BeritaLingkunganPentas Seni Budaya untuk Bela Hak Masyarakat Adat dan Kelestarian Lingkungan

Pentas Seni Budaya untuk Bela Hak Masyarakat Adat dan Kelestarian Lingkungan

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—  Pentas Seni Budaya Tambrauw yang diprakarsai mahasiwa dan mahasiswi Tambrauw berlangsung meriah di halaman Kantor Pos Abepura, Kota Jayapura , Papua pada Sabtu (03/11/2018) malam.

Roy Yesnath, penanggung jawab kegiatan  saat ditemui disela-sela kegiatan mengatakan bahwa tujuan penting  dari kegiatan ini adalah memberikan kesadaran bagi generasi muda.

“Bagaimana mahasiswa dan pemuda-pemudi menjaga dan melestarikan budaya Papua serta diharapkan pemuda mampu mengenali budaya mereka sendiri karena hal ini merupakan  jati kita,” jelas Roy Yesnath.

Ia menjelaskan, misalnya tadi dalam fragment bagaimana mahasiswa bertemu kepala kampung dan menyampaikan keprihatinan mereka karena terus terjadi perburuan Cenderawasih dan Penyu belimbing bahkan telurnya juga diambil oleh masyarakat.

Baca Juga:  Penolakan Memori Banding, Gobay: Majelis Hakim PTTUN Manado Tidak Mengerti Konteks Papua

“Kemudian kepala kampung bersama mahasiswa melakukan sosialisasi kepada masyarakat” ujar Yesnath yang juga mahasiswa di Universitas Ottow Geissler.

Sementara itu Cartesius Bovra menyampaikan sebelum melarang orang lain maka harus melindungi dan mendorong agar mahasiswa dan masyarakat adat bersatu terhadap hak-hak masyarakat adat dan perlindungan terhadap lingkungan.

“Dari fragment di atas bagaimana peran kami mahasiswa terhadap program-program yang akan dilakukan pemerintah Kabupaten Tambrauw yang tidak berpihak kepada masyarakat adat”, ujar Cartesius Bovra.

Baca Juga:  Bangun RS Tak Harus Korbankan Warga Sekitar Sakit Akibat Banjir dan Kehilangan Tempat Tinggal

Dikatakan Bovra, kegiatan ini juga merupakan saluran aspirasi mahassiwa Tambrauw jadi tidak harus melalui aksi demo.

“Sehingga melalui seni budaya sebagai media aspirasi kami dalam melihat  dan menyikapi persoalan-persoalan yang ada serta membela hak-hak masyarakat adat dan juga persoalan yang terkait dengan masalah lingkungan,” ujar Bovra.

Ditambahkan Bovra,  di akhir kegiatan memang dilakukan photo ops yang menyampaikan beragam pesan, diantaranya penolakan pembangunan pangkalan Angkatan Laut di Werur dan stop perampasan tanah yang di lembah Kebar akan dijadikan perusahaan sawit.

Baca Juga:  Anggota DPRP Mendukung Upaya Banding Suku Awyu ke PTTUN Manado

“Kami  tidak setuju dengan kehadiran perusahaan sawit karena akan mengancam kehidupan masyarakat adat dan ekososistem disana,” tegas mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

Dari pantauan media ini, kegiatan pentas seni budaya Tambrauw berjalan dengan tertib dan disaksikan puluhan penonton yang hadir melihat secara langsung acara ini. Kegiatan ini berisi tarian, nyanyian, fragment , photo Ops dan tarian Srar yang begitu meriah diikuti puluhan mahasiswa dan mahasiswi Tambrauw.

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Paus Fransiskus Segera Kunjungi Indonesia, Pemerintah Siap Sambut

0
“Berdasarkan surat dari Vatikan yang diterima Pemerintah Indonesia, Paus Fransiskus akan hadir pada 3 September 2024. Ini tentu menjadi suatu kehormatan bagi bangsa Indonesia,” ujar Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas Yaqut dalam keterangan persnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.