Pembangunan SDM Harus Didahulukan Daripada Infrastruktur

0
4038

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Bertempat di Kampung Koya Tengah, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Ikatan Mahasiswa Pelajar Wilayah Selatan bersama Pusat Spiritual dan Mental Santo Yohanes Paulus II, gelar rekoleksi pada 24 sampai 25 September 2016 lalu.

Yohanes Yamkin, promotor kegiatan rekoleksi dan juga anggota DPRD asal wilayah Selatan, Kabupaten Pegunungan Bintang, menilai, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mestinya didahulukan, daripada pembangunan infrastruktur.

“Dari pada saya bangun jalan, lebih baik bangun sumber daya manusianya dulu. Pembinaan spiritual dan mental itu yang terpenting. Ini kali kedua kami di wilayah Selatan merasa tertinggal jauh dari daerah lain, untuk itu kami bangun manusianya melalui mental dan spiritual,” ujar Yamkin.

Pembangunan SDM, kata dia, untuk saat ini sangat dibutuhkan. Karena di berbagai lini, dibutuhkan SDM yang handal. Di semua bidang itu harus diisi oleh putra daerah. Sehinggg yang paling prioritas saat ini adalah pembangunan SDM.

Baca Juga:  Pemuda Katolik Papua Tengah Mendukung Aspirasi Umat Keuskupan Jayapura

Pastor Jhon Bunai saat menyampaikan materi mengatakan bahwa yang terpenting dalam membangun bangsa ini adalah bangun mental, spiritual dan moral.

ads

Pastor Jhon mengapresiasi Yohanes Yamkin selaku promotor kegiatan tersebut. Menurutnya, pembenahan yang utama adalah mental mahasiswa dan pelajar, guna menemukan siapa mereka dan untuk apa mereka datang sekolah di Jayapura menjadi bahan refleksi mereka nantinya.

“Apa yang kami tabur bisa tumbuh dalam diri mereka. Kami percaya hasilnya bukan hari ini, tapi membutuhkan proses. Maka  saya mengajak  semua pejabat  anak asli Papua di negeri ini (Papua), di masa otonomi khusus ini, mari kita bangun manusia. Bukan soal jumlah orang Papua yang sedikit, tapi yang sedikit itu kita berkualitas dan menjadi terang sesama,” kata Pastor Bunai.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Segera Perintahkan Panglima TNI Proses Prajurit Penyiksa Warga Sipil Papua

Sementara itu, koodinator bidang senimar Puspita, Kornelia Pekey, usai kegiatan menegaskan bahwa kehadiran Puspita di Keuskupan Jayapura merupakan bentuk keprihatinan terhadap realita terhadapa anak-anak muda yang tidak lagi mendapat pembinaan oleh gereja Katolik.

Ia mencontohkan, ditutupnya asrama-asrama Katolik tidak ada lagi pembinaan mental dan spiritual yang tumbuh dalam kebersamaan di dalam hidup berpola asrama. Maka Puspita merasa penting untuk membagi, membina moral dan rohani harus mendapat pendampingan secar terus menerus.

Stanis Wenggo, koordinator Mahasiswa Pelajar Iwur di Koya Tengah mengatakan, mahasiswa dan pelajar dari Pegunungan Bintang secara khusus kampung Iwur dan wilayah lain di Selatan Pegunungan Bintang ke Jayapura untuk belajar. Dan tentu saja di dalam perjalanan menuntut ilmu akan banyak godaan, untuk itu penting untuk pembinaan rohani agar tetap berpegang teguh pada ajaran agama, sehingga semua belajar dengan baik dan takut akan Tuhan.

Baca Juga:  Generasi Penerus Masa Depan Papua Wajib Membekali Diri

“Kami yang datang belajar di Jayapura kalau tidak dikuatkan dengan siraman rohani, kami gampang goyah dengan berbagai tawaran dunia saat ini. Di era globalisasi, saya sebagai peserta merasa bersyukur dan menyadari bahwa saya datang ke Jayapura untuk belajar banyak hal. Sehingga nanti kembali ke kampung, bisa kembangkan apa yang saya dan teman-teman dapat demi kemajuan daerah kami,” kata Wenggo.

Pewarta: Jumkon Wayap

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaYoakim Mujizau: Tidak Benar Pelaku Pembakar Polsek Sugapa Ditangkap di Timika
Artikel berikutnyaKita Semua Bangsa Pendatang dan Multiminoritas Penghuni Gugusan Kepulauan Nusantara