Saatnya YPK Hadir Sebagai Organisasi Moderen Yang Mandiri Dalam Daya dan Dana

0
10309

Berkaitan Dengan HUT YPK yang ke 57 di Tanah Papua, 8 Maret 2019.

Oleh: Yan Christian Warinussy)*

Sebagai salah satu alumni sekolah-sekolah Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) di Tanah Papua saya memandang bahwa pendidikan di Tanah Papua telah lahir dan bertumbuh sejalan dengan peristiwa Pekabaran Injil sejak 164 tahun yang lalu (5 Februari 1855).

Hal ini ditandai dengan adanya kegiatan ibadah dan mempelajari isi kitab suci Alkitab yang dilakukan ketika itu oleh Ottow dan Geissler. Ibadah dan pelajaran isi Alkitab tersebut dilakukan kedua zendeling tersebut bersama orang-orang asli Pulau Mansinam, yaitu suku Doreri yang berbahasa Numfor.

Ini tercatat dengan baik di dalam buku berjudul : Sepuluh Tahun Gereja Kristen Injili (GKI) Setelah Seratus Satu Tahun Zending Di Irian Barat. Buku ini ditulis oleh Ketua Sinode GKI yang pertama Pdt.F.J.S.Rumainum.

ads
Baca Juga:  Pengurus Baru LMA Malamoi Diminta Merangkul Semua Pihak

Sejauh pemahaman para zendeling dan pemrakarsa berdirinya GKI Di Tanah Papua kala itu bahwa pendidikan adalah pilar utama bagi bersemainya benih-benih Injil Kristus di Tanah Papua ke depan.

Hal ini sejalan dengan amanat agung dalam Injil Matius pasal 28 ayat 18, 19 dan 20 yang berbunyi; “Kepada- Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Amanat tersebut dapat dipahami sebagai perintah untuk memberitakan Injil dengan menjadikan pendidikan sebagai batu penjuru utamanya di Tanah Papua. Alasan inilah yang menyebabkan kemudian GKI Di Tanah Papua menerima penyerahan tanggungjawab penyelenggaraan tugas pendidikan Kristen dari Zending melalui pendirian sebuah yayasan (stichting : bahasa Belanda) yang diberi nama awalnya Yayasan Persekolahan Kristen (YPK) pada tanggal 8 Maret 1962 (57 tahun yang lalu) dan hari ini diperingati sebagai Hari YPK di Tanah Papua.

Baca Juga:  Upaya Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Jaga Pasokan BBM Saat Lebaran

Jenjang pendidikan Kristen dimulai ketika itu dari tingkat dasar (SD) dan menengah pertama (SMP) serta menengah atas (SMA). Sayang sekali karena penyelenggaraan pendidikan sekolah-sekolah YPK di Tanah Papua sudah banyak tidak berjalan baik. Bahkan ada sejumlah sekolah-sekolah YPK yang sudah diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan diganti namanya menjadi sekolah negeri atau Inpres. Sebuah tantangan besar bagi YPK secara khusus dan GKI Di Tanah Papua secara umum.

Karena pendidikan yang dahulunya dijadikan sebagai batu penjuru bagi pekerjaan pekabaran Injil Di Tanah Papua, justru dalam konteks Papua hari ini justru mendapat posisi yang strategis dan proporsional.

Baca Juga:  Tragedi Penembakan Massa Aksi di Dekai 15 Maret 2022 Diminta Diungkap

Yaitu di dalam amanat pasal 56 UU RI No.21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. dimana posisi YPK sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi masyarakat sipil yang bertanggungjawab dalam menjalankan kegiatan pendidikan atas dukungan pemerintah daerah di Tanah Papua melalui subsidi.

Menurut pandangan saya sebagai salah satu Advokat  dan Pembela HAM di Tanah Papua bahwa sudah saatnya YPK Di Tanah Papua hadir sebagai organisasi moderen yang mandiri dalam daya dan dana serta manejemennya, guna memajukan terus pendidikan Kristen secara khusus dan pendidikan pada umumnya bagi rakyat Papua di Bumi Cenderawasih yang diberkati Tuhan sejak 164 tahun lalu.

)*Penulis adalah pembela HAM dan Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari.

Artikel sebelumnyaOAP Harus Bisa Menjadi Pengusaha
Artikel berikutnyaLP3BH Desak PBB Segera Selesaikan Masalah Perjuangan Papua Melalui Hukum Internasional