PasifikSetelah Jet Tempurnya Mendarat di Biak, Rusia Utus Kapal Perang ke PNG

Setelah Jet Tempurnya Mendarat di Biak, Rusia Utus Kapal Perang ke PNG

Euan Graham, direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute, mengatakan ada pertanyaan tentang motivasi diplomatik di belakang misi ini, mengingat ia menyimpang dari rute laut Rusia biasa.

PORT MORESBY, SUARAPAPUA.com – Rusia akan melabuhkan kapal perangnya di Port Moresby, Papua Nugini, untuk pertama kalinya dalam sejarah modern kedua negara, demikian media Rusia mengumumkan.

Para pengamat mengatakan langkah itu menunjukkan Rusia semakin tertarik dengan Pasifik setelah negara itu mendaratkan 100 personel di Biak, Papua, dan menerbangkan dua pesawat pembom Tu-95 yang memiliki kemampuan nuklir di Pasifik Selatan pada misi pelatihan pertama mereka di sana selama beberapa hari akhir tahun lalu.

Kunjungan pesawat tempur itu sempat membuat ‘heboh’ Australia, dan meningkatkan kesiagaan pangkalan militer mereka di Darwin.

Kini, kapal latih Perekop dengan kapasitas muat 7000 ton milik Rusia akan singgah di Port Moresby, mengangkut 200 taruna dan dipersenjatai dengan roket anti-kapal selam dan senjata anti-pesawat. Kapal ini akan tiba di Port Moresby pada hari Rabu dan akan berlabuh di sana hingga Sabtu, media pemerintah Rusia melaporkan, mengutip juru bicara angkatan laut Rusia Igor Dygalo.

Kapal itu sedang dalam misi panjang dua bulan yang dimulai pada bulan April dan telah singgah di Eropa dan Sri Lanka. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan tujuan dari misi itu adalah melakukan latihan untuk taruna dalam navigasi.

Baca Juga:  Referendum Vanuatu Berupaya Menanamkan Stabilitas Setelah Pemerintahan Terbuka

Euan Graham, direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute, mengatakan ada pertanyaan tentang motivasi diplomatik di belakang misi ini, mengingat ia menyimpang dari rute laut Rusia biasa.

“Saya akan menggabungkannya dengan pendaratam pesawat yang sangat tidak biasa yang dilakukan oleh Rusia di Indonesia, tetapi tidak ada semacam persenjataan dan kekuatan militer… ini benar-benar hanya kunjungan. Jadi pertanyaannya adalah: apa motivasi diplomatik di balik ini?” katanya kepada The Australian.

“Orang-orang Rusia lebih tertarik pada Pasifik jika Anda menghubungkan titik-titik yang mereka lakukan di Fiji dengan misi pelatihan bersana angkatan bersenjata Fiji.”

Pada tahun 2016, Rusia menyumbangkan 20 kontainer senjata dan perangkat keras militer ke Fiji dan menempatkan pasukan Rusia di kepulauan itu untuk melatih pasukan negara itu tentang cara menggunakan peralatan.

Baca Juga:  Pacific Network on Globalisation Desak Indonesia Izinkan Misi HAM PBB ke West Papua

Pemerintah Fiji mengatakan perangkat keras itu untuk mempersenjatai pasukan perdamaian Fiji pada misi PBB dan donasi itu dianggap tidak biasa oleh para ahli Kepulauan Pasifik.

“Ortodoksi keamanan di kawasan Kepulauan Pasifik berubah ketika aktor eksternal baru memainkan peran yang lebih besar di kawasan itu, dan negara-negara di Pasifik terlibat dalam ‘diplomasi Pasifik baru’, menempatkan pengaruh Australia dan Selandia Baru di kawasan itu berada dalam risiko,” kata Anna Powles dan Jose Sousa-Santos, dalam makalah mereka tahun 2016 yang meneliti tentang bantuan Rusia.

Graham mengatakan, Rusia hanya ingin menunjukkan bahwa negara itu pun akrab dengan negara-negara yang oleh Barat dianggap sebagai mitra mereka.

“Ini mungkin hanya cara murah untuk menunjukkan bahwa Rusia masih ada dan beroperasi secara global … terlibat dan memiliki minat di bidang yang mungkin oleh negara lain dianggap sebagai halaman belakang mereka.”

Dia mengatakan peran PNG sebagai tuan rumah bagi KTT APEC tahun ini juga bisa berada di belakang kunjungan itu.

Baca Juga:  Ratu Viliame Seruvakula Perjuangkan Keinginan Masyarakat Adat Fiji

Kapal Angkatan Laut Prancis, Jeanne d’Arc juga tiba di Darwin minggu ini, untuk latihan amfibi yang melibatkan dua kapal Prancis bersama dengan marinir Inggris.

Seorang juru bicara Pertahanan Australia mengatakan departemen itu “sadar akan kunjungan yang direncanakan ke Papua Nugini oleh Angkatan Laut Rusia”.

Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato menilai kunjungan itu sebagai “isyarat persahabatan pra-APEC” oleh “sekitar 200 orang muda” di kapal yang “hanya membawa senjata-senjata dasar”.

“Kami menyambut para pemuda dari semua negara anggota APEC sebelum – dan selama – peristiwa besar ini di negara kami,” kata Pato dalam sebuah pernyataan.

Menlu PNG mengatakan PNG telah memberi tahu pihak berwenang Australia tentang kunjungan tersebut.

“Tentu saja, kami telah memberi tahu Australia, mitra keamanan utama kami dan tetangga dekat, dan memberitahu mereka tentang sifat kunjungan itu.”

Pewarta: Wim Geissler

Terkini

Populer Minggu Ini:

IPMMO Jawa-Bali Desak Penembak Dua Siswa SD di Sugapa Diadili

0
Pelajar dan mahasiswa Moni se-Jawa dan Bali juga mengutuk segala bentuk tindak kekerasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan aparat keamanan Indonesia di Papua khususnya wilayah Intan Jaya yang menyebabkan konflik tidak berkesudahan sampai saat ini.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.