ArsipPaulus Sudiyo: Dulu Guru Setia Pada Tugas dan Panggilan, Sekarang Hanya Batu...

Paulus Sudiyo: Dulu Guru Setia Pada Tugas dan Panggilan, Sekarang Hanya Batu Loncatan

Rabu 2014-10-22 18:10:15

SEMARANG, SUARAPAPUA.com — Perkembangan pendidikan di tanah Papua dulu dan sekarang sangat berbeda, dulu banyak yang peduli dengan masa depan anak-anak didik sehingga setia pada panggilan dan tugas, tetapi sekarang sangat memprihatinkan, karena banyak yang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan.

Hal ini dikemukaan Drs. Paulus Sudiyo, salah satu pemerhati pendidikan di tanah Papua, yang sudah lama menetap di Semarang, Jawa Tengah, karena mendidik ratusan anak-anak mahasiswa dan pelajar dari Kabupaten Timika, Provinsi Papua.

 

“Generasi berikut anak-anak kedepan terancam kehilangan kesempatan untuk mendapat pendidikan yang layak karena banyak guru yang tidak setia pada tugas dan tanggungjawab,” kata Sudiyo, saat diwawancarai suarapapua.com, Selasa (21/10/2014), di Semarang.

 

Menurut Sudiyo, dulu banyak guru yang setia pada tugas dan panggilannya, sehingga mampu mencetak generasi Papua yang berbobot dan bermutu, tetapi sekarang hal tersebut diabaikan.

 

“Dulu guru dianggap sebagai pekerjaan mulia untuk membangun manusia Papua, sekarang pikiran itu tidak ada, sangat disayangkan," kata Paul Sudiyo, yang juga ketua Yayasan Binterbusih.

 

Dia menjelaskan, guru-guru dulu banyak yang setia ditempat tugas karena merasa terpanggil untuk mendidik, sehingga bertahan di tempat tugas, tetapi sekarang tidak demikian, banyak yang lebih sering menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan. 

 

Padahal, kata Sudiyo, sarana dan prasaran dulunya sangat tidak menunjang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, fasilitas guru, buku-buku sekolah, fasilitas sekolah dan sebagainya serba terbatas. 

 

"Karena setia dengan panggilan, sehingga pengabdian mereka melahirkan banyak anak-anak pedalaman yang melanjutkan pendidikan lebih tinggi,” pungkasnya.

 

 "Dulu walaupun gaji kecil, tapi karena panggilan jadi tinggal di tempat tugas, padahal mereka ditempatkan di daerah yang kesehatannya kurang mendukung."

 

"Sementara guru yang sekarang adalah menjalankan pekerjaan, jadi banyak guru yang menghabiskan waktu di kota. Padahal, gaji besar, fasilitas sekolah lengkap," tutut Sudiyo.

 

Dia memprediksi, lima tahun kedepan orang Papua akan kehilangan generasi yang berbobot, karena guru sering mengabaikan tugas, dan lebih sering berada di kota, bahkan tidak peduli dengan nasib anak-anak didik.

 

Selain itu, mundurnya pendidikan di Papua, lanjut Sudiyo, akibat dari pengangkatan jabatan seorang guru sebagai kepala dinas di instansi pemerintahan. 

 

"Saya sarankan pemerintah untuk membangun sekolah berpola asrama, karena dengan adanya berpola asrama, maka bisa melahirkan anak-anak Papua yang unggul, leadership dan berbobot," tegasnya. 

 

Editor: Oktovianus Pogau

 

MARSELINO TEKEGE

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ini Situasi Paniai Sejak Jasad Dandramil Agadide Ditemukan

0
"Jangan [gelar aksi] tiba-tiba - itu saja. Kalau mau melakukan pengejaran, aparat harus sampaikan ke pemerintah supaya diumumkan ke masyarakat. Maksudnya selama pengejaran masyarakat harus tinggal di mana seperti itu, supaya aman. Ini saya sampaikan salah satu solusi terbaik supaya tidak ada masyarakat yang dikorbankan," tukasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.