Diplomat dan Kisah Judas Iskariot di Papua!

0
2750

Oleh: Elisa Sekenyap)*

Frans Albert Yoku dan Nickolaus Messet adalah dua putra terbaik West Papua (nama keseluruhan dari Papua dan Papua Barat-Pulau New Guinea bagian Barat) yang menjadi diplomat ulung Indonesia yang saat ini sedang memainkan isu persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia di dunia internasional dis-integrasi West Papua dari Indonesia.

Jika kita melihat dari sudut pandang politik Indonesia, mereka adalah tokoh-tokoh berpengaruh di masa kini yang bisa berjibaku dengan pimpinan Negara-negara kepulauan di Pasifik, tetapi juga dengan tokoh-tokoh mudah diplomat Papua Merdeka yang juga putra terbaik West Papua.

Dengan status diplomat peng-counter isu West Papua di Pasifik, nama mereka semakin mendunia, karier mereka on top – orang West Papua siapa yang tidak tahu mereka?

Tetapi sayang, mereka dibenci, disudutkan dan dilupakan oleh orang West Papua. Nama mereka yang hampir dikenal di seluruh Pasifik dan dunia, tetapi bagi orang West Papua tidak karena geram dengan aksi-aksi mereka.

ads

Seperti belakangan ini, usai menghadiri pertemuan Pacific Island Forum (PIF) di Apia Samoa dalam sesi jumpa pers dengan wartawan Pasifik, katanya mereka marah besar. Sesunguhnya mereka tidak mau isu West Papua yang selama ini mereka counter masuk dalam Communique PIF, tetapi mau bilang apa, pimpinan Negara-negara Pasifik telah memasukanya dalam Communique.

Communique bersama berisi 57 poin dan isu West Papua di poin 37 yang menyebutkan; dukungan PIF terhadap upaya dialog konstruktif dengan Indonesia terkait masalah pemilihan umum dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di West Papua.

Sehingga beberapa pertanyaan wartawan mengenai isu West Papua, mereka tidak menjawabnya tetapi kemudian mereka dengan terang-terangan menyudutkan pimpinan Pasifik dengan menyebut selama ini Pasifik dimana sehingga mengabaikan West Papua dengan kondisinya?

Baca Juga:  Kegagalan DPRD Pegunungan Bintang Dalam Menghasilkan Peraturan Daerah

Counter model seperti ini yang buat orang West Papua semakin tidak senang. Kekesalan orang West Papua diungkapkan di berbagai media, mulai dari media sosial hingga media mainstream.

Theo Hesegem, pemerhati HAM di Papua mengungkapkan, “Saudara Frans Albert Yoku dan Nick Messet sudah kehilangan akal dan strategi. Mereka omong di media sebagai alat diplomasi saja dan kita perlu pahami bahwa mereka dua ini bukan tokoh orang Papua. Apapun yang mereka lakukan itu supaya Indonesia senang.”

Selain itu, Winime Wawany di dinding muka buku-nya (facebook) menulis, “dong (mereka) 2 tidak ada pilihan lain, maju-undurpun tetap kena & hampa.”

Amoye Yutidel di muka buku-nya menulis, “buat sesuatu yang sifanya menjatuhnkan, menutup fakta yang terjadi di tanah ini, karena anda yang buat begitu pasti akan tersiksa, hidup tidak tenang sepanjang waktu. Ko pergi ke dunia lain juga rambut-mu dan kulit-mu tra (tidak) akan perna hilang!”

Yusup Yosep Danche, “Ya Tuhanku… ampunilah mereka berdua sebab mereka berdua tidak sadar apa yang mereka perbuat.”

Selain itu, warga Pasifik di Solomon Island dan Vanuatu memberikan komentar serupa di dinding muka buku-nya, Inilah dua orang penghianat West Papua yang bekerja dengan Pemerintah Indonesia yang juga menghadiri pertemuan PIF di Samoa. “These are two West Papuan traitors working with Indonesia Government and they also attended the PIF meeting in Samoa,” Ben Didiomea.

“These two turncoats should be eliminated because they are treat to the Cause,” Steve Meakoro. Dua orang pembelot seharusnya di eliminasi karena mereka bisa menyebabkan ancaman.

Dengan seperti ini, orang West Papua khusunya tidak respect walaupun mereka dua ini sebelumya memiliki sejarah panjang tentang perjuangan West Papua mendapatkan hak-haknya di negeri sendiri. Setiap komentar di media oleh dua orang diplomat ini, pastinya menjadi viral dan banyak komentar memojokan mereka, khususnya orang West Papua.

