ArsipTuntut Perbaikan Mutu, Mahasiswa Stikom Muhammadiyah Jayapura Demo

Tuntut Perbaikan Mutu, Mahasiswa Stikom Muhammadiyah Jayapura Demo

Senin 2014-11-10 12:02:00

JAYAPURA SUARAPAPUA.com — Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Muhammadiyah, Jayapura, Papua, Rabu 6 November 2014, melakukan aksi demonstrasi damai di halaman kampus, meminta pihak lembaga memperbaiki beberapa masalah yang menghambat perkembangan mahasiswa.

Koordinator aksi, Frans Takimai mengungkapkan, selama kampus Stikom berdiri, ruang demokrasi untuk mahasiswa selalu dibungkam, bahkan berbagai aspirasi mahasiswa selalu diabaikan oleh pimpinan lembaga. 

 

"Kami mahasiswa semester satu sampai tujuh sudah lama pendam aspirasi kami, karena itu ini saatnya kami menyampaikan secara terbuka, dan berharap segera direspon oleh pihak lembaga," ujarnya.

 

Kata Frans, mahasiswa menyampaikan aspirasi tidak dengan anarkis, kacau, apalagi ribut-ribut, namun hanya ingin menyampaikan secara damai dan bermartabat agar mendapat respon dari pihak lembaga. 

 

"Semua prosedur sudah kami ikuti, seperti diskusi internal dengan pihak lembaga, bahkan dialog-dialog terbuka di dalam ruangan, karena belum ada jawaban, sehingga kami gelar di halaman terbuka agar bisa menjadi perhatian," katanya.

 

Mahasiswa lain, Daniel Kosamah menambahkan, aspirasi yang disampaikan mahasiswa bertujuan untuk memperbaiki kampus Stikom kedepannya, dan tentu akan berguna bagi seluruh mahasiswa dan dosen.

 

"Kami datang kesini dengan satu komando dan satu tujuan, karena itu saya akan bacakan aspirasi agar bisa diterima langsung oleh pimpinan lembaga," katanya.

 

Adapun empat butir pernyataan mahasiswa yang dibacakan oleh Kosamah, di hadapan beberapa pimpinan lembaga Stikom Muhammadiyah, yakni;

 

Pertama, mahasiswa menuntut perkuliahan untuk mahasiswa reguler digelar pagi hari, sedangkan mahasiswa tugas belajar digelar sore atau malam hari.

 

Kedua, pihak lembaga diminta jelaskan penerimaan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi, dan jika ada, maka pihak lembaga harus menjelaskan, dan nama-nama mahasiswa penerima dana tersebut ditempel di papan informasi kampus.

 

Ketiga, mahasiswa meminta ruang demokrasi dibuka, terutama terkait pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), yang hingga saat ini masih diduduki oleh teman-teman muslim saja. 

 

Keempat, mahasiswa meminta agar sejak semester empat, mahasiswa praktek dan jurusan yang ingin melakukan praktek dapat dibagi ke lembaga penerbitan, atau kantor-kantor media massa yang ada di Jayapura, Papua.

 

"Kami hanya menyampaikan empat aspirasi saja, silakan bapak-bapak pimpinan tanggapi, dan minta maaf kalau aksi saat ini dilakukan di lapangan terbukan," tegas Kosamah.

 

Ketua Stikom Muhammadiyah Jayapura, Syukuri, saat memberikan respon atas pernyataan mahasiswa menegaskan, semua point yang disampaikan mahasiswa akan segera direspon setelah pihak lembaga dan dosen melakukan pertemuaan.

 

“Cara adik-adik menyampaikan aspirasi cukup bagus, karena dengan aman dan damai, kami akan segera merespon pernyataan itu, namun tunggu kami pertemuaan dengan para dosen dulu," katanya.

 

Walaupun sebagai Ketua Stikom, lanjut Syukri, dirinya harus berkonsultasi dengan pimpinan tertinggi yayasan atau lembaga, dan juga dengan para dosen, agar dicarikan solusi untuk kebaikan bersama.

 

"Adik-adik bisa bubar, saya jamin akan sampaikan hasil rapat kami terkait aspirasi adik-adik. Tentu akan kami informasi hasilnya," tegasnya.

 

Editor: Oktovianus Pogau

 

ARDI BAYAGE

Terkini

Populer Minggu Ini:

Panglima TNI Didesak Tangkap dan Adili Prajurit Pelaku Penyiksa Warga Sipil...

0
“Oleh sebab itu, LBH - YLBHI mengutuk keras praktek penyiksaan yang dilakukan oleh prajurit TNI terhadap warga Papua. LBH-YLBHI mendesak Komnas HAM secepatnya melakukan penyelidikan dan menuntut para pelaku penyiksaan menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya serta mendesak panglima TNI turun tangan melakukan penangkapan para pelaku,” tegasnya dalam rilis yang diterima suarapapua.com, Senin (25/3/2024).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.