Patrige Renwarin: Banyak Anggota Polisi Tidak Profesional dalam Menjalankan Tugas

0
2541

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—- Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polisi Republik Indonesia Daerah Papua, Kombel Pol Patriage Renwarin mengatakan, kasus-kasus kekerasan terhadap pers yang terjadi di Papua selama ini murni disebabkan karena keterbatasan pengetahuan aparat kepolisian tentang jurnalistik dan pengetahuan lain yang harusnya dipahami dan diketahui anggota kepolisian.

“Kalau ada tindakan pembatasan menjalankan kegiatan jurnalstik di Papua, itu berarti karena anggota (polisi) yang tidak profesional.  Tidak ada kata lain selain dia (oknum anggota) tidak profesional dan tidak memahami berbagai macam ilmu pengetahuan. Tentang tugas-tugas kepolisian memang begitu. Tetapi harus dia (anggota kepolisian) mempunyai pengetahuan yang lain selain ilmu kepolisian,” tegas Renwarin kepada suarapapua.com pada 15 Julis 2016 lalu di Waena, Papua.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Sehingga dia (anggota polisi) tidak melihat orang itu dari sisi yang negatif saja. Misalnya kalau kita bicara teori, zaman dulu ada teori yang mengharuskan untuk melihat orang dari tampangnya dan memvonis seseorang sebagai orang jahat, sebagai orang yang tukang tipu dan sebagainya.

Menurut Renwarin, Teori ini harusnya dipelajari dengan baik. Sebab kalau dia tidak pelajari itu, dia akan melihat orang yang brewok, gimbal berarti dia orang jahat.

“Padahal tidak. Mereka tidak punya ilmu itu. Sekolah tujuh bulan untuk calon anggota Polri itu kurang. Karena dia belum belajar tentang yang lain-lain,” ungkap Renwarin.

ads

Lebih lanjut, Renwarin menguraikan, bagaimana pun, dia (anggota polisi) harus berkomunikasi dengan orang. Kalau ketemu orang papua dia harus bisa berkomunikasi dengan orang papua, kalo dia ketemu dengan orang Jawa, dia harus bisa bicara dengan orang Jawa, begitu pun dengan orang-orang dari suku-suku lain yang ada di Indonesia karena dia harus tahu dan kuasai pengetahuan tentang itu.

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

Ketika disinggung tentang tindakan intimidasi yang sering dialami dan dihadapi wartawan asli Papua di lapangan saat menjalankan tugas-tugas jurnalistik di Papua, Renwarin mengatakan, tidak semua ilmu pengetahuan dipelajari dan diajarkan saat menempuh pendidikan polisi.

Sehingga, mereka (anggota) yang di lapangan tidak punya banyak pengetahuan tentang fungsi dan peran jurnalistik, tentang bagaimana menghadapi massa, psikologi massa, dan banyak hal. Maka, dengan ketidaktahuan mereka tersebut, sering terjadi intimidasi dan kekerasan terhadap insan pers di Papua.

Baca Juga:  Panglima TNI Bentuk Koops Habema Tangani Papua

“Hampir semua anggota kepolisian tidak belajar tentang ilmu itu. Mereka tidak tahu ilmu-ilmu pengetahuan seperti itu. Sehingga yang ada selalu melihat watawan yang gimbal, kribo dan brewok sebagai orang jahat. Padahal tidak demikian. Jadi yang begitu-begitu itu anggota-anggota kepolisian yang tidak profesional,” urainya.

Lanjut Renwarin, “Tidak ada kata lain selain tidak profesional. Dan hal-hal begini saya akan sampaikan kepada bawahan saat apel. Karena pengetahuan tentang hal-hal begini mereka harus tahu,” tegasnya.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaTAPOL: Indonesia Segera Hentikan Impunitas dan Penangkapan Sewenang-wenang di Papua
Artikel berikutnyaPGRI: Jangan Ada Perpeloncoan dalam Penerimaan Murid Baru