Artikel1 Mei 2016: Orang Papua Tuntut Jasa Perang Pasifik

1 Mei 2016: Orang Papua Tuntut Jasa Perang Pasifik

Oleh: Beni Pakage*

Bukti sejarah Sekutu perang di Pasifik pasti ada dan tersimpan rapi, sehingga perlu ada yang mengoreknya sebelum dibakar untuk menuntut jasa dari papasan perang sesuai janji di Ifar Gunung. Atau patung Jend. Douglas Mc Arthur dibongkar saja, karena orang Papua tidak mendapat sesuatu dengan jasa mereka.

Beberapa waktu lalu teman kami Theopilus Lay membentangkan sebuah foto dari Kota Baroe (Hollandia) atau Jayapura 1 Mei 1963 di status facebook beliau. Dalam foto itu, Doktor Soebandrio berpidato di depan UNTEA dan Rakyat Papua sebelum Papua Barat diserahkan kepada Indonesia dengan simbol bendera PBB resmi diturunkan meninggalkan Merah Putih yang saat itu sendiri berkibar di tengah lapangan Imbi, Kota Baroe/Hollandia/Jayapura.

Saya agak terganggu karena moment sejarah dari teman kita ini, sepertinya dia tidak menyinggung perasaan orang Asli Papua saat itu bagaimana, dimana dengan air mata, dengan tenang tidak berdaya hanya menonton penurunan bendera PBB sebagai Dewa yang saat itu dianggap mampu menolong orang Papua.

Moment ini, saya diceritakan oleh orang tua saya yang saat itu sebagai orang dari gunung memiliki fisik yang kuat, tetapi hanya menyaksikan bagaimana teman-teman di Depapre dan Sentani, Nyongso,Tanah Merah, Sarmi dan Keerom yang dengan gigih melakukan perlawanan kepada orang Indonesia yang datang ke tanah ini. Namun dengan kekuatan senjata yang dimiliki Indonesia mereka dibunuh, ditangkap, diteror, diculik dan sebagainya.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

Keberanian mereka melakukan perlawanan ini karena saat itu sebagian besar orang dari kampung-kampung yang disebutkan di atas telah melakukan perlawanan sejak Sekutu Barat menginjakan kaki di negeri mereka. Perlawanan mereka ini bukan begitu saja terjadi, tetapi lahir dari kesadaran diri mereka sebagai sebuah bangsa, selain mereka juga terlibat dalam perang dan berjasa membantu pasukan Sekutu memenangkan Perang Pasifik.

Hasilnya, Amerika, Inggris, Belanda, Australia, Jerman dan Prancis, Selandia Baru berdiri dengan kokoh hari ini. Untuk membuktikan ini, dan bila hari ini kami bangunkan tulang dan tengkorak mereka yang terlibat langsung dalam perang Pasifik untuk bicara, mereka akan sampaikan bahwa mereka sudah turut membantu Sekutu yaitu mulai dari memberikan makan minum, membantu pembuatan peta perang, membuat jalan hingga mengangkat senjata melawan Pasukan Jepang yang pantang mundur saat itu.

Perjuangan membantu sekutu oleh orang Papua bukan hanya terjadi di pesisir. Orang gunung khususnya Orang Mee sudah membantu Sekutu melawan Jepang di Paniai, sehingga banyak yang jatuh korban. Akhir dan hasil perjuangan itu, pemimpin perang Jend. Douglas Mc Arthur di Ifar Gunung melakukan pidato dan berjanji untuk Sekutu akan memberikan Kemerdekaan kepada daerah-daerah Pasifik yang telah membantu mereka memenangkan perang.

Beberapa tahun kemudian, di Canberra para sekutu ini buat apa yang disebut Canberra Agreement untuk memenuhi janji Jend. Douglas Mc Arthur di Ifar Gunung, di mana negara-negara sekutu ini berjanji dan menandatangani sebuah perjanjian yang dikenal dengan sebutan Canberra Agreement. Dalam perjanjian ini sekutu yang menang perang di Pasifik akan memberikan kemerdekaan kepada daerah-daearah yang sudah membantu mereka memangkan Perang Pasifik lawan Jepang.

