Perjuangan Kemerdekaan Papua Barat yang Dilupakan – Wawancara dengan Benny Wenda, Pemimpin Papua Barat

2
18099

Oleh: Michael McDermott

Momentum kemerdekaan Papua New Guinea dari Australia dicapai pada tanggal 16 September 1975. Tetapi Papua Barat yang adalah salah satu provinsi pada satu pulau sedang berjuang untuk menentukan nasib sendiri yang salah satu di dunia yang kurang dipublikasikan dan perjuangan kemerdekaan terlama yang sedang diperjuangkan.

Pada tahun 1963, orang Papua Barat telah memenangkan kemerdekaannya dari kolonial Belanda, tetapi negaranya diinvasi oleh Indonesia dan tahun 1969 dianeksasi setelah dilakukan sebuah pemungutan suara kontroversial yang memilih hanya 1000 orang Papua Barat.

Yang mana puluhan tahun telah menyebabkan ketegangan antara Indonesia dan orang Papua Barat, yang mana dikatakan hubungan neo-kolonialisme atau kolonialisme cara baru. Aturan Indonesia penuh dengan kekerasan, eksploitasi ekonomi dan ketidakadilan.

“Indonesia mampu untuk membantai rakyat saya,” kata Benny Wenda, pemimpin orang Papua Barat di pengasingan.

ads

“Hampir 500.000 laki-laki dan perempuan telah dibunuh. Di saat saya berbicara ini, di Papua Barat sedang terjadi penangkapan, intimidasi dan hukuman penjara sedang berlangsung.” Angka itu adalah estimasi dari organisasi kemanusiaan yang konsisten mengadvokasi pembunuhan di Papua.

Wenda mengatakan, orang Papua pada dasarnya hidup dalam situasi apartheid, atau dalam sebuah sistem politik masa lalu dari Jim Crow di bagian Selatan Amerika Serikat. “Tanpa kemerdekaan dari sidang, misalnya orang Papua Barat tidak bisa secara resmi memprotes dan mengatur kelompok sosial,” ujar Wenda.

Baca Juga:  Berlakukan Operasi Habema, ULMWP: Militerisme di Papua Barat Bukan Solusi

Akibatnya, 54 orang Papua Barat ditahanan politik oleh Indonesia. Tiga tahun yang lalu, 27 aktivis kemerdekaan dibunuh, pertengahan tahun ini nyaris terus terjadi.

Wenda mengatakan, pasukan khusus Indonesia saat ini menargetkan dan sedang membunuh anak-anak mudah Papua Barat yang masih berstatus remaja yang sedang berpendidikan di SMA dan SMU.

Dia juga mengatakan, Negara dengan sejarah mereka sendiri secara rasial melakukan kerusuhan – yang lebih menonjol adalah Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru (New Zealand) – mereka membantu untuk melatih pasukan khusus Indonesia yang disebut anti teroris dan selanjutnya telah membunuh sejumlah aktivis.

Wenda mengatakan, perjuangan Papua Barat tanpa diketahui orang banyak yang telah melakukan perlawanan dengan Pemerintah Indonesia selama 50 tahun lebih untuk mendapatkan kemerdekaan. Karena 50 tahun itu pemerintah Indonesia tidak mengizinkan wartawan untuk masuk ke Papua. Hanya wartawan dari BBC dan ABC yang pernah masuk ke Papua dengan melakukan penyamaran walaupun pemerintah Indonesia menyatakan tidak mengizinkan masuk.

Baca Juga:  Komisi HAM PBB Minta Indonesia Izinkan Akses Kemanusiaan Kepada Pengungsi Internal di Papua

Dia juga menyatakan, bantuan grup internasional dan grup perdamaian Internasional dibatasi untuk masuk ke Papua oleh otoritas Indonesia. Malah orang Papua makin dibatasi untuk mengekspresikan perjuangan mereka di media sosial di mata dunia.

Dari tanggal 30 September hingga 30 Oktober 2016, “Rockin untuk Papua Barat” akan melakukan event internasional di Australia dan beberapa negara lainnya di dunia.

Wenda menjelaskan, pergelaran musik ditawarkan oleh semua gerakan perjuangan sebagai sebuah “senjata” untuk mendukung melawan aturan Indonesia, karena di seluruh dunia musik memiliki kekuatan besar. Musik akan mengubah opini masyarakat dan lewat musik pula rakyat akan terinspirasi.

Benny Wenda terus mengelilingi dunia untuk menggalang dukungan dan solidaritas dari negara-negara kawasan untuk memajukan perlawanan.

“Kini target kami adalah negara-negara Pasifik. Kami berharap kami bisa melakukan yang terbaik dengan memobilisasi kawasan ini secara global,” ujar Wenda.

Koalisi Pasifik untuk West Papua atau Pacific Coalition on West Papua (PCWP) telah dibentuk pada bulan Juli lalu. Didalamnya Pemerintah Solomon Islands, Vanuatu, Tuvalu dan Nauru. Melanesian Spearhead  Group (MSG) dan Pacific Island Forum (PIF) kurang lebih sudah memberikan dukungan bagi West Papua.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Wenda mengakui, dia dan beberapa orang Papua Barat yang mewakili telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke United Nation (UN) untuk mengangkat isu kemerdekaan Papua Barat.

“Saya sangat percaya bahwa rakyat Pacific – khususnya Micronesia, Polynesia dan Melanesia – yang dimulai dari pemerintahannya hingga rakyat mendukung isu ini, termasuk masyarakat di Australia dan Selandia Baru,” tutur Wenda. “Rakyat biasa (Papua) selalu bersama dengan kami.”

Dia mengatakan bahwa Papua Barat lawan banyak hal yang lazim dengan kelompok perjuangan kemerdekaan wilayah lain, antara lain Guam and New Caledonia, termasuk juga perjuangan terhadap operasi di Palestina dan bagian Selatan Sahara.

“Saya pikir perjuangan seperti ini lumrah dengan sentimen yang sama halnya. Saya berharap kepada semua orang di luar sana dengan satu hati mendukung kami. Kami membutuhkan dukungan kalian karena perjuangan ini bagian dari kemanusiaan.”

Naskah ini dipublikasikan Suara Papua setelah mendapat izin untuk disiarkan ulang dari Green Left Weekly yang dipublikasikan pada 24 September 2016. Naskah dalam bahasa Inggris bisa dibaca di sini West Papua’s forgotten independence struggle — interview with Papuan leader Benny Wenda.

 

Artikel sebelumnyaJabar Waspadai Papua di Laga Semifinal PON XIX
Artikel berikutnyaPertunjukan Wansolwara Dance Movement Angkat Isu West Papua