Polisi Masuk di Asrama Mahasiswa Papua di Sulut Seperti ‘Pencuri’

0
2418

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Kepolisian daerah Sulawesi Utara kembali beraksi dengan masuk ke asrama seperti ‘pencuri’ tanpa surat pemberitahuan dan tanpa sepengetahaun penghuni asrama mahasiswa Papua cenderawasih V di Manado, Sulawesi Utara (17/9/2017) lalu.

Pada 19 September 2017 sekitar pukul 10.30 WITA lima orang anggota kepolisian mendatangi asrama mahasiswa Papua. Setelah sampai langsung menuju ke dapur. Di dapur mereka (lima polisi) melihat ada lukisan gambar bendera Bintang Kejora lalu mereka memotret gambar tersebut.

Mereka lalu menginterogasi beberapa penghubi asrama yang masih berada di asarama dan sempat keluarkan tembakan di asrama tersebut. Sumber suarapapua.com mengatakan, stelah mendengar bunyi tembakan, beberapa mahasiswa yang masih di asrama, sempat keuar dari asrama melihat sumber tembakan tersebut. Setelah itu kelima polisi kemudian meninggalkan asrama.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Setelah mereka (polisi) keluar, mereka bertemu dengan Ketua Asosiasi Mahasiswa Indonesia Papua (IMIPA) Sulut dan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Aliansi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Indonesia (DPW-AMPTPI) serta beberapa warga lainnya di luar asrama tersebut.

Ketua DPW-AMPTPI menanyakan tujuan kedatangan kelima polisi tersebut sambil menanyakan surat perintah dari atasan.

ads

“Kami ikut patroli dan melaksanakan tugas sebagai pengaman untuk menjaga lingkungan di sekitar,” jawab salah satu polisi.

Setelah pembicaraan usai, kelima polisi tersebut meninggalkan asrama pada pukul 10:42 WITA. Dengan tujuan melanjutkan tugas patrolinya.

Namun, tak lama kemudian sekitar pukul 14.15 WITA, Kapolres Manado dan Kanit V Malalayang serta para anggotanya, kembali menggunakan 7 unit avanza, 6 unit sepeda motor lalu mereka kembali mendapati salah satu penghuni yang sedang duduk di dapur. Lalu polisi suruh melepaskan gambar bintang kejora dengan cat air yang polisi bawa.

Baca Juga:  KNPB Yahukimo Desak Komnas HAM RI Libatkan Stakeholder Investigasi Kasus Kekerasan di Tanah Papua

Setelah itu, semua penghuni dibawa ke depan asrama untuk bertemu dengan kepala tembolok tembikar Polresta Manado. Setelah berbicara dengan kepala Invisible, mereka langsung dihadapkan ke kantor polisi Malalayang untuk menjelaskan makna daripada bintang kejora.

Polsek Malalayang bersama ketua KNPB konsulat Nyiur Melambay, Nelson Wenda, dan 25 orang penghuni asrama diangkut menuju Polsek Malalayang.

Kata Wenda, di kantor polisi, Kapolsek Malalayang bertanya tentang arti dan maksud gambar bintang kejora.

Baca Juga:  DPRP dan MRP Diminta Membentuk Pansus Pengungkapan Kasus Penganiayaan di Puncak

“Saya bilang tujuannya untuk mendukung perjuangan Papua Barat karena para ayah sudah mengetahui perjuangan kita.  Perjuangan orang Papua untuk memisahkan diri dari negara penjajah Indonesia tidak tersembunyi, tetapi dunia internasional telah mengetahuinya,”.

“Kami orang Papua tidak bisa diam tetapi terus menyuarakan dan berkampanye melalui gambar dan lain-lain agar semua masyarakat yang bersama-sama kita dapat mengetahuinya,” katanya meniru penjelasan yang ia berikan pada Kapolsek.

Wenda mengatakan, polisi tidak melakukan intimidasi maupun kekerasan terhadap dirinya dan 5 mahasiswa lainnya.

“Polisi hanya tanya saja lalu kami dipulangkan,” katanya kepada suarapapua.com

Pewarta: Yance Agapa
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaAkhir 2017 Pasar Mabilabol akan Dipindahkan
Artikel berikutnya27 Balita Dilaporkan Meninggal di Distrik Iniknggal Kab. Nduga