berisi baju Kemeja Putih Lengan Panjang.

Selain itu, menurut hasil otopsi dokter dari Lembaga Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia No. 200/IBS/SB/2001 tertanggal 14 November 2001 menyatakan bahwa kematian Theys Hiyo Eluay tidak wajar dicurigai oleh karena pencekikan/pembengkakan.

Begitu juga dari keterangan para saksi, sopir Theys Aristoles Masoka (saksi kunci) berada di tangan Kopassus, bahkan menurut hasil penyelidikan Polisi menyatakan bahwa saksi kunci, sopir Theys masih hidup.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil investigasi ELS-HAM Papua, dan keterangan para saksi menunjukkan bahwa penculikan dan pembunuhan terhadap Theys Hiyo Eluay terencana dan bermotif politik. Oleh karena itu, ELS-HAM Papua merekomendasikan sebagai berikut:

Pertama, presiden Republik Indonesia untuk segera membentuk Tim Investigasi Independen untuk menyelidiki kasus pembunuhan Theys Hiyo Eluay.

Kedua, mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan represi di Papua.

Ketiga, mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menggelar dialog damai dengan agenda pelurusan sejarah integrasi Papua.

Keempat, mendesak pemerintah Indonesia untuk secara transparan dan jujur menjelaskan Dokumen Rahasia yang dikeluarkan oleh Depdagri pada 9 Juni 2000 dan implikasinya.

Kelima, presiden sebagai panglima tertinggi TNI segera menarik seluruh pasukan non organik yang beroperasi di tanah Papua.

Keenam, pemerintah Indonesia maupun TNI dan POLRI berkewajiban memberikan perlindungan keamanan bagi para saksi yang terkait dengan kasus pembunuhan Theys Hiyo Eluay, dan para aktivis HAM di tanah Papua.

Baca juga laporan bagian I: http://suarapapua.com/2014/11/10/melawan-lupa-penculikan-dan-pembunuhan-theys-h-eluay-oleh-kopassus-bermotif-politik-bagian-i/

Baca juga laporan bagian II: http://suarapapua.com/2014/11/11/melawan-lupa-penculikan-dan-pembunuhan-theys-h-eluay-oleh-kopassus-bermotif-politik-bagian-ii/

Baca juga laporan bagian III:suarapapua.com/2013/11/12/melawan-lupa-penculikan-dan-pembunuhan-theys-h-eluay-oleh-kopassus-bermotif-politik-bagian-iii/

Laporan ini dibuat oleh Elsham Papua, dan diterbitkan pada 13 Desember 2001. Judul aslinya “Laporan Awal Penculikan dan Pembunuhan Theys Hiyo Eluay Terencana dan Bermotif Politik”. Laporan ini diedit ulang oleh Oktovianus Pogau. Untuk mengetahui lebih jauh lembaga Elsham Papua silakan kunjungi website lembaga “Elsham Papua”

Artikel sebelumnyaPasca Gempa 6,8 SR, Tiga Kampung di Ransiki Rusak Berat
Artikel berikutnyaTempat Pemakaman Korban Paniai Berdarah Memprihatinkan