ArsipLagi, Satu Warga Paniai Tewas Ditembak TNI/Polri; Korban Jadi Lima Orang

Lagi, Satu Warga Paniai Tewas Ditembak TNI/Polri; Korban Jadi Lima Orang

Senin 2014-12-08 16:39:00

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Sebelumnya dilaporkan oleh Yones Douw, warga Kabupaten Paniai, Papua, empat orang warga sipil ditembak mati aparat gabungan yang terdiri Kepolisian Resort (Polres) Paniai, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Senin (8/12/2014), sekitar pukul 10.00 Wit.

Keempat warga sipil tersebut adalah;

 

1. Alpius Youw (17), siswa SMA Yayasan Pendidikan Pelayanan Katholik (YPPK) Enarotali, Paniai.

2. Yulian Yeimo (17), siswa SMA Yayasan Pendidikan Pelayanan Gereja Indonesia (YPPGI), Enarotali, Paniai.

3. Simon Degei (18), siswa SMA Negeri 1, Paniai Timur, Enarotali, Paniai.

4. Alpius Gobai (17), siswa SMA Negeri 1, Paniai Timur, Enarotali, Paniai

 

“Keempat warga sipil ini ditembak saat sedang berkumpul di lapangan Karel Gobay, Paniai. Secara brutal aparat menyerang mereka dilapangan, dan menembak empat orang, dan sekitar 4 orang luka kritis, dan 22 orang luka-luka berat dan sedang dirawat,” kata Yones kepada suarapapua.com, dari Paniai.

 

Berselang lima jam kemudian, Yones melaporkan, satu lagi warga sipil atas nama 5. Abia Gobai (28), petani dari Enarotali, meninggal di RSUD Madi, Paniai. Ia dikabarkan tewas saat mendapatkan pengobatan di Rumah Sakit Madi, Enarotali, Paniai.

 

“Yang satu lagi meninggal karena peluru bersarang di dalam perut, dan meninggal di rumah sakit, masyarakat sedang kumpul semua di lapangan Karel Gobay,” kata Yones.

 

Kronologisnya, kata Yones, sekitar pukul 01.30 Wit subuh, sebuah mobil hitam jenis fortuner melaju dari Enaro menuju kota Madi, yang diduga dikendarai oleh dua oknum anggota TNI yang biasa disebut dengan Tim Khusus TNI.

 

Karena melaju tanpa menyalakan lampu mobil, tiga warga sipil, yang diketahui masih berusia sekitar 12 – 13 tahun menahan mobil tersebut, dan meminta lampu mobil dinyalakan, karena warga juga sedang menjaga keamanan di masing-masing pondok natal.

 

“Anak-anak muda ini berjaga-jaga di pondok natal yang mereka buat, karena itu mereka tahan mobil tersebut, dan minta lampu dinyalakan, agar mereka bisa tahu,” kata Yones.

 

Tidak terima ditahan, beberapa oknum anggota Timsus TNI tersebut kembali ke Markas TNI di Madi Kota, dan kemudian mengajak beberapa anggota TNI kembali ke Togokotu, tempat ketiga anak dibawah umur tersebut menahan mereka.

 

“Mobil ini kembali bersama beberapa anggota TNI, dan melakukan pengejaran terhadap tiga anak kecil tadi, dan dua orang lari, kemudian yang satunya dipukul hingga babak belur dan pingsang, kemudian warga melarikan anak ini rumah sakit,” kata Yones.

 

Pagi harinya, warga Paniai berkumpul, dan meminta aparat melakukan pertanggung jawaban terhadap anak kecil yang dipukul, dan melakukan pembakaran terhadap mobil fortuner yang malam harinya diketahui melakukan penyerangan terhadap tiga warga tersebut.

 

“Masyarakat berkumpul di lapangan Karel Gobay, tapi belum dilakukan pembicaraan, aparat gabungan TNI dan Polri langsung melakukan penembakan secara brutal, dan empat orang tewas ditempat, dan sekitar 13 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit, dan kritis saat ini,” kata Yones.

 

Menurut Yones, ketiga warga sipil yang ditemui oleh timsus TNI malam hari, maupun empat warga sipil yang ditembak di lapangan tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan politik, apalagi Organisasi Papua Merdeka (OPM).

 

“Saya tahu betul tiga anak yang malam dipukul, dan dikejar itu bukan anggota OPM, apalagi keempat warga sipil yang ditembak, mereka sama sekali bukan anggota OPM, jadi kalau ada yang putar balik bahasa bilang mereka adalah anggota OPM maka saya katan itu tidak,” kata Yones.

 

Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi, Pudjo Sulistiyo, saat dihubungi suarapapua.com, siang ini, via telepon selulernya mengaku sedang melakukan pemantauaan.

 

“Sedang kita check om okto,” jawab Kabid Humas singkat kepada media ini.

 

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

Media Sangat Penting, Beginilah Tembakan Pertama Asosiasi Wartawan Papua

0
“Sehingga dengan hadirnya AWP ini diharapkan harus menjadi organisasi yang terus mengumandangkan kebersamaan di tengah hidup masyarakat Papua melalui pemberitaan,” kata Elsye Rumbekwan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.