Berbagai Elemen di Paniai Nyatakan Otsus Gagal

0
2763

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Masyarakat Paniai dari berbagai elemen pada saat diskusi terarah tentang penerapan Otonomi Khusus di Papua, yang dibuat Foker LSM Papua, Kamis (25/10/2018), di Enarotali, Paniai, sepakat menyatakan Otsus gagal.

Berbagai elemen yang hadir ini datang dari perwakilan pemerintah daerah/ASN, lembaga adat, agama/gereja, LSM/organisasi masyarakat sipil, tokoh perempuan, tokoh pemuda serta pemerhati di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan infrastruktur.

Mama Welmina Mote, dari perwakilan mama-mama Paniai, mengatakan, sejak Otsus diterapkan di Papua hanya tahu namanya.

“Saya wakili seluruh mama-mama di Paniai mau bilang Otsus gagal. Karena kami tahu hanya namanya saja. Uangnya kami tidak tahu, tidak pernah rasa. Coba lihat, sejak pasar Iyaipugi terbakar, kami mama-mama selalu jualan di pinggir jalan. Alas tikar dan karung di atas tanah,” ucapnya mengawali diskusi tersebut.

Baca Juga:  Soal Satu WNA di Enarotali, Begini Kata Pakum Satgas dan Kapolres Paniai

Agustinus Pigai, dari perwakilan pemuda Paniai juga menyatakan kegagalan Otsus terada di semua bidang.

ads

Menurut dia, Otsus benar-benar telah gagal berdayakan orang Papua dalam penyediaan lapangan kerja. Sehingga, lanjut Pigai, telah mengakibatkan banyak pemuda-pemudi Papua cenderung terlibat dalam hal-hal negatif.

“Data terakhir penganggur tahun ini di Paniai saat Plt bupati Yohanes You suruh kumpul ijazah itu jumlahnya lebih dari dua ribu. Ini menyedihkan. Kami tidak disediakan lapangan kerja. Lalu, yang punya lapangan kerja juga tidak pernah didukung. Misalnya seperti saya. Saya punya kios kecil. Mau kembangkan, saya minta bantuan ke Pemda, tetapi Pemda bilang uang tidak ada. Sehingga jelas Otsus gagal total,” ungkap Pigai.

Sem Pekei, dari perwakilan aparatur sipil negara (ASN), menyebut Otsus hanya menjadi tameng bagi orang Papua. Dalam praktiknya di semua bidang orang Papua tersisih. Seperti halnya dalam dunia kerja.

Baca Juga:  Proteksi OAP, FOPERA Desak KPU RI Menerbitkan PKPU Khusus Pelaksanaan Pemilu di Tanah Papua

“Jangan bicara yang lain. Dalam pemerintahan saja, kami ASN sangat merasa disisihkan. Semua tempat penting ditempati orang non Papua. Padahal soal kerja, kami juga bisa. Saya mau bilang ini akibat dari Otsus. Kenapa? Karena Otsus tidak diterapkan. Harusnya ada batasan jabatan bagi non Papua. Tetapi itupun tidak. Semua bebas,” tutur Pekei.

Maria Gobai, mewakili perempuan Paniai, mengatakan, perbedaan gender di Paniai bahkan Papua masih sangat kental seperti sebelum Otsus diberlakukan.

“Kalau benar Otsus itu ada, pasti kami kaum perempuan Papua juga banyak yang jadi hebat. Karena dana Otsus untuk pemberdayaan perempuan di semua bidang itu ada. Tetapi kenyataannya tidak. Jadi, baiknya Otsus dicabut saja,” tuturnya.

Pemerhati pendidikan, Agustinus Kadepa, pada kesempatan yang sama, menyoroti dunia pendidikan di Papua, khususnya di daerah terisolir tidak berkembang meskipun di era Otsus.

Baca Juga:  KPU Deiyai Tuntaskan Rekapitulasi Suara Pemilu 2024 Tingkat Kabupaten

“Saya lihat sebelum ada Otsus, guru yang mengajar di kampung-kampung sangat serius. Ini karena manajemennya jelas. Sekolah yayasan diatur oleh yayasan itu sendiri. Tetapi setelah Otsus masuk, semua amburadul. Urusannya langsung ke dinas. Sehingga itu membuat orang berlomba buka sekolah dimana-mana hanya untuk kejar dana BOS, dan lainnya. Jadi, saya sepakat Otsus gagal dan harus dikembalikan ke Jakarta,” ungkapnya.

Kesimpulan diskusi, kata Kadepa, Otsus melahirkan Orsus.

“Artinya Otonomi Khusus melahirkan Orang Khusus. Karena dana Otsus hanya dirasakan oleh orang-orang khusus saja. Masyarakat akar rumput yang menjadi objek dari lahirnya Otsus, tidak. Maka kesimpulannya demikian,” ujar Kadepa.

Pewarta: Stevanus Yogi
Editor: Mary Monireng

Artikel sebelumnyaPertikaian Warga Tiga Distrik di Yahukimo Selesai
Artikel berikutnyaPura dan Jaya