Baca Juga:  23 Tahun Otsus, Orang Asli Papua Termarginalkan

Ini menandakan bahwa orang West Papua tidak suka mereka, orang West Papua tidak senang mereka, orang West Papua anggap mereka bukan sebagai orang West Papua, orang West Papua anggap mereka sebagai pembelot walaupun mereka memilik argumen demi masa depan West Papua.

Contohnya, Frans Albert Yoku bilang di Apia, Samoa, “Papua sangat dekat dengan hati kami dan kami tidak akan didiktekan oleh siapapun. Kami orang Papua, di Papua akan memutuskan apa yang ingin kami lakukan. Kami berada di bawah mekanisme konstitusional dan perubahan konstitusional, kami ingin memberdayakan diri secara konstitusional, politis, ekonomi dan sosial. Jadi kami telah menyusun pengaturan kami sendiri dan itulah yang kami kejar.”

Komentar ini menunjukan bahwa dia punya plan dan set up untuk West Papua, tetapi dengan berbagai plan itu orang West Papua belum menunjukan ketertarikannya – mereka malah terus menunjukan ketidaksenangan itu di berbagai media.

Tetapi dengan tulisan ini hendak menunjukan kepada orang West Papua bahwa pembelot tidak selamanya buruk, pembelot tidak selamanya menghancurkan seperti yang orang West Papua anggap. Pembelot bisa menghasilkan suatu kemajuan dalam perjuangan orang West Papua mendapatkan keadilan di negerinya.

Pasti orang West Papua tahu kisah Yesus Kristus yang disalibkan di kayu salib yang waktu itu dianggap paling hina dan keji. Bahkan Yesus mati di bawah bayang-bayang keberdosaan umat manusia.

Baca Juga:  Menghidupkan Kembali Peran Majelis Rakyat Papua

Kenapa Tuhan Yesus mati di kayu Salib? Orang Kristen akan spontan menjawab bahwa Yesus mati menebus dosa-dosa kita. Ya tentu itu jawabanya, tetapi tahuka anda kenapa Yesus diserahkan ke tangan para serdadu Romawi? Ya tentulah karena adanya pembelot, Judas Iskariot!

Dia menjual Yesus dengan tiga puluh uang perak. Ini adalah tindakan pembelotan yang dilakukan Judas. Awalnya dia bersama-sama dengan Yesus, tetapi akhirnya diapun sudih menjual Yesus yang waktu itu menjadi Gurunya yang hingga disalibkan di Golgota, tempat yang disebut Tengkorak.

Tetapi apa yang terjadi, sebelum kematian Yesus, langit menjadi gelap gulita, gempah bumi yang hebat dan tabir Bait Suci terbelah dua. Ini menandakan penebusan dosa umat manusia di bumi terjadi. Si iblis tidak suka, karena Yesus telah membuktikanya sebagai anak Allah walaupun sebagai anak darah manusia menahan penderitaan yang kejam tidak perikamanusiaan dan akhirnya membebaskan umat manusia.

Ini kisah singkat Yesus Kristus dan Judas Iskariot. Ini kisah yang mungkin bisa menjadikan pijakan bagi orang West Papua kedepan. Orang West Papua tidak harus menilai dari sisi negatifnya saja, tetapi juga perlu melihat dari sisi positifnya.

Selain dua diplomat ini, ada banyak orang West Papua yang sedang berlomba-lomba menjadi diplomat ulung, hanya saja mereka belum muncul di permukaan seperti dua diplomat ini. Mungkin yang akan muncul belakangan lebih mendunia?

Sumber :

http://suarapapua.com/2017/09/13/hesegem-nick-messet-dan-frans-albert-yoku-sebaiknya-diam-saja/

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/delegasi-ri-marah-besar-isu-papua-dibicarakan-di-pif

Matius, 26:14-16,48,49. Matius, 27:33,35,45,36,51

Lukas, 22:3-6,21-23,42,47,78. Lukas, 23;33,44-46

)* Penulis adalah wartawan di suarapapua.com

Artikel sebelumnyaSerikat Pekerja Selandia Baru Dukung Hak Penentuan Nasib Sendiri Papua Barat
Artikel berikutnyaBBM di Oksibil Dijual 40 Ribu per Liter