SUARAPAPUA.com-
Ret-ret itu dilakukan untuk sosialisasi dan terjemahkan himbauan Keuskupan Timika yang telah mengeluarkan Gerakan Tungku Api Dalam Keluarga. Dan gerakan tersebut dipindahkan ke sekolah. Sebab sekolah bukan hanya tempat kegiatan belajar mengajar saja, tetapi tempat pendidikan.
Pastor Lucky, sebagai pemateri pertama dihadapan guru-guru TK, SD, SMP Yayasan Pendidikan dan Persekolahaan Katolik Se-Dekenat KAMAPI di Aula Maria Menerima Kabar Gembira, Bomomani, Dogiyai, Papua, pada hari Selasa (28/03/2017) mengatakan guru harus menjadi pendidik, pengarah, peneliti, pengevaluasi.
Selanjutnya, menurut pater Lucky, menjadi guru bukan sekedar profesi tetapi benar-benar menjadi pendidik, pengarah.
Sementara itu, pater Biru Kira mengatakan ada dua hal yang dapat menyelesaikan masalah di tanah Papua. Yakni pendidikan dan pembangunan tempat sejarah menjadi tempat siarah.
Pastor Paroki Modio ini juga mengatakan, yang menjadi guru harus teruji kualitasnya dan harus sehat secara jasmani, rohani, spiritual dan fisik serta harus pekerja keras dalam hal mendidik.
Selain itu, kata dia, guru diharapkan bisa menjadi penjala anak-anak yang usia sekolah yang selama ini tidak mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Sesungguhnya untuk melihat kondisi Papua umumnya dan khususnya Kabupaten Dogiyai, guru harus mendidik anak agar lebih mampu berbicara di tempat-tempa umum tentang keadilan dan kebenaran di Tanah Papua.
Mendidik anak Papua, harus dididik agar mampu secara intelektual. Selain itu dididik supaya harus berani tampil dan berbicara tentang kebenaran dan keadilan di Tanah Papua.
Pewarta: Agustinus Dogomo
Editor: Arnold Belau