ArsipDemo Tuntut Beasiswa, Bupati Intan Jaya Perintahkan Brimob Pukul Mahasiswa

Demo Tuntut Beasiswa, Bupati Intan Jaya Perintahkan Brimob Pukul Mahasiswa

Kamis 2015-08-27 02:55:30

INTAN JAYA, SUARAPAPUA.com — Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni, memerintahkan anggota Brimob Polda Papua memukul belasan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Pelajar dan Mahasiswa Peduli Intan Jaya (GPMPI), saat melakukan aksi demonstrasi damai di Sugapa, Intan Jaya, Papua.

“Karena beasiswa belum diberikan, kami melakukan aksi demo damai pertama tanggal 17 Agustus 2015 sore di Bandara Soko Paki, tujuannya ingin meminta informasi, tetapi belum sempat demo, bupati sudah perintahkan Brimob untuk memukul kami,” kata Melianus Duwitau, salah satu mahasiswa Intan Jaya, kepada suarapapua.com, Kamis (20/8/2015).

 

Menurut Duwitau, aksi demo di Intan Jaya merupakan aksi lanjutan dari Jayapura, Papua, menuntut pemerintah daerah transparan dalam pemberian dana beasiswa bagi mahasiswa.

 

“Kami terus demo karena ada banyak sekali mahasiswa Intan Jaya di seluruh Indonesia yang belum terima beasiswa, tetapi Bupati hadapi mahasiswanya dengan memerintahkan Brimob untuk menembak dan memukul mahasiswa secara brutal,” katanya.

 

Sementara itu, Ketua GPMPI, Victor Belau mengatakan, demo digelar agar pembangunan di Intan Jaya dapat berjalan dengan baik, termasuk memberikan apa yang menjadi hak mahasiswa Intan Jaya.

 

“Kami juga demo karena dengar Bupati mau masukan perusahaan pertambangan di Intan Jaya, kami larang hal ini karena harus ijin dulu dengan masyarakat pemilik hak ulayat,” tegasnya.

 

Menurut Belau, tanggal 17 Agustus 2015 usai upacara bendera mahasiswa palang di bandar udara agar tak ada pejabat yang turun ke Nabire, termasuk Bupati Intan Jaya, agar dapat melakukan dialog dengan mahasiswa terkait persoalan-persoalan tersebut.

 

“Namun satu jam kemudian datanglah Brimob dan langsung mengeluarkan tembakan ke arah Mahasiswa sebanyak lima kali, namun mahasiswa tidak kena tembakan karena menghindar dari peluru Brimob,” kata Belau.

 

Karena Brimob emosi, lanjut Belau, pantat senjata digunakan untuk memukul mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi, dan banyak mahasiswa yang mengalami luka-luka ringan dan berat.

Keesokan harinya, Selasa 18 Agustus 2015, kata Belau, mahasiswa dari bandara Soko Paki mulai melakukan long march dengan sasaran aksi gedung Guest House Intan Jaya. Begitu tiba di depan jalan kediaman Bupati, salah satu pejabat meminta agar mahasiswa tidak melakukan aksi demonstrasi.

“Pak Piter Tabuni selaku Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Intan Jaya meminta kami datang besok harinya karena Bupati akan adakan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Umum di Wandoga, namun mahasiswa menolak,” katanya.

Namun saat negosiasi sedang dilangsungkan, ajudan Bupati keluar dari kediaman dan langsung kokang senjata, dan melakukan penembakan ke udara, dan bupati pun ikut keluar dan meminta mahasiswa untuk bubar.

 

“Bupati tiba-tiba menuju massa aksi dan memukul Nikanor Miagoni, Jhon Kobogau dan Rufinus Japugau. Brimob dan ajudan bupati juga terus mengeluarkan tembakan secara berulang kali untuk membubarkan massa aksi. Mahasiswa juga terus dipukul pakai pantat senjata sampai luka-luka,” kata Belau.

 

Di saat yang bersamaan, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi, Piter Tabuni, Sekwan DPRD Neno Tabuni, Kabag Kesra, Titus Agimbau, dan Kepala Dinas Kependudukan mengambil batu dan melempar mahasiswa untuk membubarkan aksi tersebut.

 

Adapun nama-nama mahasiswa yang kena pukul oleh Brimob dan pejabat pemerintah daerah Intan Jaya di bandara Soko Paki dan depan jalan kediaman Bupati, yakni:

 

  1. Melianus Duwitau     : Memar di pipi dan tangan patah
  2. Tianus Bagau           : Tangan bengkak, pipi memar dan mulut darah
  3. Elias Mujijau             : Telinga darah dan kepala bengkak
  4. Fiki Belau                 : Testa pecah, rahang kiri-kanan bengkak dan kening pecah
  5. Raimun Ugipa           : Kepala bocor dan rahang kiri-kanan pecah.
  6. Amos Dendegau       : Tangan bengkok
  7. Benyamin Kobogau   : Gigi patah
  8. Merkias Tipagau       : Gigi dalam patah kedalam
  9. Deselinus Sani         : Gigi patah
  10. Nikanol Miagoni       : Otak belakang lecet dan kepala bocor tangan kiri kanan patah.
  11. Aten Japugau          : Telinga darah dan kepala darah.
  12. Dominikus Dendegau : Bibir pecah dan telinga robek.
  13. Daniel Hagimuni      : Rahang bengkak.
  14. Venus Sondegau     : Rahang kiri-kanan patah, gigi patah, pipi bengkak, dan tangan lecet.

 

“Kami akan terus meminta pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati untuk bertanggungjawab terhadap aksi pemukulan dan penganiayaan terhadap mahasiswa ini. Ini tindakan yang biadab dan tidak berperikemanusiaan,” ujar Belau.

 

Bupati Kabupaten Intan Jaya, Natalis Tabuni, ketika dikonfirmasi melalui telepon seluler terkait aksi pemukulan terhadap mahasiswa, tidak memberikan tanggapan. Beberapa pesan singkat yang dikirim juga tak direspon. 

 

Editor: Oktovianus Pogau

MISAEL MAISINI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kadis PUPR Sorsel Diduga Terlibat Politik Praktis, Obaja: Harus Dinonaktifkan

0
Kadis PUPR Sorsel Diduga Terlibat Politik Praktis, Obaja: Harus Dinonaktifkan SORONG, SUARAPAPUA.com --- Bupati Sorong Selatan, Papua Barat Daya, didesak untuk segera mencopot jabatan kepala dinas PUPR karena diduga telah melanggar kode etik ASN. Dengan menggunakan kemeja lengan pendek warna kuning dan tersemat lambang partai Golkar, Kadis PUPR Sorong Selatan (Sorsel) menghadiri acara silaturahmi Bacakada dan Bacawakada, mendengarkan arahan ketua umum Airlangga Hartarto dirangkaikan dengan buka puasa di kantor DPP Golkar. Obaja Saflesa, salah satu intelektual muda Sorong Selatan, mengatakan, kehadiran ASN aktif dalam acara silatuhrami itu dapat diduga terlibat politik praktis karena suasana politik menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan secara serentak tanggal 27 November 2024 mulai memanas. “ASN harus netral. Kalau mau bertarung dalam Pilkada serentak tahun 2024 di kabupaten Sorong Selatan, sebaiknya segera mengajukan permohonan pengunduran diri supaya bupati menunjuk pelaksana tugas agar program di OPD tersebut berjalan baik,” ujar Obaja Saflesa kepada suarapapua.com di Sorong, Sabtu (20/4/2024).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.