ArsipSejumlah Guru di Yahukimo Tidak Jalankan Tugas dan Hanya Makan Gaji Buta

Sejumlah Guru di Yahukimo Tidak Jalankan Tugas dan Hanya Makan Gaji Buta

Rabu 2015-03-25 10:47:30

YAHUKIMO, SUARAPAPUA.com — Kondisi siswa SD dan SMP di Kabupaten Yahukimo, Papua, sangat memprihatinkan, lantaran guru-guru tidak menjalankan tugasnya karena lebih memilih tinggal di Kota Wamena dan Jayapura ketimbang betah di tempat tugas sesuai Surat Keputusan (SK) penempatan dari pemerintah.

Guru-guru tersebut adalah guru-guru SD Negeri Mugi di Kampung Ugem, SD Negeri Yogosem di Kampung Saikama dan SMP Negeri Mugi di Kampung Wusagasem, Distrik Mugi, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua.

 

“Di sini yang selama ini mengajar hanya saya sendiri dan satu orang guru bantu,” kata Kepala Sekolah SD Negeri Mugi, Simson Siep saat ditemui suarapapua.com di kediamannya di Kampung Ugem.

 

Simson menjelaskan, sesuai SK penempatan oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Yahukimo, ada tiga orang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) ditambah dua orang guru honorer dinas serta dua guru bantu.

 

“Tetapi dari semua guru itu yang bertahan cuma saya dan satu orang guru bantu, yaitu Agus Asso. Beberapa guru PNS dan guru honor lain tinggal di Wamena, ada yang diluar Wamena,” ungkap Simson.

 

Walau hanya dua orang guru saja, kata dia, tetap menjalankan tugas sebagai guru dalam proses belajar mengajar terhadap 230 siswa dari kelas satu hingga kelas enam di SD tersebut.

 

Menurutnya, memang pihaknya pernah melakukan komunikasi dengan para guru tersebut, tetapi tidak ada yang mau datang ke tempat tugas.

 

“Ini sudah sekitar 2 hingga 3 tahun dua orang guru saja yang jalankan tugas. Ya kami berharap mereka bisa datang bergabung dengan kami untuk mengajar anak-anak,” ujar Simson.

 

Diakuinya, saat ini ada kekurangan gedung sekolah dan rumah guru di SD Negeri tersebut. Maka, pihaknya berharap, selain membutuhkan tenaga guru, juga perlu penambahan tiga ruang kelas baru dan satu kantor serta sejumlah rumah guru.

 

“Sehingga dengan adanya gedung sekolah baru anak-anak bisa ditampung. Soalnya selama ini kami hanya pake tiga ruang untuk enam kelas. Dan untuk rumah guru kami sangat berharap, supaya para guru yang bertugas disini bisa datang karena ada rumah guru,” ujarnya.

 

Sementara itu, Lewi Siep, seorang guru honor SMP Negeri Mugi kepada suarapapua.com mengatakan, dari 7 orang guru di SMP tersebut, yang selama ini aktif mengajar cuma 3 orang. Yaitu, Lewi Siep (Guru honorer), Welinton Siep (Kepala Sekolah) dan Nikolas Hesegem (guru PNS).

 

Sedangkan satu orang guru meninggal dan yang tersisa 3 orang. Mereka tak pernah ke tempat tugas.

 

Dijelaskan, sejak tahun 2008 dibuka SMP Negeri ini dan menerima murid pertama di Kantor Kampung setempat, banyak orang antusias untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah tersebut. Dan guru pun berdatangan minta untuk mengajar di SMP ini.

 

“Sayangnya setelah sekolah mau dijalankan, tidak ada guru, akhirnya murid-murid yang sudah daftar dibawa ke SMP Negeri I Kurima, Distrik Kurima yang jaraknya sekitar 8 Km naik turun gunung dari Distrik Mugi,” ungkap Lewi.
 

Akhirnya, kata dia, setelah satu tahun anak-anak tersebut masuk SMP Negeri I Kurima, dikembalikan ke SMP Negeri Mugi karena sudah ada dua orang guru PNS yang bersedia mengajar. Dan tidak lama kemudian banyak guru bertambah hingga menjadi 7 orang.

 

“Setelah gedung kelas semua rampung dan sudah jalankan proses belajar mengajar, guru-guru yang sebelumnya aktif itu mulai malas. Ada yang pergi ke Wamena tidak pernah datang kembali, ada yang ke Jayapura dan Yahukimo tidak pernah kembali juga,” jelasnya.

 

Dari kenyataan itu, kata Lewi, anak-anak yang menjadi korban. Apalagi selama ini seorang guru menghandel 3-4 mata pelajaran. “Ini memilukan sekali, mau harap siapa kalau tidak begitu?” ujarnya dengan nada kecewa.

 

“Kami harap para guru-guru ini bisa diarahkan oleh Dinas P dan P untuk datang kembali ke sini supaya mereka bisa jalankan tugas mereka. Selain itu, kami juga sarankan kepada Dinas untuk melakukan monitoring ke setiap sekolah minimal 1 kali dalam satu tahun, supaya bisa ketahui kendala yang dialami di sekolah-sekolah ini,” tutur Lewi.

 

Karena menurutnya, selain soal tenaga guru, fasilitas di SMP ini juga terbatas. Buku paket kurang, kursi-meja untuk murid kurang, rumah guru kurang bahkan lantai gedung sekolah karena kurangnya campuran semen, akhirnya dalam kelas berdebu yang mengganggu konsentrasi anak saat belajar.

 

“Kami tidak punya guru Biologi, Fisika, Matematika, Bahasa Inggris. Yang ada hanya guru Bahasa Indonesai dan Agama,” kata Lewi Siep, salah satu perintis dibukanya SMP itu sejak 2008 hingga 2015 belum diangkat sebagai guru PNS.

 

Ia juga menjelaskan, berdasarkan kondisi tahun 2014, di SD Negeri Yogosem Kampung Saikama Distrik Yogosem, SD Negeri Mugi di Kampung Saikama dan SD YPK Siokosimo Distrik Mugi tidak melaksanakan ujian, lantaran kepala sekolah dengan guru-guru tak pernah ada di tempat.

 

“Anak-anak tersebut jadi korban karena ulah guru-gurunya. Saya tidak tahu apakah tahun 2015 mereka akan laksanakan ujian atau tidak. Mungkin mereka gabung dengan SD lain atau tidak, saya juga tidak tahu,” tutur Lewi.

 

Sebagai informasi terkait persoalan ini belum konfirmasi di Dinas P dan P Kabupaten Yahukimo.

 

Editor: Mikael Kudiai

 

ELISA SEKENYAP

Terkini

Populer Minggu Ini:

Perusahaan HTI PT Merauke RJ di Boven Digoel Diduga Melakukan Tindakan...

0
“Kami meminta pejabat pemerintah kabupaten Boven Digoel dan Provinsi Papua Selatan, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk segera mengambil tindakan penertiban, dengan menghentikan dan mengevaluasi keberadaan dan aktivitas perusahaan PT Merauke Rayon Jaya, atas dugaan pelanggaran hukum yang terjadi dan telah menimbulkan keresahan dalam masyarakat”, jelas Tigor G Hutapea.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.