ArsipWalau Sering Dihadang Ormas, AMP Tetap Turun Jalan!

Walau Sering Dihadang Ormas, AMP Tetap Turun Jalan!

Rabu 2014-08-13 20:16:15

PAPUAN, Semarang — Meskipun beberapa kali dihadang Organisasi Masyarakat Sipil (Ormas), dan aparat keamanan saat melakukan aksi demo, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menegaskan, akan tetap turun jalan pada 15 Agustus 2014 di Jogjakarta.

Otis Tabuni, koordinator umum aksi kepada suarapapua.com, melalui sambungan telepon selulernya mengatakan, aksi dilakukan untuk menggugat New York Agreement yang dinilai cacat hukum internasional.
 

“Tidak ada kata mundur bagi AMP, selama keinginan kami belum tercapai, keadaan bagaimanapun AMP tetap dan konsisten menyuarakan kemerdekaan penuh untuk Papua Barat,” kata Otis Tabuni siang tadi.

 

Tabuni menjelaskan, aksi kali ini adalah aksi gabungan dari AMP Komite Semarang-Salatiga, AMP Komite Solo dan AMP Komite Jogjakarta, yang akan dipusatkan di Jogja. .

 

Menurutnya, pemerintah mulai takut dengan kehadiran AMP di seluruh Jawa, lantaran AMP dimotori oleh orang-orang intelektual, sehingga pemerintah melalui pihak keamanan selalu pasang kuda-kuda untuk menghalangi semua aktivitas AMP.

 

"Penghadangan yang dilakukan Ormas dan aparat keamanan memotivasi kami untuk semangat berjuang dan semangat menyampaikan aspirasi perjuangan kemerdekaan," tegasnya. 

 

Lanjut ketua AMP Komite Semarang Salatiga ini, hingga saat ini belum ada acaman apapun dari pihak Ormas maupun aparat keamanan, padahal sering ada selebaran dan himbauan untuk gagalkan aksi mahasiswa.

 

Sebelumnya, Kabid Humas Polda DIY, Anny Pudjiastutu mengaku menyesalkan tindakan Ormas yang menghadang aksi AMP di jalan, sehingga menimbulkan kericuhan.

 

MARSELINO TEKEGE

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pacific Churches Urge MSG to Expel Indonesia if it Does Not...

0
"Are the countries supporting Indonesia's candidacy as a member of the UN Human Rights Council saying that they are comfortable with human rights violations?"

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.