Senin 2014-07-07 07:11:30
PAPUAN, Jayapura — Diaz Gwijangge, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) asal Papua menegaskan, Pemilihan Presiden Republik Indonesia yang akan digelar 9 Juli 2014 mendatang tidak penting bagi rakyat Papua.
“Dalam pemaparan visi dan misi kedua Capres-Cawapres, sama sekali tidak singgung persoalan Papua, terutama terkait konflik-konflik berkepanjangan yang muncul selama ini. Jadi saya kira Pilpres ini tidak penting bagi orang Papua,†ujar Gwijangge, kepada suarapapua.com, dari Jakarta, siang tadi.
Â
Menurut Gwijange, orang Papua mau semangat untuk mendukung siapapun Capres-Cawapres adalah hak, namun harus diingat, bahwa bagi Jakarta dan para Capres orang Papua dianggap tidak penting.
Â
“Sampai saat ini orang Ppaua masih dianggap tertinggal, primititif, dan bodoh. Ini yang saya hadapi dan lihat selama lima tahun duduk di Jakarta,†kata anggota DPR RI kelahiran Ndunga ini. Â
Â
Dalam pemaparan visi misi kedua Capres-Cawapres yang baru berakhir tadi malam, Gwijangge melihat tidak akan ada agenda yang jelas untuk selesaikan persoalan Papua. Â
Â
“Persoalan di tanah Papua perlu dicarikan solusi kongkrit. Jangan ketika ada korban berjatuhan baru bicara, selama ini kita Papua tidak pernah dianggap oleh Jakarta.â€
Â
“Berbagai pemberitaan media juga selalu terkait persoalan-persoalan nasional yang umum, seperti kasus korupsi, intoleransi, dan politik nasional, tapi tidak secara spesifik bicara masalah persoalan-persoalan mendasar di Papua. Ini yang saya bilang Papua tidak dianggap oleh mereka,†tegasnya.
Â
Jika mengklaim Papua sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lanjut Gwijangge, jangan memperhatikan Papua ketika ada kasus atau situasional.
Â
“Selama ini tidak ada komitmen dari pemerintah yang klaim Papua bagian dari NKRI. Ini seharusnya jadi beban moril bagi pendiri bangsa ini,†ujar anggota DPR RI di Komisi X ini.
Â
Sebagai anggota DPR RI yang duduk di tingkat pusat selama lima tahun, menurutnya, suara dari orang Papua selalu diabaikan, dan bahkan tidak didengar.
Â
“Saya salah satu saksi hidup yang selama ini wakili orang Papua di tingkat pusat. Kami selalu bicarakan kepentingan orang Papua secara lantang melalui kaukus, melalui sidang-sidang, juga disampaikan secara tertulis maupun lisan, tapi semua tidak pernah di respon baik.â€
Â
“Saya pesimisi kepada Capres-Cawapres mendatang. Jadi bagi saya Pilpres tidak begitu penting,†ujarnya.
Â
Terkait pernyataan Panglima Komando XVII/Cenderawasih dak Kepala Kepolisian Daerah Papua, yang menyatakan akan menumpas siapa saja yang boikot Pilpres dan mengacaukan situasi Papua, menurut Diaz harus dilihat secara jeli.
Â
“Orang Papua mau memilih atau tidak, itu hak mereka, tidak bisa Pangdam atau Kapolda larang. Biasanya kan keluarkan pernyataan begitu untuk ada dana proyek pengamanan, silakan saja dengan cara-cara lamanya, tapi jangan korban rakyat,†tegas Diaz.
Â
Menurut Diaz, kalaupun ada kelompok tertentu yang akan menggalkan Pilpres, atau tidak memilih, tidak serta merta Pilpres akan gagal, sebab jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk seluruh Indonesia sangat kecil.
Â
“Jadi tidak penting kita memilih, sebab sudah contoh selama lima tahun ini situasi Papua tidak diperhatikan dengan baik, saya yang dipusat dan saya yang mengalami,†kataya.
Â
Sebelumnya, Komite Nasional Papua Barat (KNPB) telah menyatakan seruan untuk boikot Pilpres di seluruh tanah Papua, dan menuntut diselenggarakannya referendum (baca: KNPB: Boikot Pilpres 2014 Harga Mati dan Masa Depan Bangsa Papua Tidak di Tangan Jokowi Maupun Prabowo)
.
Â
Seruan untuk boikot dan menggalkan Pilpres juga datang dari Komando Pangilama Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), Erim Ende Wanimbo dari Lannya Jaya, yang mengancam untuk gagalkan Pilpres 9 Juli 2014 mendatang (baca: Jelang Pilpres, OPM Rencana Serang Dalam Kota dan Panglima TPN-PB Wilayah La-Pago Tolak Pilpres).
Â
OKTOVIANUS POGAU