ArsipCerita Singkat Peerjalanan Karir IL CAPITANO_86

Cerita Singkat Peerjalanan Karir IL CAPITANO_86

Senin 2015-03-09 17:53:30

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Sebelum melihat aksi-aksi memukau sang kapten "Mutiara Hitam", Boas Solossa, di ajang AFC dan ISL di tahun ini, alangkah baiknya bagi seluruh Pecinta Sepak Bola Indonesia dan Persipura Jayapura mengetahui cerita singkat latar belakang dari Sang Legendaris Sepak Bola Papua ini.

Boaz Solossa (lahir 16 Maret 1986; umur 25 tahun) merupakan pemain Sepak Bola dari Persipura, klub Sepak Bola Indonesia, yang dapat berposisi sebagai Penyerang Tengah dan Penyerang Sayap.

 

Boaz pernah dijuluki sebagai anak ajaib, ketika dibawa oleh Peter Withe dan menampilkan penampilan memukau di Ho Chi Minh, saat ia tampil bersama Tim Nasional Indonesia di ajang Piala Tiger 2004.

 

Ia terkenal dengan kemampuannya dalam mengontrol bola, tendangan kaki kiri yang keras, akurasi kaki kiri dan kaki kanan yang baik, kecepatan, visi penyerangan, dan naluri dalam mencetak gol.

 

Memiliki kemiripan wajah dengan kakak kandungnya Ortizan, yang juga pemain sepakbola profesional, membuat banyak orang yang sering salah setiap kali bertemu kedua pemain ini.

 

Di tengah kariernya sedang menanjak, ia pernah mengalami cedera serius yang membuat ia nyaris melupakan sepakbola untuk selamanya. Cedera patah kaki kanan saat tampil membela Tim Nasional Indonesia melawan Tim Nasional Hong Kong di ajang internasional memang hampir saja membunuh karier bermain sepakbolanya. Pertandingan berakhir dengan kedudukan 3-0 untuk Tim Nasional Indonesia.

 

Selama dua belas tahun berkarir di lapangan hijau, Boaz Solossa berhasil melewati dua ujian terberat, deraan cedera dan alkohol. Kini ia mantap membela Persipura, klub yang membesarkannya. Bochi–sapaan akrab Boaz Solossa–salah seorang pemain sepak bola profesional yang telah lama memperkuat tim Persipura Jayapura, Papua.

 

Boaz memiliki kemampuan bermain di lapangan hijau yang tak diragukan lagi. Setiap laga pertandingan Persipura melawan tim sepak bola lainnya, aksinya memukau para pecinta olahraga sepak bola di Indonesia.

 

Dalam setiap laga pertandingan, Boaz menampilkan permainan dengan kecepatan tinggi, skill individu, kemampuan kaki kanan dan kirinya sama-sama mematikan. Boaz punya tendangan akurat, naluri gol sangat

tinggi, serta stamina yang prima dalam menaklukkan pemain belakang lawan.

 

Boaz menjadi pemain lini penyerang terbaik tim 'Mutiara Hitam'. Kehadirannya sangat diwaspadai tim sepak bola lainnya saat bertanding di lapangan hijau.

 

Karier sebagai pemain di persepakbolaan yang dijalani Boaz memang mengalami pasang surut. Boaz memulai karier sebagai pemain bola di mulai dari PS Putra Yohan, salah satu klub sepak bola amatir di kota kelahirannya Sorong, Papua Barat, pada 1996. Selama tiga tahun lamanya, Boaz bergabung menjadi salah satu pemain di PS Yohan.

 

Boaz memutuskan hijrah ke Jayapura pada tahun 2000 dan bergabung ke tim Perseru, tim sepak bola amatir di Papua. Di dalam tim inilah, kemampuan Boaz bermain bola mulai dilirik oleh masyarakat luas dan manajemen Persipura.

