ArsipPembungkaman Ruang Demokrasi di Papua Bukan Solusi Meng-Indonesia-kan Orang Papua

Pembungkaman Ruang Demokrasi di Papua Bukan Solusi Meng-Indonesia-kan Orang Papua

Kamis 2016-04-07 10:09:26

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Papua bidang Pemerintahan, Politik, Hukum, dan HAM, Laurenzus Kadepa menegaskan, tindakan pembungkaman ruang demokrasi di Tanah Papua bukan solusi yang baik untuk meng-Indonesia-kan orang Papua.

Hal ini disampaikan Kadepa menanggapi pembubaran doa yang dilakukan oleh rakyat Papua di Timika dan penangkapan terhadap belasan aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilayah Timika, pada Selasa (5/4/2016) di halaman Gereja GKII Jemaat Golgota SP 13 Kampung Utikini, Distrik Kuala Kencana, Timika, Papua.

 

“Penangkapan, penembakan, menutup ruang demokrasi dan kebebasan berekspresi bukan rumus yang tepat untuk meng-Indonesia-nisasi orang Papua. Itu justru membuat orang Papua makin tak percaya pada negaranya,” jelas Kadepa kepada suarapapua.com, Kamis (7/4/2016) dari Jayapura, Papua.

 

Menurutnya, konflik yang terjadi selama satu abad lebih di Tanah Papua selama Jakarta tidak punya niat baik untuk melihat konflik yang terjadi di Papua dari sisi negatif saja. Karena orang Papua selama ini melakukan demonstrasi dengan damai. Tetapi yang selalu membubarkan dan merusak nilai demokrasi di Papua adalah aparat TNI dan Polri.

 

“Konflik yang terjadi di Papua tak akan berakhir sepanjang Jakarta masih melihat Papua hanya dari sisi negatif saja. Untuk itu, Jakarta harus melihat semua masalah dengan bijak lalu duduk bersama dengan rakyat Papua untuk menyelesaikannya dengan bijak pula,” kata Kadepa.

 

Dikabarkan beberapa media di Papua dan Jakarta, kegiatan doa untuk mendukung diterimanya ULMWP sebagai anggota penuh forum MSG oleh rakyat Papua di Timika yang dimotori KNPB wilayah Timika dibubarkan oleh aparat TNI dan Polri.

 

Dari data yang dihimpun media ini, dalam pembubaran ibadah tersebut telah ditangkap belasan aktivis KNPB wilayah Timika. Mereka adalah Steven Itlay (Ketua KNPB wilayah Timika), Yanto Awerkyon (Wakil Ketua KNPB Timika), Sem Ukago (Sekretaris KNPB Timika), Seperianus Edoway (Ketua KNPB Sektor Yamewa), Yustinus Wenda (Anggota KNPB), Yudiman Kogoya (Anggota KNPB), Hubertus Dimi (Anggota KNPB), Noak Dimi (Anggota KNPB), Yunus Nawipa (Anggota KNPB), Agus Nirigi (Anggota Parlemen) Paulus Dawan (Anggota KNPB), Abertus Dimi (Anggota KNPB), Yalime Tabuni (Anggota KNPB) dan Nikolaus Sada (anggota KNPB). Belasan aktivis ini telah dibebaskan pada Rabu 6 April 2016.

 

Sementara itu, Victor Yeimo, ketua umum KNPB Pusat, beberapa saat setelah terjadi pembubaran dan penangkapan terhadap belasan aktivis KNPB di Timika, melalui akun sosial media, facebooknya mengatakan, TNI/Polri bubarkan ibadah damai rakyat Papua yang dimediasi KNPB di Timika. Ibadah untuk mendoakan negara-negara MSG agar menerima ULMWP sebagai anggota full MSG.

 

“Dengan penuh represif mereka tangkap dan mengeluarkan tembakan di mana-mana. Mereka masuk ke Gereja dan membubarkan umat Tuhan yang hendak ibadah. Beberapa aktivis termasuk ketua KNPB, Steven Itlay ditangkap. Ini bukti kebrutalan aparat kolonial Indonesia yang tidak menghargai harkat dan martabat, serta hak asasi bangsa Papua. Kita butuh suara rakyat Indonesia, Melanesia dan internasional untuk desak dan kutuk kekejaman aparat kolonial indonesia di Timika,” tulisnya.

 

Selain itu, seperti dilansir tabloidjubi.com, Kapolres Mimika, Kapolres Mimika, AKBP Yustanto Mujiharso, S.IK, M.Si saat dihubungi Jubi mengakui adanya pembubaran ibadah tersebut. Namun ia mengatakan, pembubaran itu terjadi setelah ibadah selesai.

 

“KNPB memang minta ijin melakukan ibadah. Kami mengijinkan dengan perjanjian tidak ada orasi dan akan kami kawal ibadah itu. Tapi setelah ibadah selesai, dan ini kami tanyakan dulu pada pendeta yang memimpin ibadah itu, ternyata ada yang naik ke panggung untuk berorasi. Jadi kami cegah. Karena perjanjiannya tidak ada orasi,” kata Kapolres Mimika.

 

Saat mencegah anggota KNPB yang ingin melakukan orasi itu, Kapolres mengaku ada yang memukulnya.

 

“Karena melihat saya dipukul oleh seorang oknum anggota KNPB yang berbaju loreng itu, anggota saya kemudian menahan mereka dan melucuti baju mereka yang loreng itu,” kata Kapolres.

 

ARNOLD BELAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

PTFI Bina Pengusaha Muda Papua Melalui Papuan Bridge Program

0
“Kami berharap setelah mengikuti pelatihan ini para peserta dapat menerapkan materi secara praktis ke dalam aktivitas usahanya sehingga melalui program PBP YET akan lahir lebih banyak pengusaha asli Papua sukses ke depannya,” kata Nathan Kum.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.