ArsipHadiah dari Sang Kekasih

Hadiah dari Sang Kekasih

Minggu 2014-12-21 13:41:00

*Oleh: Jhon Gobai

 

Terkadang bingung ketika sang malapetaka datang membawa kejutan di saat sunyi yang membisu. Saat itu yang ada ada dalam pikiranku adalah kebingungan yang tak berdaya. Banyak pertanyaan yang terbayang di sela-sela aku menatap dikau wahai sang pecinta damai.

 

Jiwaku lumpuh dan tak berdaya hingga lupa, siapa aku? Lantas, kapan saja dan dimana saja ia akan datang menghantui kehidupan ini.

 

Itukah kamu, kamu yang selalu datang dalam kebisuan malam bagai gelap dan gulita. Mengapa kamu tidak memberikan ketukan pada jiwa ini? Mengapa tidak ada bisikan dan alunan suara, kalau kamu akan datang?

 

Kisah yang tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku. Kisahnya demikian.

 

Ketika saya pulang dari kampus. Tempat biasa, ngopi di kantin terbaikku, tepat di pojok kiri kampus Sekolah Tinggi Teknik Adhi Sucipto (STTA). Saya dipanggil-panggil oleh teman saya yang bernama Anto.

 

“Gobai, ko kemari dulu. Ko bantu sa dulu?” saut si ganteng kelahiran Jayapura itu.

 

Gaya jalannya sudah bagong.

 

“Sobat bagimana? sa bantu apa?” kata saya sambil lepaskan helm dari kepalaku.

 

Saya pun mendekatinya. Hari itu ia sangat tampil beda dengan gayanya yang baru. Saya merasakan ada sesuatu yang aneh dengan penampilannya hari itu. Ia dirasuki alam yang baru, alam yang tidak biasanya dia lakukan dalam kehidupannya. Melihat raut wajahnya, banyak pertanyaan yang melayang di benak pikiranku. Ia benci mengonsumsi minuman keras. Merokok pun tidak pernah.

 

Tetapi hari itu benar-benar membuat saya terkejut diiringi kebingungan melihat mantan bintang School Basket (Atlet Basket) West Papua itu.

 

“Ko antar sa pulang dulu kawan, bisa kah tra?” ujarnya.

 

Setelah ngobrol beberapa menit, saya pun hendak mengantar pulang ke kosnya.

 

Dalam perjalanan, tak terbayangkan, tidak seperti biasanya dia menyuruhku untuk mengantarnya pulang, aku masih kebingungan, mengapa dia seperti itu. Dugaanku banyak cerita yang akan ia ceritakan padaku.

 

Keesokan harinya saya mampir ke rumahnya lagi sambil kerjakan tugas. Ketika saya tanya kepadanya, banyak argumen yang ia ceritakan. Tetapi yang saya tangkap dari pembicaraannya adalah karena galau, tidak tahu galau karena apa?

 

Hahahah….! Profesi (cinta) bersyarat anak muda dini dan para orang dewasa. Tak asing mendengarkan cerita tentang itu. Bahkan saya pun pernah terjun dalam profesi itu.

 

Tapi kisah yang ia ukir hingga harus mengakhiri dengan tumpahan air mata. Ini membuat saya bertanya-tanya, apakah benar cinta akan datang kapan saja dan kapan saja akan pergi sesukanya?

   

Si penggemar pemain Basket Internasional, Mickael Jordan itu memiliki seorang wanita. Tentu saja kekasihnya alias, kalau penulis novel asal Papua, Vitalis Ibo Goo bilang belahan jiwanya.

 

Selama 10 tahun mereka jalani hubungan sebagai sesama pelajar yang saling menyukai. Mereka mulai saling menyatu sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas empat.

 

Hingga kini, mereka berdua sedang kuliah di kota yang berbeda. Kekasihnya kuliah di Papua, tepat di Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura jurusan Kedokteran dan si Anto kuliah di Jogja, jurusan Teknik Mesin STTA.

 

Cerita tentang hubungan mereka berdua, dengan kesetiaan mereka saat itu berada di level yang terakhir untuk siap jalani hubungan sebagai sepasang suami istri. Anto siap menunggu 3 tahun untuk mendapatkan gelar S.Tm, setelah itu akan menyiapkan istana baginya. Namun karena rencana-Nya, di bangku kuliah semester 3 ini apa yang terjadi?