Baca Juga:  Orang Papua Harus Membangun Perdamaian Karena Hikmat Tuhan Meliputi Ottow dan Geissler Tiba di Tanah Papua

Maka, mendengar itu dan untuk menyikapinya, di Jayapura tahun 1947 semua rakyat dari semua marga di Numbay mengirim 3 buah petisi (pernyataan sikap) kepada Mahkota Ratu Juliana di Belanda, karena di sidang Internasional mengenai Irian Barat menguat isu Pemungutan Pendapat Rakyat dan pembentukan Forum Pasifik Selatan untuk menjawab Canberra Agreement yang terbentuk.

Dalam tuntutannya masyarakat Numbay meminta bila dilakukan pemungutan suara di Irian Barat, mereka minta agar seluruh orang Melanesia di Pasifik Selatan dilibatkan untuk menentukan masa depan Papua Buat dan anak cucu. Namun petisi ini tinggal petisi.

Beberapa hari lalu Presiden Jokowi ke Belanda,disambut anaknya Ratu Juliana, Ratu Beatrix. Begitu juga, SBY dan Jokowi ke Inggris dijamu makan oleh Ratu Elisabeth dan dijemput bak dewa di Inggris. Ke Jerman mereka akan beritakan Tank Leopord. Di Amerika, Jokowi dan Obama atur Kontrak Karya PT. Freeport. Di Inggris tidak tahu, janji apa lagi.

Beban keringat dan darah yang dipersembahkan orang Papua kepada Sekutu hanya pepasan perang kosong. Saat ini negara-negara ini kokoh di atas sebagian tulang dan darah serta kekayaan bangsa Papua. Pasti dengan penangkapan hari ini, aktivis Papua dari KNPB yang berjumlah 1.828 orang untuk minta referendum ulang dan pengembalian hak politik mereka, negara-negara ini sudah lupa dengan jasa perang yang diberikan oleh orang Papua dengan hanya memberikan pangkat Titular kepada mereka.

Baca Juga:  Menghidupkan Kembali Peran Majelis Rakyat Papua

Apakah perlu, para birokrasi negara-negara super power yang kami sebut diatas bersama anak cucu mereka perlu kami berikan informasi ini? Atau mereka lupa bahwa kejayaan mereka hari ini, sebagai bagian dari jasa para manusia kulit hitam di Papua Barat? Mungkin kita perlu sosialisasikan mengenai informasi ini.

Bukti sejarah Sekutu perang di Pasific pasti ada dan tersimpan rapi, sehingga perlu ada yang mengoreknya sebelum dibakar untuk menuntut jasa dari papasan perang sesuai janji di Ifar Gunung. Atau patung Jend. Douglas Mc Arthur dibongkar saja, karena orang Papua tidak mendapat sesuatu dengan jasa mereka. Hasil penangkapan hari ini perlu disosialisasikan bersama dengan sejarah ini. Agar bangsa-bangsa besar ini sadar bahwa masih ada utang yang belum dibayar mereka dengan segera membicarakan masalah Papua Kembali di Forum Internasional. Sebelum mereka terbuai dengan kekayaan alam yang ada di tanah ini. Dengan maksud barter kelas teri yang dijalankan Jokowi kepada mereka dengan harapan orang Papua punah di negeri mereka.

 

Penulis adalah pemerhati masalah sosial. Tinggal di Tanah Amungsa.

 

1 KOMENTAR

Terkini

Populer Minggu Ini:

Media Sangat Penting, Beginilah Tembakan Pertama Asosiasi Wartawan Papua

0
“Sehingga dengan hadirnya AWP ini diharapkan harus menjadi organisasi yang terus mengumandangkan kebersamaan di tengah hidup masyarakat Papua melalui pemberitaan,” kata Elsye Rumbekwan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.