Pusara yang Terlantar dan Penuh Debu

0
9284

Oleh: Andy Tagihuma)*

Jan Pieter Karel van Eechoud lahir di Limburg Horst pada 10 Agustus 1904. Jan Pieter Karel van Eechoud anak dari pengusaha susu Joseph Gerard Alexander Clemens Eechoud dan Mary Catharina Gertruda Emonds. Setelah pendidikan dasar ia melanjutkan pendidikan menengah di Catholic Kolese Kanisius di Nijmegen. Pada tahun 1923 ia menyelesaikan pendidikan menengah, A. Kemudian mengikuti pelatihan pilot.

Pada tahun 1929 Van Eechoud menuju Hindia Belanda dan bekerja sebagai agen komersial untuk perusahaan Hagemeyer. Pada tahun 1931 ia diterima di Sekolah Pelatihan untuk staf polisi di Sukabumi. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, ia kemudian ditempatkan di kantor polisi kota Batavia. Van Eechoud Ia menikah pada tanggal 28 Juli tahun 1933 di Semarang dengan Cornelia Meere, yang lahir di Scheveningen pada 31 Agustus 1908. Dari pernikahan ini lahir dua anak laki-laki.

Baca Juga:  Apakah Kasuari dan Cenderawasih Pernah Hidup di Jawa?

Pada tahun 1936 Van Eechoud mendapat tugas lapangan ke Manokwari di Nieuw Guinea, sebagai pemimpin beberapa ekspedisi penelitian etnografi, dalam melakukan ekspedisi ini ia ikut mendirikan pos pemerintah di Wisselmeren (Paniai). Dari Perjalanannya ini, Van Eechoud menulis tiga buku, etnografi suku di Papua.

Van Eechoud di tahun 1944, membuka Bestuurschool Sekolah Pamong Praja (bestuurschool) untuk Administrasi Publik di Kota Nica. Saat itu Van Eechoud bekerja sebagai Komandan Administrasi Sipil Hindia Belanda ( NICA ), di bawah tanggung jawab Jenderal Douglas MacArthur dan diawasi oleh Letnan Jenderal RA Wheeler, Wakil Panglima Tertinggi Sekutu AL Moffit dari Departemen Luar Negeri, dan Senior Officer NICA (SONICA), Kolonel Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo. Pada saat itu, Papua merupakan bagian dari West Area Pasifik Selatan, kawasan perang dunia II.

ads
Baca Juga:  Zheng He, Seorang Kasim Cina Terkenal Sampai di Nusantara

Bestuurschool telah mendidik 400 orang pada periode 1944–1949, siswa pertama Bestuurschool diantaranya; Marcus dan Frans Kaisiepo, Lucas Rumkorem, Nicolaas Jouwe, Filemon Jufuway, Frans Djopari dan Agustus Matani. Mereka mengganti PNS Maluku. Para siswa Bestuurschool di persiapkan untuk mengembangkan wilayah administrasi di Nieuw Guinea. Kemudian, pada 1950-an, New Guinea secara administratif dibagi menjadi 6 divisi, 38 sub – divisi dan 72 kabupaten, masing-masing dipimpin oleh penduduk (komisaris divisi), kepala sub – divisi (Hoofd Plaatselijk Bestuur ), dan bupati.

Baca Juga:  Apakah Kasuari dan Cenderawasih Pernah Hidup di Jawa?

Pada tahun 1958 van Eechoud sakit parah, saat itu ia sedang mengerjakan film dokumenter dan penulisan buku. Pada tanggal 7 September 1958, ia meninggal, keesokan harinya tanggal 8 September 1958 Echoud di makamkan di Algemene Begraafplaats di Hollandia-binnen (sekarang Abepura). Pemakamannya dipimpin oleh Monseigneur dr. M. Staverman O.F.M.

Rumah abadinya di Algemene Begraafplaats Hollandia-binnen, sesuai dengan permintaannya untuk tidak di makamkan di tanah kelahirannya, tetapi dimakamkan di tanah yang dicintainya Nieuw Guinea.

Jan Pieter Karel van Eechoud, Bapa Papua.

 

)* Penulis adalah penggiat Komunitas Sastra Papua, Pelajar Adat dan budaya Papua dan wartawan di Suara Papua

Artikel sebelumnyaJalan Menuju Kemandirian Ekonomi
Artikel berikutnyaBupati Abock Berharap Ada Pekerja Baru di Gereja GBI