 

Dua hari sebelum dirasuki itu, ia ditelepon melalui handphone (HP) oleh kekasihnya yang dimaksud tadi. Pagi, pukul 10.00 WIB, HP berdering.

 

Anton menerima telepon itu dengan kekaguman pancaran getaran cinta yang berdebar.

.

“Hallo sayang, slamat pagi?” kata Anto sambil beresin kamarnya.

 

“Ia sayang, selamat pagi juga,” jawab kekasihnya.

 

“Ko pu kabar bagaimana sayang?”

 

“Sa pu kabar baik. Anto, jemput sa di bandara Adisutjipto kah? Sa sudah tiba di Jogja ne”

 

“Ok… Tunggu sebentar,” jawab Anto dengan semangat.

 

Tidak bertanya-tanya, ia pun lekas menjemputnya. Tanpa sepengetahuan Anto, kekasihnya sudah tiba di Jogja. Wah… mungkin kekasihnya bermaksud memberikan surprise buat si Anto yang selalu merindukannya?

    

Setelah tiba di sana, Anto menjemputnya dan mengantarnya ke kosnya.

 

—–

 

“Ko ada perlu apa datang ke Jogja?” tanya Anto sambil nikmati santapan siang di rumah makan Genemo (Wartim) Babarsari.

 

Ia tidak memberikan respon apa-apa.

 

“Trus, ko punya kuliah bagimana?” tanyanya lagi.

 

Diam sejenak. Lalu jawab si pujaan hati sambil mengangkat kepala dengan lambat, tatapan mata yang bertumpuk air mata yang mengalir tanpa henti.

 

“Anto, sa minta maaf. Sa datang untuk meminta izin dengan ko,” kata kekasihnya.

 

“Izin untuk apa?”

 

“Sa datang meminta izin untuk menikahi laki-laki lain.”

 

Pipih yang lembut mengalirkan air mata membasahi baju si cantik itu.

 

“Kenapa ko ambil keputusan itu terlalu cepat,” kata Anto dengan senyum bias.

 

“Sa dijodohkan oleh sa pu mama. Karena sa pu mama beranjak umur lansia dan sa punya adik-adik juga tidak ada yang jaga mereka. Jadi, mungkin sa harus ikut sa pu mama pu pilihan,” jawab si cantik itu sambil memegang tangan Anto.

 

Si Anto masih tidak percaya. Tetapi wanita itu membuktikannya dengan menelpon pria yang dijodohkan itu bahwa hal itu benar. Kabar bagai mimpi yang berharap tidak nyata itu membuat si Anto tak berdaya. Tak dapat buat apa-apa selain hembusan nafas yang sedalam mungkin lalu dikeluarkan perlahan-lahan, yang kemudian membuang rasa resah dan gelisah hati.

 

Okelah, itu pilihanmu. Jikalau memang harus demikian dan hal itu adalah jalan terbaik yang harus dibutuhkan keluargamu dan kamu.

 

Walau pun tangisan dibalik senyuman wajah Anto. Memang itu adalah bencana buruk baginya, Anto tetap tunjukan bahwa ia adalah pria yang bertanggungjawab. Ia membiayai tiket transportasi (pesawat) Jogja-Papua-Nabire. Anto mengatakan bahwa ia salut dengan keberaniannya. Wanita yang jujur lalu bertanggungjawab pula.

 

Maka jangan takut kehilangan kekasihmu. Sebab kapan saja ia akan datang dan ia akan pergi sesukanya. Tapi jagailah cintamu, sebab kapan dan dimana saja dibutuhkan.

 

Hembusan nafas pun karena cinta. Cinta adalah sebagian dari bagian nafas hidup karena semua yang kita jalani dalam dunia ini adalah karena Cinta.

 

*Jhon Gobai adalah mahasiswa Papua kuliah di Yogyakarta.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pacific Churches Urge MSG to Expel Indonesia if it Does Not...

0
"Are the countries supporting Indonesia's candidacy as a member of the UN Human Rights Council saying that they are comfortable with human rights violations?"

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.