ArsipJubir KNPB : Cukup Sudah Indonesia Jajah Bangsa Papua!

Jubir KNPB : Cukup Sudah Indonesia Jajah Bangsa Papua!

Rabu 2013-04-24 14:22:30

PAPUAN, Jayapura — Juru Bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Wim Medlama, melihat sejak Indonesia menduduki tanah Papua, tanggal 1 Mei 1961, orang Papua telah dijadikan budak dan dijajah oleh bangsa Indonesia secara tidak manusiawi.

“Cukup sudah! Kami bukan bangsa budak, kami bangsa bermartabat. Kami tidak butuh Indonesia di Papua. Orang Papua tidak pernah mengundang apalagi menghendaki Indonesia untuk menginjakan kakinya diatas tanah Papua pada 1 Mei 1961,” tegas Medlama, melalui sambungan telepon seluler kepada suarapapua.com, Rabu (24/4/2013) siang.

Menurut Wim, orang Papua tidak pernah berintegrasi dalam Indonesia, tetapi Indonesia yang menganeksasi bangsa Papua dengan paksa dibawah todongan senjata.

Karena itu, menurut Wim, pendudukan Indonesia diatas tanah Papua adalah ilegal sesuai hukum internasional dan berstatus penjajah diatas tanah Papua.

“Kami akan melakukan aksi demonstrasi, mimbar bebas, dan termasuk buat ibadah di hari itu. Rakyat Papua dimana saja berada harus bergabung, dan ikut ambil bagian dalam moment penting ini,” ujar Wim.

Sebelumnya, melalui laman resmi mereka di knpbnews.com, Ketua Umum KNPB, Victor Yeimo juga telah mengeluarkan seruan resmi agar tanggal 1 Mei 2013 diperingati sebagai hari berkabung nasional dengan aksi demonstrasi damai.

Adapun tema aksi yang diusung KNPB adalah, “50th Indonesian Illegal Occupation in West Papua” dan “Indonesia Annexed West Papua Illegally; We Need the Right of Self-Determination”.

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

KPK Menang Kasasi MA, Bupati Mimika Divonis 2 Tahun Penjara

0
“Amar Putusan: Kabul. Terbukti Pasal 3 jo Pasal 18 UU PTPK jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) ke-1 KUHP. Pidana penjara 2 tahun dan denda Rp200 juta subsidair 2 tahun kurungan,” begitu ditulis di laman resmi Mahkamah Agung.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.