Kasus Owen Pekei, DPRP Minta Kapolda Papua Bertanggungjawab

0
3391

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Meski telah dibantah Polres Nabire, meninggalnya Owen Pekei (18) diminta segera ditangani serius sekaligus dijelaskan kepada keluarga korban ihwal kronologi kejadiannya.

Laurenzus Kadepa, anggota DPR Provinsi Papua, mengatakan, apakah korban meninggal karena terkena peluru atau murni kecelakaan lalu lintas (laka lantas), kasus tersebut harus disampaikan pihak kepolisian secara jujur kepada publik terutama keluarga korban.

Kendati motif dan kronologi kejadiannya simpang siur, kata Kadepa, sesuai pengakuan dari keluarga korban, berbeda dengan penjelasan pihak kepolisian. Owen Pekei, siswa kelas II SMA YPPGI Nabire, menurut pihak keluarga, tewas tertembak setelah sebelumnya dikejar lantaran tak mengenakan helm dan membawa noken bercorak bendera Bintang Kejora, Senin (27/6/2016) sore.

Baca Juga:  Polri akan Rekrut 10 Ribu Orang untuk Ditugaskan di Tanah Papua

Dikemukakan, jika benar kesaksian pihak keluarga setelah melihat kondisi korban, aparat harus bertanggungjawab. Sebab, kata dia, alasan penembakannya tak logis. “Bila benar akibat penembakan, Kapolda (Papua) harus turun tangan periksa anak buahnya di Polres Nabire,” ujarnya kepada suarapapua.com, kemarin pagi.

Kadepa mengingatkan, nyawa orang hanya ada di tangan Tuhan. “Manusia tidak berhak, dan jangan lakukan penembakan karena itu bukan solusi, justru menambah masalah. Ini tindakan tidak manusiawi, kalau benar ditembak pelakunya sangat biadab,” tegasnya.

ads

Ia menyebut alasan aparat sangat tak wajar. “Alasan Owen Pekei tidak pakai helm dan bawa noken bergambar BK itu sangat tidak wajar. Dan kalau aparat mengantisipasi kegiatan 1 Juli, juga sangat tidak wajar, karena tidak boleh menghilangkan nyawa manusia tidak berdosa,” tutur Kadepa.

Baca Juga:  PTFI Bina Pengusaha Muda Papua Melalui Papuan Bridge Program

Sebagaimana diberitakan media ini sebelumnya, siswa kelas II jurusan IPS di SMA YPPGI Nabire itu, menurut pihak keluarga, ditembak saat mengendarai sebuah sepeda motor di Jalan Merdeka. Saat itu ia membawa sebuah noken anyaman bermotif Bintang Kejora.

Kadepa juga pertanyakan, apakah korban selama ini masuk DPO terkait kasus kejahatan yang luar biasa? Apakah saat itu terjadi perlawanan menggunakan senjata kepada aparat keamanan?

“Alasannya harus kuat hingga dengan gampang lepas peluru. Keluarga korban bilang, anaknya hanya seorang siswa. Bukan penjahat. Kenapa harus ditembak? Ini harus diperjelas,” ujarnya.

Baca Juga:  Dewan Pers Membentuk Tim Seleksi Komite Perpres Publisher Rights

Untuk itu, Kapolda Papua diminta segera mengungkap ke publik kejadian tersebut. “Kapolda Papua harus hukum semua, yang memerintah sampai yang melakukan,” imbuhnya lagi.

Secara umum, Kadepa tegaskan, aparat keamanan stop bikin kasus baru di Tanah Papua, apalagi tindakan menghilangkan nyawa orang. Sebab, sudah ada komitmen negara mau selesaikan pelanggaran HAM dan berjanji tak akan melakukan penembakan terhadap warga sipil di Bumi Cenderawasih.

“Upaya negara untuk selesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM dan janji pemerintah kepada dunia internasional untuk tidak lagi melakukan pelanggaran HAM, saya kira sudah bagus. Tetapi dengan kejadian ini, semua upaya itu terkesan hanya tipu,” ungkap Kadepa.

Pewarta: Stevanus Yogi

Editor: Mary Monireng

Artikel sebelumnyaKepala Suku Panggil Pejabat Nduga Kembali ke Tempat Tugas
Artikel berikutnyaJadi Raja Beberapa Jam di Qatar Airways yuk!