Siapa Pelaku Pembunuhan Ketua KNPB Sorong Raya; Ini Analisisnya (Bagian I)

0
3285

Oleh: Catatan Isi Pikiran*

Anak Agung Gede Anum Putra, dari Fakultas Kedokteran Udaya Bali, dalam analisanya yang berjudul: “Kematian Akibat Tenggelam, Laporan Kasus”, memberikan uraian yang menarik terkait penyebab kematian oleh tenggelam.

Hal ini memerlukan beberapa analisa, antara lain pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan diatom, dan pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan toksologi.

Ketika melakukan semua hal ini, kita akan mendapat kesimpulan terkait penyebab dan waktu kematian. Salah satu cara ilmiah guna menentukan waktu kematian seseorang itu adalah lewat pemeriksaan luar, yakni bau jenazah.

Menurut berbagai media lokal, jenazah Alm. Marthinus Yohame, ketua KNPB wilayah Sorong Raya, pertama kali ditemukan pada pukul 07.00 WIT (Selasa, 26 Agustus 2014) oleh seorang Nelayan di sekitar Kepulauan Nana. Setelah perahunya mendekati mayat, maka jenazah itu mengeluarkan bau busuk.

ads

Maka untuk menjawab waktu kematian seseorang, karena jenazah telah bau, maka kembali ke teori diatas, kematian ini telah memakan waktu 1×24.

Bau jenazah ini secara teori akan muncul bermula dari perut korban. Karena ekosistem penemuan mayat itu berada di air laut/asin, maka pembusukannya mengalami hambatan, sehingga harus dihitung 2×24 jam.

Baca Juga:  Freeport dan Fakta Kejahatan Kemanusiaan Suku Amungme dan Suku Mimikawee (Bagian 3)

Sehingga secara ilmu medis, Alm. Martinus Yohame, meninggal kurang lebih 2×24 jam, yakni pada 24 Agustus 2014, pukul 07.00 WIT.

Agenda negara pada saat itu, yakni dalam 2×24 jam adalah Presiden SBY, sedang berada di Pulau Mansinam, yakni ketika meresmikan patung Yesus Kristus setinggi 30 meter, tepat pada pukul 10.00 WIT (Minggu, 24 Agustus 2014).

SBY berada di Manokwari hanya 4 jam, dan membatalkan agenda semula yakni pertemuan dengan para Bupati dan Gubernur se-Tanah Papua. Telapak kaki Presiden SBY nyaris tak pernah injak Tanah Papua pada tanggal 24 Agustus tersebut.

Hanya injak karpet (bandara dan situs), semen (hotel dan bandara), aspal, besi (mobil). Dia berkendaraan sejak dari Bandara Rendani, dan bahkan di situs Kristus Raja Pulau Mansinam juga, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari dermaga, menggunakan mobil ke tempat peresmian.

Sewaktu sampai Pulau Mansinam, Kompas memberitakan hujan turun, sebagaimana di Raja Ampat pada hari sebelumnya.

Sehingga dapat disimpulkan lewat analisa medis kondisi luar mayat, yakni bau, bahwa Al, Martinus Yohame dibunuh kurang lebih bersamaan waktunya dengan peresmian situs Yesus Kristus oleh President SBY di Pulau Mansinam.

Baca Juga:  Hilirisasi Industri di Indonesia: Untung atau Buntung bagi Papua?

Dari pengamatan bau jenazah dan kondisi arus laut di depan kota Sorong, maka kita dapat merangkai cerita tempat kejadian perkara (TKP) sebagai berikut.

Dari data http://kkji.kp3k.kkp.go.id/…/basisdata…/details/1/128 , kita mengetahui data terkait: Iklim dan dan kondisi perairan di seputar Sorong – Raja Ampat. Iklim angin, pada wilayah Raja Ampat dipengaruhi oleh angin muson; antara bulan Mei-November bertiup angin pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut.

Sedang kecepatan anginnya, kita tahu terletak antara 5-15 knot dan di wilayah teluk Sorong, tempat penemuan jenazah/TKP, hanya 3 knot.

Menurut data dari Dishidros, arus tetap yang terdapat di sekitar Selat Sele (koordinat 0110 LS dan 13110 BT) sebesar 3,75 m/detik.

Secara umum, pola pergerakan arus di wilayah perairan Raja Ampat pada bulan Agustus mengarah dari Timur menyusuri bagian Utara Pulau Papua menuju Barat Daya (Laut Banda).

Sedangkan pada bulan Oktober arus datang dari arah Barat Daya menyusuri Kepulauan Maluku menuju Timur Laut/Samudera Pasifik (Wyrtki, 1961). Hal ini tidak lepas dari suhu laut di Laut Banda dan Samudera Pasifik.

Dengan membaca kajian teknis di atas, maka arus laut pada saat kejadian ini (Jam 07 : 00 WIT, 24 Agustus 2014), mengarah dari Timur, menyuri utara Pulau Papua dan menuju ke Barat Daya (Laut Banda).

Baca Juga:  Orang Papua Harus Membangun Perdamaian Karena Hikmat Tuhan Meliputi Ottow dan Geissler Tiba di Tanah Papua

Tempat penemuan jenazah di pulau Nana dan kecepatan arus laut: 3,75 m/detik, serta menimbang waktu penemuan (07.00 WIT, 26 Agustus 2014), maka jenazah ini telah hanyut sejauh 3,75 m x 60 x 48, yakni 10800 meter atau 10, 8 km.

Karena arus dari Timur menyusuri utara Papua, yakni dari arah Manokwari – Makbon- Saoka – Tanjung Kasuari. Dari sini, arus laut menuju Kota Sorong, dan melewati berbagai pulau kecil di depannya, entah itu Pulau Doom, Pulau Nana dan lain sebagainya, dan kemudian keluar ke Selat Sele.

Ibarat botol, maka Tanjung Kasuari adalah mulutnya. Dengan demikian, maka jenazah pada awal mula masuk ke dalam air laut adalah di wilayah laut di depan Tanjung Kasuari pada jam 07.00 WIT, Minggu, 24 Agustus 2014.

Tempat penemuan Jenazah ini konsisten dengan arah arus laut dan kecepatan arus di perairan. (Bersambung).

*Penulis adalah pengamat sosial, tinggal di Pinggiran Kabupaten Intan Jaya, Papua

Artikel sebelumnyaTerdapat 74 Tahanan Politik Papua di Bulan Agustus 2014
Artikel berikutnyaUmat Kristen Papua Kecam Pelaku Pembakaran Gereja di Aceh Singkil