Gereja di Papua dan Lilin Untuk Ahok

1
2627

Oleh: Made Supriatma

Gereja Papua: Sama seperti di Timor Leste dulu, gereja-gereja (baik Katolik maupun Protestan) sangat peduli dengan NKRI. Itulah sebabnya, karena kasus Ahok, mereka seperti cacing kepanasan. Mereka mau menjadi penyelamat NKRI dan Pancasila.

Hanya saja, ada kontras yang amat tajam di sini. Cacing mereka merasa nyaman dan tenteram justru ketika umat mereka dibunuh dan disiksa.

Saya ingat sekitar dua tahun lalu, beberapa seminarian Fransiskan dan suster-suster turun ke jalan untuk menyerukan penghentian pembunuhan dan penyiksaan terhadap anak-anak muda Papua. Bapa Uskup langsung merasa jubahnya terbakar. Kabarnya, para frater dan suster ini kena damprat.

Baca Juga:  Papua Sedang Diproses Jadi Hamba-Nya Untuk Siapkan Jalan Tuhan

Selama beberapa hari ini, saya membaca para intelektual Papua menyuarakan kegelisahan mereka. Kawan-kawan saya mempertanyakan mobilisasi dukungan untuk Ahok ini. Salah satunya merumuskan dengan sangat baik:

ads

“Tapi manakah lilin yang sama untuk Arnold Ap, Theys Eluay, Kelly Kwalik, Yawan Wayeni, Filep Jees Karma-Linus Hiluka-Steven Itlay, dkk yg dipenjara sewenang-wenang, Marthen Tabu, Melkianus Awom, Mako Tabuni, Gobai-You-Yeimo-Pigai….dst..dst..dst….???”

Gereja di Papua adalah Gereja yang amat asing terhadap umatnya. Gereja ini sangat ‘out of touch’. Inilah Gereja para penguasa dan penindas. Tidak sedikitpun dia bicara tentang umatnya. Dia lebih sering hadir di acara-acara Kodam, Polda atau Korem ketimbang di rumah-rumah umatnya yang miskin.

Baca Juga:  Freeport dan Fakta Kejahatan Kemanusiaan Suku Amungme dan Suku Mimikawee (Bagian 3)

Apakah Gereja pernah menengok anak-anak mudanya di Kamp Vietnam –yang menjadi markas KNPB? Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa berpikir untuk bicara dengan anak-anak muda ini pun tidak pernah terlintas di pikiran gereja penguasa ini. Ia tidak pernah terpikirkan karena memang Gereja tidak merasa menjadi bagian dari penderitaan dan perjuangan orang Papua.

Baca Juga:  Kegagalan DPRD Pegunungan Bintang Dalam Menghasilkan Peraturan Daerah

Rakyat Papua adalah bangsa piatu. Mereka ditinggal tanpa pembela. Bahkan, Gereja yang seharusnya menjadi ‘rumah singgah’ untuk mendapat penghiburan pun menampik mereka. Rakyat Papua adalah rakyat yang terlunta. Dia ditolak persis seperti Yesus sendiri ditolak oleh pemuka-pemuka agama di jamannya.

Salah seorang kawan Papua, ketika menanggapi soal lilin untuk Ahok ini, berkata pada saya, “Sa pu lilin akan sa simpan saja karena listrik PLN sering mati!”.

Gereja ini telah membiarkan anak-anaknya menjadi piatu!

 

Penulis adalah Pengamat Militer dan Peneliti Independen

 

Artikel sebelumnyaSeribu Lilin Untuk Matinya HAM di Papua Digelar di Wamena, Bukan Untuk Ahok
Artikel berikutnyaUskup Jayapura Sebaiknya Pimpin Misa Requiem