Juli hingga Oktober 2017, 35 Balita dan Anak Meninggal di  Wilayah Yigi, Nduga

1
3856
Seorang anak yang meninggal sedang dipangku oleh ibunya di distrik Inikgal, Kab. Nduga, Papua. (Dok tim utusan mahasiswa)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Dilaporkan sebanyak 35 balita dan anak di wilayah Yigi yang meliputi distrik Inikgal, Yigi dan Nitkuri Kab. Ndugama, Papua  telah meninggal dunia. Kematian itu terjadi antara bulan Juli hingga Oktober 2017.

Kematian tersebut menimpa balita dan anak-anak di bawah 15 tahun. Angka kematian dalam tiga bulan terakhir di tiga distrik di wilayah Yigi boleh dibilang tidak wajar.

Ikatan Pelajar Mahasiswa Nduga Se-Indonesia wilayah Timur mengirim empat orang mahasiswa dari Jayapura ke wilayah Yigi, Inikgal  dan Nitkuri. Tim utusan tersebut berjumlah empat orang. Tim utusan tersebut ditugaskan untuk mendatangi tempat kejadian untuk lakukan pemantauan dan memastikan kejadiannya.

Setelah tim utusan mendatangi distrik Yigi dan dua distrik lainnya, mengungkapkan, bahwa informasi kondisi kesehatan yang buruk dan kematian tidak wajar yang beredar di sosial media facebook dan berita yang diturunkan Suara Papua pada akhir September lalu adalah benar adanya. Namun jumlah yang disebutkan di informasi awal tidak sesuai.

Wene Tabuni, salah satu peserta tim utusan tersebut membenarkan adanya kesehatan yang buruk dan kematian yang tidak wajar itu terjadi di distrik Inikgal dan dua distrik tetangga lainnya sejak Juli, Agustus, September dan Oktober 2017.

ads

Tim utusan tersebut mengungkapkan, hingga saat ini belum bisa memastikan penyebab terjadinya kematian di tiga distrik tersebut. Diungkapkan, sebelum terjadi kematian pada warga, lebih dulu terjadi kematian secara tidak wajar pada ternak babi yang dipiara warga. Kematian dengan gejala yang berragam yang menimpa ternak babi itu terjadi pada bulan Juni. Lalu mulai dengan kematian pada warga pada akhir bulan Juli.

Baca Juga:  Badan Pelayan Baru Jemaat Gereja Baptis Subaga Wamena Terbentuk

“Kematian pada balita dan anak-anak terjadi sejak Juli, lalu berlanjut pada Agustus, September dan Oktober. Dari data yang kami himpun di lapangan hingga saat ini jumlah orang yang meninggal sudah ada 35 orang yang terdiri dari balita dan anak-anak yang rata-rata umurnya dari 15 tahun hingga 4 bulan,” ungkap Wene kepada suarapapua.com di asrama Ninmin, Abepura, Kamis (19/10/2017).

Dijelaskan, tim yang turun telah menemukan banyak kendala dan masalah yang dialami masyarakat di tiga distrik tersebut. Yaitu ditemukan kematian pada ternak, disusul dengan kematian pada manusia, ketersediaan obat-obatan dan tenaga medis yang minim di tiga distrik tersebut.

Laporan dari tim utusan menyebutkan, pada ternak babi sebelum mati megalami gejala-gejala seperti  tidak memakan makanan, tidak bisa berdiri dan bergerak, juga ada yang mati tiba-tiba tanpa sebab di hutan dan pekarangan rumah.

“Masyarakat bilang, kalau babi yang mati di hutan dibiarkan. Tetapi yang di dekat rumah ada yang warga komsumsi,” ungkap Tabuni.

Baca Juga:  Sidang Dugaan Korupsi Gereja Kingmi Mile 32 Timika Berlanjut, Nasib EO?

Pelayanan medis, kata Wene, ada Puskesmas di Yigi dan ada satu Pustu di Inikgal. Di Puskesmas ada kepala puskesmas bersama dua petugas medis dan obat tersedia. Sedangkan di Pustu Inikgal tidak ada ketersediaan obat maupun tenaga medis.

“Jadi masyarakat dari Inikgal susah untuk datang ke Puskesmas Yigi karena harus tempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki dalam kondisi sakit. Ada yang pergi ke puskesmas dan ada pula yang tidak. Ada anak-anak yang meninggal di tengah jalan saat hendak ke puskesmas,” ungkap Tabuni.

Di pustu Inikgal, tidak ada petugas dan obat-obatan, hanya gedung Pustu toh. Dikatakan, di pustu tersebut tidak ada tenaga mendis sejak dibangun sampai peristiwa terjadi dari Juli – Oktober ini.

Tim utusan juga melaporkan, hingga saat ini belum ada pihak kesehatan dari dinas kesehatan kab. Nduga mendatangi Yigi, Inikgal maupun Nitkuri untuk melayani pelayanan medis yang maksimal kepada masyarakat, maupun untuk ambil sampel darah dari ternak yang mati untuk menguji sampel di laboratorium agar mengetahui penyebab kematian pada ternak maupun manusia.

“Belum ada tim yang datang ke tiga distrik untuk mengambil sampel dan uji di laboratorium supaya mengetahui penyebabnya dan menyelamatkan kematian yang terus terjadi agar tidak terus terjadi kematian,” ujarnya.

Baca Juga:  Warga Tiom Ollo Duduki Kantor Bupati Lanny Jaya Minta Atasi Bencana Longsor

Dikatakan, kondisi terakhir masyarakat saat ini sangat membutukan uluran tangan dari pihak yang berwenang. Untuk itu diharapkan supaya ada penangan segera ke distrik Yigi, Inikgal dan Nitkuri.

Untuk itu tim utusan bersama pemuda, pelajar dan mahasiswa Nduga se-Indonesia wilayah Timur mendesak agar, pertama,  menteri pemberdayaan perempuan dan anak  RI  terjun ke distrik Yigi, Inikgal dan Nitkuri karena yang meninggal adalah balita dan anak-anak.

Kedua, mendesak menteri kesehatan RI bersama dinas kesehatan provinsi Papua dan dinas kesehatan kabupaten Nduga untuk segera ambil tindakan cepat untuk selidiki penyebab maupun membenahi pelayanan kesehatan dan kondisi kesehatan di tiga distrik tersebut.

Ketiga, kasus yang sedang terjadi di tiga distrik ini adalah kasus kedua setelah kasus Mbua yang terjadi tahun lalu pada bulan yang sama. Maka didesak untuk pemerintah Kab. Nduga mempersiapkan SDM di bidang kesehatan baik Pendidikan dokter, bidan maupun tenaga medis lain secara maksimal untuk jangka panjang.

Untuk diketahui, rincian data kematiannya adalah Laki-laki 16 orang dan Perempuan 19 orang. Untuk data kematian dapat anda lihat di tabel berikut:

Pewarta: Arnold Belau

 

Artikel sebelumnyaPdt.Mofu: Kerja Keras dan Terus Melayani Umat
Artikel berikutnyaPresiden Mahasiswa Uncen: Kami Tidak Setuju Tomi Mano Larang Jual Noken Bintang Kejora