Gereja di Papua Harus Bersatu dan Selamatkan Orang Papua

0
2984

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Pimpinan Yayasan Kasih Secangkir Air (YAKSA), Pendeta Yehezkiel Jeck Ikomouw, meminta kepada semua gereja di Tanah Papua untuk bersatu demi menyelamatkan rakyat Papua yang tersisa.

Jeck mengatakan, rakyat Papua yang dimaksud untuk diselamatkan adalah generasi muda penerus bangsa yang tersisa dari yang sudah meninggal.

Dikatakan, mereka yang tersisa sangat perlu untuk diselamatkan demi generasi penerus orang Papua. Dan itu hanya bisa dilakukan secara bersama oleh semua gereja se-Tanah Papua karena bagian dari tanggung jawab bersama juga.

“Banyak generasi muda Papua yang sudah pergi (meninggal). Yang tersisa tinggal sedikit. Untuk menyelamatkan mereka yang tersisa, semua gereja harus bersatu. Itu kunci. Tidak bisa dengan jalan sendiri-sendiri,” jelas Pdt. Jeck, kepada suarapapua.com, Senin (6/2/2017) di Nabire, Papua.

Baca Juga:  Freeport Bersihkan Dampak Longsor, Gereja Banti Dua Kembali Aktif

Bersatu yang dimaksud pendeta Jeck adalah sama-sama melakukan doa, puasa, melayani, dan mengabdi.

ads

“Bersatu artinya, selain doa bersama, semua harus puasa bersama, melayani bersama dan juga mengabdi bersama. Karena hanya lewat itu, Tuhan Yesus akan berkati Tanah Papua dan selamatkan generasi penerus Papua yang tersisa ini,” ucapnya.

Pendeta yang latar belakangnya nakal ini menegaskan kembali, hanya melalui doalah, segala kuasa setan dapat dihancurkan.

“Doalah yang akan menjawab kerinduan kita untuk bagaimana selamatkan generasi ini, karena doa itu satu kuasa roh,” ucap Ikomouw.

Namun, jika gereja terus menyibukkan diri menjalankan aktivitas membangun kerajaan gerejanya, kata dia, Tuhan tidak akan menolong Papua dan generasi penerus Papua juga hidupnya akan makin terancam.

Baca Juga:  Asosiasi Wartawan Papua Taruh Fondasi di Pra Raker Pertama

“Gereja harus bersatu, karena kebanyakan generasi muda Papua meninggal setelah terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik,” katanya.

Apalagi, tambah dia, dekade zaman sekarang amat jahat.

“Buktinya banyak generasi muda yang mati karena mabuk, seks bebas, isap aibon, narkoba, ganja dan lainnya. Aktivitas-aktivitas ini tiap malam selalu dilakukan. Coba cek saja di komplek masing-masing, ada tidak,” ungkap Pdt. Jeck.

Sebagai langkah awal untuk menyatukan semua gereja di Tanah Papua khususnya di Nabire, ia mengatakan, ibadah KKR kedua akan dilaksanakan pada 8-9 April 2017 di Taman Gizi Nabire.

Baca Juga:  Media Sangat Penting, Beginilah Tembakan Pertama Asosiasi Wartawan Papua

“Ibadah KKR pertama sudah kami buat dari tanggal 5-6 Februari di Taman Gizi Nabire. Nanti yang kedua kami akan buat pada tanggal 8-9 April. Untuk itu, saya harap semua gereja dan juga pemerintah daerah dapat hadir,” harapnya.

Ia menambahkan, dalam ibadah KKR, pesan moral Injil yang dibawa sebagai doa pokok, antara lain: Stop Miras, Stop Ganja, Stop Narkoba, Stop Free Sex, Stop Judi, Stop Penyembahan Berhala, Stop Adu Domba, Stop Kuasa Gelap, Stop Kolusi Korupsi Nepotisme dan Stop Pertumpahan Darah di atas Tanah Papua/Nabire, serta temukan keselamatan dan hidup yang kekal abadi selagi ada nafas.

 

Pewarta: Stevanus Yogi

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaJelang Pencoblosan Pilkada Serentak, Legislator Papua Minta Hentikan Politik Uang
Artikel berikutnyaPapua: Tanah yang Tak Lagi Indah