Tim Pastoral Bagi Nduga Yang Terpenjara Trauma Abadi

0
12509

Badan Pengurus Sinode KINGMI di Tanah Papua

  1. Menyambut tahun pelayanan pastoral 2019 ini, ijinkan kami Badan Pengurus Sinode KINGMI di Tanah Papua menyampaikan ucapan selamat kepada semua pihak sambil mnyampaikan terima kasih kami yang sedalam-dalamnya kepada semua unsur mayarakat, gereja, LSM, Media cetak/elektronik baik di Papua maupun di luar Papua. Di mana saja yang peduli dan sudah menyatakan solidaritasnya hingga saat ini menyiasati manusia Ndugama yang dari tahun ke tahun; telah mngalami trauma berkepanjangan sejak Operasi Militer yang digelar oleh Keluarga Soeharto, Prabowo Subiyanto sejak Januari 1996.
  2. Selanjutnya kami sampaikan bahwa seorang pendeta jemaat kami yang bertugas sebagai penterjemah Alkitab telah di bunuh oleh TNI POLRI. Sementara sekitar 10 orang mama-mama sudah mlahirkan di hutan-hutan di pengungsian. Hampir jumlah mama-mama yang sama kami dengar akan melahirkan dalam waktu dekat di hutan atau pengungsian dalam kondisi kelaparan dan kedinginan di gubuk-gubuk. Banyak anak-anak sedang sakit dan akan alami gizi buruk.
  3. OPM Nduga? OPM “yang dijadikan alasan oleh Jokowi untuk bikin proyek jalan trans Papua dan serahkan TNI AD untuk kelolah proyek itu” tidak turun dari langit”. Dengan kata lain, OPM ini tidak lahir di ruang kosong begitu saja. OPM tidak bedanya dengan Barisan Merah Putih yang pro NKRI harga mati, yang dilahirkan oleh manusia dan lembaga Pemerintah Indonesia. Kalau “barisan merah putih” didirikan oleh TNI POLRI tahun 1968 untuk memenangkan Pepera 1969, bagaimna dengan OPM? Siapa yang lahirkan OPM? Sama juga.
Baca Juga:  Atasi Konflik Papua, JDP Desak Pemerintah Buka Ruang Dialog

Pihak-pihak yang lahirkan Bara NKRI itu juga – pihak-pihak itu gunakan cara-cara pengkondisian budaya, kekerasan fisik sebagai media komunikasi atau sampaikan untuk pesannya sebagai aparat negara, mereka memelihara budaya dan praktek menghalangi orang Papua memenuhi kebutuhan dasarnya, sperti; makan, minum, tempat tinggal yang layak, kebebasan kebutuhan mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layàk. (a) Pengkondisian tadi seperti halnya (a1) generasi OPM Nduga hari ini yang dilahirkan dan dibesarkan dalam tahun-tahun pembunuhan membabi buta terhadap para Pendeta; anak-anak dan pemerkosaan perempuan sejak Januari 1996 -1997.

(a2) OPM kedepan dilahirkan melalui operasi seperti sekarang yang menyebabkan kondisi fisik warga Nduga di pengungsian di hutan-hutan dan di lereng Puncak Trikora (yang dinginnya bukan main), tekanan psikologis karena harus tinggalkan kampung halaman secara tiba-tiba dalam ketakutan meghadapi pemboman, dan lain-lain. Kelaparan, rasa keterlemparan karena harus mengungsi terus menerus tanpa kepastian kemana, berapa lama, dan pertanyaan kapan akan kembali. Ini semua akan terus meradikalisasi dan memperdalam ideologi Papua Merdeka.

Baca Juga:  Polda Papua Diminta Evaluasi Penanganan Aksi Demo di Nabire

(b3) anggapan bahwa dengan perintah Jokowi kepada TNI untuk urus Proyek Lintas Papua, berarti malaikat pembawa kematian dan teror telah datang mnguasai atau menduduki tanah orang Ndugama; semua ini yang ikut meradikalisasi ideologi OPM, (b4) terlebih apabila semua ini dirancang dan dieksekusi TNI POLRI telah termakan ideologi negara bercampur dengan rasisme. Siapa yang melahirkan OPM? untuk kepentingan siapa?

(b5). Apakah Orang Papua bisa membuat pabrik senjata dan peluru? Media lokal dalm tahun-tahun 2014-2015 adalah tahun-tahun gerakan Papua mulai berjuang menjadi anggota MSG, kami membaca berita-berita “TNI POLRI” yang gemar jual senjata dan amunisi ke OPM. Siapa bikin OPM? Apakah OPM musuh TNI POLRI seperti yang sering dinyatakan petinggi TNI POLRI? Mari silahkan jawab sendiri.

ads
  1. Oleh karena itu, mengakhiri ucapan terima kasih atas dukungan semua pihak yang peduli terhadap “manusia sebagai mahkota dari ciptaan Tuhan”, sekali lagi kami (a) sampaikan banyak terima kasih atas semua wujud solidaritas yang ditunjukkan kepada jemaat-jemaat dan masyarakat Nduga yang terus menjalani kondisi di atas. (b) Sebelum kampanye pemilihan presiden dan wakil, termasuk legislatif di Papua, kami bersama para korban di jemaat-jemaat di Nduga meminta Jokowi, Tomy Suharto dan Prabowo serta tim suksesnya untuk menghentikan pembangunan jalan trans Papua yang dipandang kalangan Papua sebagai wajah konkrit dari ideologi dan kebijakan bias pendatang (neo kolonialisme Indonesia di Papua).
Baca Juga:  AJI, PWI, AWP dan Advokat Kecam Tindakan Polisi Terhadap Empat Jurnalis di Nabire

Orang Nduga (orang Papua) tidak minta atau butuh jalan lintas Papua; tidak butuh atau minta Kabupaten Nduga, Paniai, Intan Jaya atau Provinsi Papua Barat, dan lain-lain. (c) karena itu kami meminta Presiden mengeluarkan perintah menghentikan operasi militer agar Tim Pastoral bisa ke sana laksanakan penyembuhan trauma mental dan sosial yang dialami orang Nduga sejak Operasi militer di Nduga (d) yang dilaksanakan keluarga Soeharto di depan mata Tomy Suharto dan atas Perintah Prabowo Subianto sejak Januari 1996 – 1997;

(d2) operasi militer oleh Presiden Jokowi bulan Juni – Juli 2018 lebih khusus di Alguru dekat ibu kota Kabupaten Nduga, dan (d3) perintah Operasi Militer atas perintah Presiden Jokowi, Wakil Presiden; Ketua DPR RI.

Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih atas perhatiannya.

Jayapura, 9 Januari 2019

Ketua

Pdt. Benny Giay

Artikel sebelumnyaYan Warinussy Apresiasi Kasat Brimob Polda PB Yang Menangkap Pemasok Miras Ilegal
Artikel berikutnyaKuntre English Course Hadir di Dekai Karena Peduli Generasi Papua