EditorialWawancaraPhil Erari: Novelis Papua Bicara HAM di ALF

Phil Erari: Novelis Papua Bicara HAM di ALF

PAPUAN, Jayapura ā€“ Ketua Persekuatuan Gereja-gereja di Indonesia, Pdt. Phil Erari, mengatakan, Aprila Wayar, novelis Pertama Papua, mengenalkan Papua melalui tulisannya tentang Penindasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) selama lima puluh tahun belakangan ini.

Menurut, Erari, dengan hadirnya Wayar di Asean Literali Festival (ALF) di Jakarta, secara tidak langsung telah menunjukan pembungkaman demokrasi dan pelanggaran HAM di Provinsi paling timur Indonesia tersebut.

Mendengar, materi yang dibawakan Wayar, Phil Erari mengatakan orang PapuaĀ  sudah tidak punya identitas lagi.

“Generasi muda harus merubah semua itu. Masalah Papua tidak bisa di selesaikan secara militer namun dengan kasih yang lembut,” kata Pdt.Phil Erari, kepada suarapapua.com, Minggu (23/3/2014) siang.

ā€œNovel ini mempunyai makna dan nilai yang sangat tinggi bagi orang Papua, pasalnya muatan didalam Novel terdapat beberapa hal tentang pelanggan HAM, penindasan tentang perempuan dan kisah cinta,ā€ terangnya.

Ia juga mengharapkan, dengan kedua Novel ini dapat menjadi motivasi bagi semua orang Papua untuk belajar dan apa yang terjadi selama ini untuk menuju kepada sebuah harapan yang baru tampa gangguan apapun.

Muhary Wahyu Nurba, penulis yang juga pihak yang menerbitkan dua novel Aprila menyambut baik kehadiran Aprila dalam ALF 2014.

“Saya tahu, Aprila akan besar di kemudianĀ  hari. Papua bahkan tidak lagi akan cukup untuk Aprila” kata Muhary ketika dihubungi suarapapua.com melalui telepon selulernya dari Jakarta, Minggu (23/3/2014) siang.

MIKHA GOBAY

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pencaker Palang Kantor Gubernur Papua Barat Daya

0
"Namun sayangnya, sejak aksi dari pagi hingga pukul 13:00 siang, Pencaker tidak bisa bertemu dengan Pj Gubernur, sehingga kamiĀ  Pencaker bersepakat untuk memalang Kantor Gubernur secara adat," tegasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.