Nelayan Keluhkan Eceng Gondok yang Terus Menyebar di Permukaan Danau Paniai

0
2573

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan di Panai keluhkan eceng gondok yang terus menyebar di permukaan danau Paniai. 

Keluhan tersebut disampaikan masyarakat Paniai yang mata pencariannya sebagai nelayan di danau. Karena keberadaan tumbuhan ini dinilai sangat mengganggu saat mencari ikan.

Mama Marike Tatogo, warga Wotai, mengatakan mencari ikan khususnya di kampung Wotai tidak semudah dulu. Terutama di tepian danau yang sudah ditutupi eceng gondok saat ini.

“Tumbuhan ini bikin ikan semua hilang. Kami susah sekali dapat ikan,” ungkap mama Tatogo, kepada suarapapua.com belum lama ini.

Menurut mama Tatogo, ikan hilang karena eceng gondok buat semua tepian danau menjadi dangkal bahkan ada beberapa tempat yang sama sekali sudah tidak ada air (jadi daratan). Sehingga eceng gondok telah membawa malapetaka dalam perekonomian keluarganya.

ads
Baca Juga:  Gawat! Di Mimika, 2.500 Ekor Babi Mati Terserang Virus ASF

“Sebelum eceng gondong ada, dari hasil tangkapan ikan, saya mampu menghidupi kebutuhan keluarga. Bahkan saya pernah biayai anak pertama saya sampai selesai pendidikan. Tapi kalau sekarang sudah tidak bisa lagi. Uang yang saya dapat sekarang, cukup beli makanan saja, tidak lebih dari itu,” tukas mamaTatogo.

Terpisah, Maku Gobai, warga Kebo, yang juga adalah nelayan mengungkapkan hal yang sama. Dia mengaku akibat eceng gondok, sekarang dirinya bersama teman-temannya kalau mencari ikan ditempat yang lebih dalam. Meski tahu harus berhadapan dengan ombak besar dan arus air kali yang kencang.

“Di pinggiran danau sudah tidak ada ikan, jadi sekarang kami cari di tempat yang agak dalam. Padahal kami tahu di situ sulit untuk tangkap ikan karena ada ombak dan arus yang kencang, tapi ya apa boleh buat,” kata dia, di pelabuhan Ibumaida, Enarotali, pekan lalu.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Dia juga mengaku, tempat yang dalam itu sering mengancam nyawanya namun tidak punya pilihan tempat lain.

“Berapa kali perahu saya terbalik karena ombak tapi ini pekerjaan yang sudah Tuhan gariskan dalam hidup saya. Tetap saya jalani pekerjaan ini untuk hidupi keluarga saya,” ungkap dia.

Terpisah, Tinus Pigai, tokoh pemuda Paniai, mengatakan eceng gondok merupakan tumbuhan berbahaya yang jika tidak dicegah dampak buruknya besar. Selain pada setiap habitat yang hidup disekitarnya, juga dapat menyebabkan melapetaka besar yang dapat terjadi kapan saja  bila tiba waktunya, misalnya banjir.

“Tumbuhan ini berbahaya. Selain dia membunuh tumbuhan lain yang ada disekitarnya, tumbuhan ini juga bikin danau menjadi dangkal. Jadi jangan heran kalau datang hujan dalam dua sampe tiga hari, air naik sampe masuk dirumah-rumah masyarakat dan bikin semua kebun dan ternak hancur,” kata Tinus.

Baca Juga:  Asosiasi Wartawan Papua Taruh Fondasi di Pra Raker Pertama

Untuk itu, Tinus meminta pemda paniai jangan bersikap acuh melihat keberadaan tumbuhan eceng gondong di danau terus berkembang bak jamur.

“Perlu ada kebijakan segera untuk berantas tumbuhan ini. Masa dari tahun ke tahun hanya dipertontonkan terus itu bagaimana. Pikir itu taman bunga kh,” beber dia.

Perlu diketahui, Tumbuhan eceng gondok ini awalnya hanya tumbuh di muara kali Enagone, yang letaknya di kampung Aikai. Tapi kini sudah menyebar luas hampir diseluruh kampung yang berada disepanjang pinggiran danau paniai.

Kampung-kampung tersebut adalah, selain Aikai sebagai induknya, kampung Wotai, Muye, Keniapa, Kebo, Yagai, Dagauto, dan masih banyak kampung lainnya.

 

Pewarta: Stevanus Yogi

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaRumah Sakit Dogiyai Butuh Dokter Spesialis
Artikel berikutnyaSeleksi Karyawan Bandara Dekai, Joko: Utamakan Putra Daerah