MEDAN, SUARAPAPUA.com — Keluarga Besar Kominitas Mahasiswa Papua Seluruh Sumatera (Kompass), hari ini, Kamis (03/01/2019) berdemonstrasi damai menyikapi rakyat Nduga yang hingga hari ini masih ada di hutan-hutan akibat ketakutan karena infasi militer (TNI dan Polri) yang sudah menempati kampung-kampung mereka sejak tanggal 04 Desember 2018 lalu.
Koordinator umum aksi, Agus Goo, kepada suarapapua.com menjelaskan, aksi dihadiri sekitar 50-an orang. Sementara itu, ketua Kompass, Niko Noley menjelaskan rute aksi.
“Tadi kami aksi, mulai dari Asrama Putra Universitas Sumatera Utama di Jalan Mansyur, Padang Bulan menuju Bundaran Ship di Jalan Gatot Subroto, kota Medan,” jelas Niko kepada suarapapua.com pada Kamis (03/01/2018) sore.
Agus menjelaskan, aksi yang dipimpinnya telah diterima oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara.
“Melalui mereka (DPRD Sumatera Utara), kami sampaikan poin-poin tuntutan kami,” lanjutnya.
Pertama, Kompass mendesak pemerintah Indonesia tarik kembali aparat keamanan gabungan, TNI/Polri yang masih bertahan sampai sekarang di Nduga Papua, agar masyarakat Nduga yang sudah merayakan natal hingga tahun baru di hutan itu dapat kembali ke kampung-kampungnya.
Dua, Kompass menuntut pemerintah pusat bertanggung jawab atas kontak senjata antara TNI/Polri dan TPN-PB yang mengorbankan warga sipil, hingga mengungsi di belantara hutan Papua, melalui berbagai bentuk pertanggungjawaban dan penyelesaian.
Tiga, Kompass mendesak pemerintah pusat agar segera membuka pintu masuk bagi wartawan lokal, nasional dan asing dan tim investigasi independen.
“Sebab masyarakat Nduga Trauma dengan TNI/Polri yang pemerintah pusat tugaskan,” lanjut Kompass dalam pernyataan tertulisnya yang diterima suarapapua.com.
Empat, Kompass mendesak pemerintah pusat bertanggung jawab kembalikan warga sipil Nduga) ke rumah masing-masing.
“Biarkan masyarakat sipil memulai pekerjaan yang baru, ditahun yang baru,” harap Kompass melalui pernyataannya.
Pewarta: Bastian Tebai