KNPB: Antara Dicintai/Didukung dan Dibenci/Dilawan

0
2713

Oleh: Dr. Socratez Sofyan Yoman)*

Kalau disebut Komite Nasional Papua Barat (KNPB) itu identik dengan salah satu tokoh KNPB, namanya Musa Mako Tabuni. KNPB adalah salah satu media perjuangan rakyat dan bangsa West Papua di Front-Lain (Garis Depan) di Moncong senjata di kota-kota.

Karena keberanian, semangat, kekuatan dan konsistensi KNPB dihormati dan dicintai rakyat dan bangsa West Papua.Sebaliknya KNPB dibenci, tidak disukai dan dilawan oleh kekuasaan pemerintah Firaun Moderen Indonesia yang menduduki, menjajah dan menindas rakyat dan bangsa West Papua.

Pada 14 Juni 2012 pada jam 9.00 pagi di Waena, pahlawan muda rakyat dan bangsa West Papua, Mako Tabuni telah gugur ditangan Densus 88 dan Brimob Indonesia. Mereka telah memperlihatkan watak kriminal, penjahat dan kejam menembak mati umat Tuhan.

Saya mendengar penembakan ini dari pak Septer Manufandu. Dia telepon saya, ” Kaka Yoman di mana? Mako Tabuni sudah ditembak mati. Saya dengan Gustaf, Matuan, Melani, Nareki sudah ada di RS Bhayangkara. Kaka datang cepat”.

ads

Saya langung menuju ke RS Bhayangkara, saya menemui Septer dan teman-teman. Kami mau lihat jenazah tapi polisi bilang, harus lapor Komandan mereka. Saya ke ruang kerja Komandan tapi anggota bilang Komandan belum ada. Kami tunggu di ruang komandan itu 30 menit. Anggota dalam ruangan itu keluar satu persatu dan ruang Komandan itu kosong. Saya degan Septer keluar dari ruangan itu.

Kami langsung ke kamar jenazah. Saya bilang kami mau lihat jenazah Mako. Mereka ijinkan kami. Kami terjebak sedikit dengan siasat para anggota kriminal ini. Mereka berusaha mengalihkan perhatian kami harus lapor komandan dulu supaya ada waktu mereka untuk jahit semua lubang-lubang peluru di tubuh Mako.

Keterangan Saksi Mata

“Saya Keluar dari RM Bhayangkara untuk beli obat… saat itu Mako masih hidup, bisa berjalan tapi pincang…saat itu polisi mendudukkan Mako di kursi roda. Mereka dorong Mako ke UGD. Saya berdiri di belakang Mako Tabuni. Dua polisi berdiri di samping kiri dan kanan. Mako menyapa saya:

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

“Aiiii….adik komandan, tolong ambilkan saya air minum”. Saya dengan cepat ke kios depan RS Bhayangkara. Saya balik belakang dan melihat Mako. Dia menebarkan senyum kepada saya. Saya membeli air aqua 600 mil dan saya datang kasih Mako. Saya membuka penutupnya dan memberikan kepada Mako. Dia meminum air yang saya belikan. Kondisi Mako saat itu masih hidup dan sehat seperti biasa walaupun darahnya berlumuran di seluruh tubuhnya.

Saya mendengar dari salah satu anggota polisi: “Korban masih hidup jadi harus di bawa ke Polda Papua, setelah itu mereka membawa keluar dari UGD, naikkan ke mobil. Dalam mobil itu ada dua orang lagi dan dua anggota polisi membawa naik Mako ke mobil. Mereka membawa keluar Mako dan pergi ke Polda Jayapura”.

(Selengkapnya baca dalam buku: Otonomi Khusus Papua Telah Gagal, Yoman: hal. 345-355). Dijual di Toko Buku Ondewarek Jln Sentani-Abe Depan Lapangan Bas Youw Sentani. Kontak Deli Kilungga 082248381713.

Kita ikuti kesaksian ini bahwa Mako Tabuni sebenarnya bisa ditolong/diselamatkan nyawanya. Namun sayang, anggota Densus 88, Brimob dan polisi membawa dia keluar dan setelah dimatikan dan dikembalikan ke UDG RM Bhayangkara. Perbuatan kriminal, kejam, sangat biadab. TERKUTUKLAH orang-orang itu turun-temurun. Mereka tidak akan pernah hidup bahagia.

Posisi Iman Saya

Saya sudah mau pulang setelah melihat jenazah sang pahlawan muda rakyat dan bangsa West Papua, Mako Tabuni. Septer bilang saya begini: “Kaka Yoman, lebih baik kaka ikut pertemuan di Ruang Pertemuan RS Bhayangkara. Mereka ada bahas tentang kematian Mako”.

Saya ikuti saran Septer. Saya masuk ke ruang pertemuan itu. Dalam pertemuan itu sudah Alex Hesegem, Paulus Waterpauw, Aloysius Giay, Petrus Mabel dan keluarga korban Mako Tabuni.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

Suasana pertemuan tegang karena aparat keamanan tekankan Mako di kubur di Waena, Abepura, atau Angkasa dan tidak di Sentani.