 

Boaz pun dipercaya oleh PSSI Papua untuk memperkuat tim sepak bola yang bertanding pada Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-16. Penampilan Boaz yang saat itu masih berusia 16 tahun sangat memukau saat memperkuat tim sepak bola dari Pemda Papua. Ia menjadi perhatian serius bagi manajemen Persipura. Boaz pun akhirnya diajak bergabung ke tim 'Mutiara Hitam' pada awal 2004.

Kemampuan luar biasa yang dimiliki Boaz pun dilirik oleh Piter Wiete, yang saat itu menjadi pelatih timnas. Boaz yang saat itu masih berusia 18 tahun, direkrut menjadi salah satu pemain tim nasional. Penampilan Boaz yang sangat luar biasa disaksikan puluhan ribu penonton pada pertandingan Piala Tiger 2004 yang digelar di Stadion Thong Nhat, Ho Chi Minh.

 

Sayang di tengah kariernya sedang menanjak, Boaz mengalami cedera serius yang membuat dirinya nyaris melupakan sepak bola untuk selamanya. Cedera patah kaki saat tampil membela tim 'Merah Putih' melawan Hong Kong di ajang internasional, menjelang Piala Asia tahun 2007 memang hampir saja membunuh karier bermain sepak bolanya.

 

Nama Boaz kembali bersinar setelah dirinya berangsur pulih dari cidera patah kaki. Selama beberapa musim, Boaz kembali mengasah ketajaman bermain di lapangan hijau bersama rekan sepermainan di Persipura.

 

Boaz juga sempat dipercaya guna memperkuat skuad timnas U-23. Namun, ketidakpatuhan Boaz sempat mengancam karier dirinya di dunia sepak bola. Untungnya, sanksi keras batal dikeluarkan dan Boaz pun bergabung di timnas.

 

Pada pertengahan 2010, Boaz didaulat oleh manajemen Persipura menjadi kapten kesebelasan 'Mutiara Hitam', menggantikan posisi Eduard Ivakdalam yang hijrah ke tim Persidafon, tim sepak bola milik Pemerintah Kabupaten Jayapura.

 

Boaz dicoret di dalam personel tim nasional oleh pelatih, Alfred Riedl pada tahun 2010, sehingga dirinya tidak bisa tampil pada Piala AFF 2010 silam. Boaz dicoret karena dirinya dinilai tidak memiliki disiplin sehingga pelatih memilih mengeluarkan Boaz dari skuad timnas.

 

"Saya masih ingin bergabung di dalam timnas. Memang saya akui saat itu saya terlambat datang ke Jakarta karena tengah mengurus istri dan anak yang sedang sakit. Saya hormati keputusan pelatih mencoret nama saya di dalam timnas," ujar Bochi kepada Media Indonesia. Namun, kata Bochi, bila diperkenankan kembali bergabung di dalam timnas, dirinya akan memberikan yang terbaik bagi Indonesia.

 

"Saya siap dipanggil pelatih timnas dan berjanji akan lebih disiplin lagi. Niat saya untuk bisa bergabung ke timnas tidak akan hilang. Siapa pun pelatihnya, saya ingin mereka bisa menerima saya. Saya juga akan berusaha untuk menjadi lebih baik," ucapnya.

 

Boaz menuturkan dirinya memiliki kesempatan besar untuk berkarier di dunia sepak bola atas dorongan dan motivasi sang paman saat itu, yakni Yap Sollosa, Gubernur Papua.

 

 

Menjauhi Alkohol
———————–
"Saya sempat jatuh bangun saat meniti karier di dunia sepak bola. Ketergantungan mengonsumsi minuman keras saat saya bergabung di dalam timnas sempat berakibat saya dikeluarkan pelatih. Namun, kasih Tuhan terus membimbing saya hingga saat ini. Saya bersyukur dan berpesan generasi muda agar menjauhi minuman keras," ucapnya.

 

Ketika ditanya perihal tawaran bermain di salah satu klub Divisi Utama Liga Belanda atau Eredivisie, VVV-Venlo, Boaz mengungkapkan dirinya tidak memiliki niat untuk hijrah ke klub sepak bola di Belanda. "Saya harus berpikir dan mempertimbangkan lebih matang. Saya tidak ingin membuat hati masyarakat Papua yang mengidolakan Persipura kecewa apabila saya menerima tawaran tersebut," tuturnya.

