ArsipIni Seruan Masyarakat Sipil Terkait Represif Aparat di Papua

Ini Seruan Masyarakat Sipil Terkait Represif Aparat di Papua

Sabtu 2013-05-04 10:46:15

PAPUAN, Jakarta — Sejumlah elemen masyarakat sipil di Jakarta, Sabtu (4/5/2013) siang, menggelar konfrensi pers bersama mengecam penangkapan, penembakan, dan tindakan represif yang dilakukan aparat keamanan, saat peringatan hari aneksasi Papua ke dalam Indonesia, 1 Mei 2013 lalu, di Papua.

Adapun lima poin yang menjadi seruan mereka, pertama, dilakukan investigasi menyeluruh terhadap peristiwa penembakan, penangkapan dan represi yang terjadi dari 30 April-1 Mei 2013, serta menangkap dan mengadili pelaku penembakan di Distrik Aimas, Sorong, Papua Barat.

Kedua, para aktivis yang saat ini masih ditangkap segera dibebaskan; ketiga, mencabut PP 77 tahun 2007 tentang lambang daerah yang selama ini digunakan untuk menstigmatisasi rakyat Papua sebagai separatis, memenjarakan rakyat atas tuduhan makar, mengganggu keamanan, dlsb.

Keempat, pemerintah pusat segera menghentikan pendekatan represi dan stigmatisasi separatis terhadap rakyat Papua.

Kelima, peringatan 1 Mei, yaitu penyerahan administrasi Papua ke Indonesia oleh UNTEA pada tahun 1963, harus mulai dijadikan momentum bagi pelurusan sejarah melalui dialog-dialog demokratik  dengan mendengarkan keragaman perspektif  diluar kerangka sejarah dominan, bukan melalui pelarangan, penembakan, penangkapan, teror dan represi.

Sebelumnya, seperti diberitakan media ini (baca : Polisi Tembak Warga, Dua Tewas dan Tiga Luka Kritis), aparat keamanan di Kelurahaan Aimas, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat, menembak 5 warga sipil, 2 diantaranya tewas, dan 3 lainnya masih di rawat secara intensif di Rumah Sakit.

Di Timika, aparat keamanan juga menangkap 15 warga yang diduga menaikan bendera bintang kejora, pada perayaan tanggal 1 Mei 2013, yang selalu diperingati sebagai hari berkabung nasional bangsa Papua.

Sedangkan di Biak, sumber warga melaporkan, salah satu warga sipil ditembak aparat keamanan saat terlibat mengibarkan bendera bintang kejora, namun informasi nama korban tidak jelas.

Hingga saat ini, NAPAS melaporkan, setidaknya tercatat 3 orang tewas, 3 orang luka kritis, dan 23 orang ditahan di Sorong, Jayapura dan Timika saat aksi memperingati hari aneksasi Papua ke dalam Indonesia, pada 1 Mei 2013 lalu.

Mereka yang ikut keluarkan seruan bersama, National Papua Solidarity (NAPAS), Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KONTRAS), Sekretariat Bersama (SEKBER Buruh), Politik Rakyat, Perempuan Mahardhika, Forum Mahasiswa Demokrasi (FORMAD), KPO-Perjuangan Rakyat Pekerja (KPO-PRP), dan Yayasan Pusaka.

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

Situasi Paniai Sejak Jasad Danramil Agadide Ditemukan

0
"Jangan [gelar aksi] tiba-tiba - itu saja. Kalau mau melakukan pengejaran, aparat harus sampaikan ke pemerintah supaya diumumkan ke masyarakat. Maksudnya selama pengejaran masyarakat harus tinggal di mana seperti itu, supaya aman. Ini saya sampaikan salah satu solusi terbaik supaya tidak ada masyarakat yang dikorbankan," tukasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.