ArsipPendidikan Yang Lumpuh

Pendidikan Yang Lumpuh

Sabtu 2014-02-22 13:55:45

Orang menganggap Papua sebagai salah satu daerah terpencil  dan tertinggal di bidang Pendidikan dan juga semua bidang. Banyak  sarjana pemuda  dan pemudi Papua  yang sudah menyelasaikan pendidikannya di tanah Papua  maupun di luar Papua. Tetapi hanya sedikit yang ingin mengabdi menjadi  guru.  Semua Sarjana melarikan diri ke pemerintahan dan banyak juga yang terjun ke dunia politik. Gelar yang dimiliki mahasiswa Papua, hanya digantungkan di samping dada kanan, dan di pasang  pada Baliho Politik yang  besar- besar di tanah Papua.

Di beberapa pelosok pedalaman Papua disana, ada  beberapa personil  TNI dan Polri yang sedang mengajar  di  beberapa daerah,  misalnya di  Pesisiran Pantai Papua  yaitu: di Biak bagian kampung dan di pegunungan Papua yaitu di Kab. Puncak Jaya.

Tidak salah,  jikakalau TNI dan POLRI yang  mengajar di tanah Papua. Karena tiap tahun ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang  menyelesaikan pendidikan di  jenjang  studi, S1, S2, dan S3.  Semua mahasiswa Papua  maunya mencari kepentingan dan kesejahteraan pribadi. Tidak mengutamakan kepentingan umum.

Walaupun  didikan yang  di berikan TNI dan Polri itu sangat menyakitkan di  nadi ini. Tetapi apa boleh buat,  tidak ada manusia Papua yang mau memanusiakan,  manusia  di Papua.

Ajarilah didikan mu itu kepada adik-adik mu,  yang masih membutukan didikan dari anda,  yang anda peroleh saat ini.

Di beberapa pelosok pedalaman Papua, ratusan bahkan ribuan gedung sekolah yang di bangun oleh pemerintah daerah tetapi kurangnya tenaga kerja Guru.

Banyak sisiwa-siswa yang berminat sekolah tetapi Tenaga gurunya kurang. Banyak Alat Canggih eloktronik yang di datangkan dari luar daerah Papua yang di berikan bantuan oleh Pemerintah Daerah di  sekolah-sekolah pelosok pedalaman Papua. Tetapi tidak ada tanaga yang ingin untuk  beroperasi. Aku merasa sakit dan sakit di bidang pendidikan dan aku membutuhkan obat di bidang pendidikan di  Tanah Papua.

Tiap-tiap tahun, bulan hari detik menit guru-guru di tanah air Papua berkeliaran di kota terus- menerus. Tujuan utama mereka yaitu mengurus diri kepentingan pribadi,  terutama di bidang ekonomi, pergi mengurus Partai Politik, bahkan mereka melupakan dan meninggakan tugasnya untuk mengajar.

Guru-guru yang didatangkan dari luar Papua pun sama  tindakanya. Mereka  tidak pernah mengabdi dengan baik. Sesampai di tempat tugas  terutama di pelosok pedalam Papua, mereka langsung membangun kios kecil di depan rumah  mereka lalu mulai bisnis. Inilah sifat dan tujuan utama guru pendatang  di tanah Papua, bukan mengajar melainkan mencari keuntungan dan kesejahtraan pribadi mereka.

Tak kala jauh beda guru-guru asli Papua dan guru-guru pendatang di  Papua,  jika di pandang dari kaca mata pendidikan, maka mereka tidak mencintai dengan beribu gedung sekolah yang di bangun, Tatapi mereka cinta ekonomi Papua.

Dana otonomi khusus yang jumlahnya triliunan rupiah harusnya  membangun sekolah dasar Misalnya SD, SMP, SMA  yang berpola  asrama, bukan untuk membiyayai mahasiswa Papua.

Apa gunanya ketika   Pemerintah  Papua  membiyayi  mahasiswa  Papua, dengan cara memberikan beasiswa, memberikan gaji perbulan, bahkan  langsung mengeluarkan mahasiswa Papua tersebut ke luar Daerah dan  luar negri. Sedangkan dasar Pendidikan yang ditempuh pada saat SD, SMP, SMA kosong .

Banyak sekolah tua di kampung-kampung  di pelosok pedalaman Papua, jika Pemerintah Daerah memiliki mata, agar supaya bisa melihat dan membangun Pendidikan Dasar, menyediakan guru asli orang Papua. Jangan membangun gedung sekolah tetapi tenaga kerja, guru itu yang harus di utamakan  dengan kekhususan yang diberikan di era Otonomi Khusus. Siapa yang akan mengabdi atau mengajar di tanah air Papua  ketika pemerintah membagun banyak gedung.

Ingat bahwa ketika kami mau melawan, kami harus melawan sistem Penjajah  bukan melawan Simbol Penjajah. Sistem yang di maksud kami harus mendidik adik- adik kami, supaya mereka juga  bisa maju dan bersaing dengan orang lain. Lalu mereka bisa melawan sistim penjajah, melalui cara damai. Tak ada gunanya  kami  mahasiswa Papua semua lari, ke sistem Pemerintahan Indonesia dan kami terikat dengan sistem pemerintahaan, lalu menjadi es batu yang kena panas langsung mencair bukan menjadi S1 yang bisa bertahan dan membuahi banyak orang .

Kami Bangsa Papua, mau bangkit, berdiri, dan mau melihat bulan, di angkasa seperti  Bangsa lain yang terdahulu melihat Bulan di Angksa.

 

Penulis adalah Mahasiwa Papua, Kuliah di Univertitas Teknologi Yogyakarta.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Situasi Paniai Sejak Jasad Danramil Agadide Ditemukan

0
"Jangan [gelar aksi] tiba-tiba - itu saja. Kalau mau melakukan pengejaran, aparat harus sampaikan ke pemerintah supaya diumumkan ke masyarakat. Maksudnya selama pengejaran masyarakat harus tinggal di mana seperti itu, supaya aman. Ini saya sampaikan salah satu solusi terbaik supaya tidak ada masyarakat yang dikorbankan," tukasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.