Alasan polisi Indonesia adalah aktivitasnya dalam lingkup wilayah ini. Alasan sebenarnya adalah polisi Indonesia takut dengan rakyat kuburkan Mako Tabuni di Makam Pahlawan Nasional, Sereh Sentani.

Saya membaca getaran dan gejolak hati keluarga Mako Tabuni yang hadir dalam pertemuan itu tegang, tertekan, terintimidasi dan takut bersuara. Karena polisi dan brimob Indonesia hadir dalam ruangan itu lengkap dengan senjata.

Dalam situasi seperti ini saya menyatakan iman saya sebagai berikut.

“Saya siap bawa Mako Tabuni ke Gereja Baptis di Waena dan saya kuburkan dia di sana. Terlepas dari pandangan politik dan ideologi, Mako adalah domba Allah. Mako adalah pahlawan, pejuang keadilan, perdamaian, kesamaan derajat, hak asasi manusia. Namanya tetap tertulis dalam sejarah rakyat dan bangsa West Papua sebagai pahlawan nasional. Saya jamin masalah keamanan. Jenazah tetap di bawa ke Sentani, Pos 7. Saya harap aparat tidak boleh berada di tempat pemakaman. Kami buktikan kepada Anda bahwa kami mampu dan sanggup mengendalikan dan menciptakan keamanan, damai, terkendali dan penuh kasih.

“Saya juga protes keras waktu jenazah mau diantar malam ke Sentani Pos 7. Saya sampaikan kepada aparat keamanan. “Ini pahlawan yang kamu bunuh dia. Jangan membawa jenazah Mako malam. Harus antar dia secara terhormat besok pagi”.

Pada waktu saya pulang jemput anak saya, Arnold Ap Nelson Mandela Yoman dari sekolahnya pada jam 11 siang, saya dengar ada raung-raung mobil jenazah mengantar jenazah Mako dan saya berhenti dan parkir mobil di pinggir jalan dan turun dari mobil.

Saya berdiri dan bersikap tegap dan mengangkat tangan kanan dan memberi hormat kepada jenazah Mako Tabuni yang lewat. Setelah semua pengantar lewat dan saya naik mobil dan pulang ke rumah.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Anak saya, Arnold bertanya kepada saya. “Tadi bapak hormat siapa itu? Siapa yang mati?

Saya jawab: ” Tadi bapak turun & memberi hormat kepada seorang pahlawan besar rakyat & bangsa Papua Barat. Itu pahlawan nasional. Setelah antar anak saya, saya telepon Pdt. Dr. Benny Giay. “Pak Gembala menuju ke tempat duka di Pos 7 Sentani karena pahlawan muda kita yang ditembak kemarin jenazahnya sedang dalam perjalanan. Saya lagi sedang menuju ke tempat duka”.

Dalam waktu 25 menit saya sampai di Pos 7 Sentani karena jalan Abepura-Sentani sepih dan aktivitas ekonomi harus itu benar-benar lumpuh. Abepura, Waena dan Sentani seperti kita mati.

Dr. Giay dan saya hadir dan warga perkabungan. Tadinya menangis, dan berdiri seluruhnya berhenti menangis dan semuanya duduk. Ada komando dari salah satu orang di tempat perkabungan.

“Semua berhenti menangis dan duduk karena kedua orang tua dan Gembala kami ada hadir dan kami mau dengan pesan iman dan moral mereka”.

Pak Dr. Giay sampaikan: “Mako Tabuni secara fisik ditembak mati oleh penguasa kolonial, tapi roh, semangat dan ideologi dan nasionalismenya belum dibungkam. Kita terus lawan penjahat ini. Rakyat harus diberikan ruang untuk berjuang. Kita belum kehilangan akal sehat dan nurani kita. Kuburkan pahlawan ini dengan damai. Tunjukkan bangsa penjajah Indonesia bahwa kami mampu urus kedamaian di atas negeri kita”.

Malam jam 10.00 pak Paulus Waterpauw telp saya, “Pak Socrarez, terima kasih, semua proses pemakaman berjalan dengan baik”.

Jadi, Komite Nasional Papua Barat (KNPB) tetap bercahaya. Semakin ditekan semakin merambat. Walaupun Moko Tabuni ditembak mati tapi ideologi KNPB untuk West Papua Merdeka semakin kuat dan terus mengakar.

Selamat membaca. Saya harap ada manfaat tulisan ini.

 

)*Penulis adalah ketua umum Persekutuan Gerej-Gereja Baptist West Papua

Artikel sebelumnyaPater Neles Tebay: Presiden Jokowi Mendukung Dialog Sektoral untuk Papua
Artikel berikutnyaDari Mana Pdt. Socratez Sofyan Yoman?