Semua Anak Papua di Luar Negeri Menunggu Beasiswa Pemprov

0
4680

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Keterlambatan pengiriman bantuan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua tidak hanya dialami anak-anak Papua di Kanada dan Washington State, Amerika Serikat.

Dari data yang dihimpun suarapapua.com, pelajar dan mahasiswa Papua di berbagai negara mengalami hal sama.

Berikut adalah tempat dan kasus-kasus yang dihadapi akibat beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), belum dikirim sampai hari ini tepat pada tanggal 7 Februari 2017.

Arizona

Sudah 7 bulan, 12 mahasiswa Papua di Arizona State University (ASU) Arizona, Amerika Serikat, belum terima biaya studi dari Pemprov Papua.

ads

Persoalan yang dialami saat ini adalah sudah 7 bulan atau hingga Februari 2017 belum juga mendapat transfer pengiriman biaya studi tersebut agar bisa mendaftar kuliah. Ini terhitung sejak mereka dikirim studi di Arizona pada Juni 2016 lalu.

Untuk aplikasi pendaftaran online saja, per orang harus membayar 85 dolar AS. Tetapi uang itu didapat dari mana, karena mereka belum punya uang. Belum lagi untuk biaya lainnya ketika sudah terdaftar dan siap untuk kuliah.

Texas

Akibat tak bayar biaya kuliah dan asrama, empat mahasiswa terpaksa memilih meninggalkan kampus dan asrama mereka di Texas untuk tinggal sementara waktu bersama mahasiswa Papua lain di Reno, Nevada, Amerika Serikat. Sedangkan barang-barang mereka tetap dibiarkan di asrama sambil menunggu kejelasan pengiriman biaya dari Pemprov  Provinsi Papua ke rekening mereka.

Oregon dan California

Beberapa mahasiswa Papua di Corban University (Oregon) dan San Bernadino University (California), mereka sering mengalami keterlambatan pengiriman biaya studi dari Pemda Provinsi Papua hingga tiga sampai empat bulan. Keterlambatan ini kadang menyebabkan terjadinya tunggakan pembayaran biaya di kampus dan asrama atau apartemen tempat mereka tinggal.

Washington State

Baca Juga:  Pilot Philip Mehrtens Akan Dibebaskan TPNPB Setelah Disandera Setahun

Akibat dari itu, beberapa mahasiswa yang tinggal bersama host family sudah dikeluarkan karena rent of due date habis. Sebelumnya, host family diminta bersabar sekaligus beri kesempatan untuk memenuhi uang rentnya. Tetapi, karena janji tersebut telah berlalu bahkan beberapa bulan tak bayar, akibatnya dua siswa SMA kembali ke Papua.

“Kalau kamu tidak lagi bayar, kamu akan dideportasi ke negara asalmu,” ujar host family kepada dua siswi SMA yang telah kembali ke Papua.

Mendengar itu, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke Papua sebelum barang-barangnya dikeluarkan secara kasar.

Pengakuan sama datang dari beberapa mahasiswa sekampus. (Baca juga: Dua Siswa Papua “Cabut” Dari Amerika, Lainnya Masih Merana

“Kami malu sekali hanya janji dan janji trus kepada host family. Apalagi mereka ini orang barat, bicaranya hanya to the point. Kami bersyukur karena mereka beri kami beberapa bulan untuk tinggal walaupun kami belum bayar rent,” kata seorang mahasiswa di Green River Collage, Washington state.

Kanada

Situasi sama dialami puluhan pelajar dan mahasiswa Papua di Kanada. Dari 35 orang yang dikirim pemerintah daerah, 15 anak SMA (Bronte College) dan 20 orang kuliah di University (Humber College).

“Kurang lebih tiga bulan terakhir ini kami belum menerima biaya studi dan biaya hidup kami,” seorang mahasiswa di Kanada. (Baca juga: Kisah Pilu Anak Papua di Kanada)

Tak ada finansial berdampak pada kondisi belajar mereka di sekolah, kampus maupun di tempat tinggal. Bahkan, sebagian besar dari pelajar dan mahasiswa Papua yang ada di Kanada sudah tak melanjutkan kuliah lagi.

“Ada juga yang membatalkan semester, lebih mirisnya ada yang dikeluarkan dari kelas untuk tidak mengikuti pelajaran karena belum memperpanjang izin tinggal atau Visa. Mau urus Visa tentu butuhkan uang,” tulisnya.

Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender

Alasan lain beberapa orang sudah dikeluarkan oleh pihak pemilik rumah kos karena yang bersangkutan terlambat membayar biaya sewa. Selain itu, masih banyak persoalan lainnya.

“Ini keluhan yang sedang kami alami saat ini, sejak tiga bulan lalu. Kami keluhkan bantuan beasiswa yang masih belum dikirim,” lanjutnya.

New Zealand

Students Papua tingkat SMA di New Zealand telah dipulangkan karena kabarnya tunggakan mereka sudah mencapai Rp10 Miliar. Lanjut studi atau tidak, saat ini mereka lagi sedang menunggu informasi dari Pemprov Papua.

Filipina

Students di Filipina juga mengalami hal yang sama. Sering pemerintah kirim sebagian saja, bahkan keterlambatan yang fatal sekali.

Akibatnya, instruktor mereka sudah tidak melihat dengan senyuman lantaran tak mencukupi tuitionnya.

Australia

Pemilik rumah tinggal yang ditempati anak-anak Papua tidak senang lagi melihat mereka seperti pada saat pertama datang di rumah tersebut.

Parahnya, beasiswa bagi mereka tidak diterima sejak tahun lalu.

Persoalan ini tidak termasuk students Papua yang sedang mengenyam ilmu di negara lain.

Tuntutan

Secara umum, semua students Papua di luar negeri yang telah mendapatkan beasiswa tersebut terancam dengan uang tuition dan akomodasi. Mereka desak dana tersebut segera direalisasikan.

Jika karena kemungkinan dananya masih belum atau lama dicairkan dan atau juga ada tetapi dialihkan ke lain hal, Pemprov dalam hal ini BSDM Papua mencari tahu celah ini agar dapat ditutupi supaya anak-anak Papuan di luar negeri bisa belajar dengan baik.

Melalui komunikasi mereka sepakat membuat suatu usulan bahwa orang tua mereka di Papua ambil satu kesempatan untuk berdemo ke Pemprov Papua.

“Menyangkut kita punya permasalahan beasiswa mulai dari tuition hingga uang akomodasi yang sudah berbulan-bulan ini belum diterima sejak Juni-Juli 2016 karena adanya solusi yang belum jelas dari pemerintah kita, dan adanya informasi tentang pergantian pejabat di Pemda yang kemungkinan bisa mengakibatkan penundaan lagi untuk memproses kita punya hak selanjutnya. Maka, ada satu hal yang mungkin kita bisa lakukan untuk lebih tegas lagi ke Pemprov yaitu meminta tolong ke orang tua kita semua untuk berkumpul bersama-sama datang ke Kantor Gubernur Papua, untuk bertemu Gubernur atau pejabat tinggi siapa yang bisa bertanggung jawab. Jika teman-teman mau bekerja sama mari kitong set-up schedule yang pas untuk semua orang tua agar bisa hadir,” hasil diskusi melalui media internet.

Baca Juga:  Hujan di Sorong, Ruas Jalan dan Pemukiman Warga Tergenang Air

Sikap tegas ini diminta untuk direspons mengingat tanggungjawab pemerintah daerah mengirim ke luar negeri. Sebab, anak-anak tersebut berasal dari keluarga beda status sosial. Lebih parah itu anak-anak petani, hanya bisa kirim hasil kebun. Jelas itu tidak mencukupi kehidupan di luar negeri. Anak-anak pejabat pun demikian. Sebanyak uang yang orang tua kirim, itu hanya sekejap, bagaikan sekam yang ditiup angin hilang lenyap tanpa berbekas. Konsekuensinya, pendapatan level atas, menengah dan atas mustahil disekolahkan di di luar negeri.

Tuntutan terakhir dari mereka adalah minta segera ada penjelasan dari Pemprov terkait beasiswa tersebut. Jika tetap tinggal di luar negei tanpa dompet kosong, apa yang harus bisa dilakukan? Sementara beban kepada institusi dan tempat tinggal mereka saat ini terhitung tak murah. Lantas, bagaimana cara atasinya bila dana-dana tersebut ternyata difokuskan ke Pilkada dan lain-lain?.

Pemerintah harus tepati janji dan komitmennya, sebab bila itu tidak, maka sebenarnya hanya pembohongan publik dan dosa di hadapan Tuhan.

“Harapan kami, beajar dari kesalahan ini, kedepannya dalam bekerja harus takut akan Tuhan,” tegasnya.

 

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaULMWP Minta Dukungan Rakyat Papua
Artikel berikutnyaJelang Pencoblosan Pilkada Serentak, Legislator Papua Minta Hentikan Politik Uang