 

Boaz mengaku, saat ini lebih konsentrasi berlatih bersama rekan-rekan Persipura untuk meraih juara pada kompetisi ISL 2011. "Saya ingin membawa Persipura kembali meraih juara pada kompetisi ISL 2011. Butuh latihan dan kebersamaan antarpemain agar Persipura berhasil meraih juara. Saya sebagai kapten kesebelasan tidak ingin meninggalkan tim karena sebuah tawaran bagus, kita lihat saja nanti," ungkapnya.

 

Awal Teka-teki soal pemegang ban kapten Persipura sepeninggal Edward Ivak dalam tidak bermain di Persipura lagi pada ISL 2010-2011, sempat menjadi tanda Tanya fans Persipura siapakah yang akan memegang ban kapten tersebut.

 

Malam tepatnya saat launching tim Persipura memperkenalkan satu persatu pemainnya, Ketua Dewan Adat Port Numbay Papua George Awi, menyerahkan ban kapten Persipura kepada pemegang nomor 86 Boaz Solossa.

 

Kontan seluruh Persipura Mania serentak berteriak mengelu-elukan pemain terbaik Superliga Indonesia 2009 lalu itu. Boaz hanya meminta dukungan doa dari seluruh warga Papua dan Persipura Mania agar sukses membawa klub bertajuk Mutiara Hitam.

 

Ada sisi menarik dari sejarah kapten Persipura, Boaz bermain bersama kakak kandungnya Ortisan Solossa yang biasanya bermain di posisi wing bek kiri. Sebelumnya saat Eduard Ivakdalam masih memegang ban kapten, abang kandungnya Carolino Ivakdalam yang kini asisten Persema Malang juga pernah memperkuat skuad Persipura mengisi posisi gelandang.

 

Sedangkan kapten Persipura era 1970-1980 an Hengki Heipon juga bermain bersama adik kandungnya Tinus Heipon. Adik kandung Hengki Heipon bermain pada posisi gelandang bersama abang kandungnya Hengki Heipon. Namun Hengki Heipon sempat jadi asisten pelatih dan juga masih memegang ban kapten Perispura.

 

Usia Boaz kini yang memasuki 25 tahun sehingga diprediksikan kemungkinan akan memakai ban kapten dan bisa menyamai rekor Eduard Ivakdalam yang sudah 16 tahun membela skuad Persipura.

 

Ketika ditanya, apa resep sang kapten kesebelasan membawa tim Persipura guna meraih juara pada kompetisi ISL 2011 ini, Boaz menjawab, latihan secara kontinu dan berserah kepada Tuhan.

 

"Itu kunci utama bagi saya sehingga saat saya dan rekan-rekan bertanding di lapangan hijau, kami serahkan sepenuhnya kepada Tuhan," tuturnya.

 

Boaz menambahkan, di sela-sela latihan, Boaz selalu melakukan pendekatan kepada seluruh pemain guna memantapkan kebersamaan antarpemain.

 

"Modal utama tim agar meraih kemenangan adalah kekompakan. Kita harus kompak saat di lapangan dan di luar lapangan," ungkap adik dari Ortizan Sollosa ini.

 

Ketika ditanya, apakah dirinya akan terus bersama Persipura, Boaz menjawab, "Kita lihat nanti saja. Tapi yang jelas, Persipura adalah tim yang membesarkan saya dan saya harus berkomitmen bersama Persipura," jawab pria yang menggunakan kostum nomor 86, sama dengan tahun kelahirannya.

 

STEVANUS YOGI

1 KOMENTAR

Terkini

Populer Minggu Ini:

PWI Pusat Awali Pra UKW, 30 Wartawan di Papua Tengah Siap...

0
“Tujuan dari pra UKW ini, para peserta dapat mengetahui proses uji kompetensi yang akan digelar di Nabire dan Riau,” kata Hendry Ch Bangun sembari berharap semua peserta UKW dinyatakan lulus.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.