Minggu 2014-02-23 10:12:45
PAPUAN, Jayapura—Tanggal 22 Februari 2014 malam terjadi banjir yang sangat besar di Kota Jayapura akibat hujan deras yang mengguyur kota Jayapura selama empat jama. Tidak hanya banjir, tetapi juga longsor pun terjadi. Longsor dan banjir kali ini telah membuat masyarakat di Kota Jayapura yang bermukim di APO, Jayapura Kota, Dok Lima, Yapis, Entrop, Kotaraja Dalam, Yotefa dan sekitarnya mengalami musibah. Bukan hanya mengalami kerugian material tetapi juga mengakibatkan tujuh nyawa melayang. Selain itu empat lainnya dinyatakan hilang.
Kepada suarapapua.com pada Minggu (23/2/2014) saat di temui disela-sela melakukan pembersihan sedimen yang menutup jalan di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), ketua pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura, Bernard Lenia mengatakan banjir yang terjadi tadi malam (kemarin malam-red) karena curah hujan di Jayapura kota sangat deras dibandingkan dengan Abepura dan Heram. “Banjir yang terjadi pada tanggal 22 februari 2014 itu memang curah hujan sangat deras. Terutama di Jayapura Kota. Sementara daerah lain seperti Abepura dan Heram hujan tidak begitu deras.
Menurut Lenia, Ketua pelaksana BPBD Kota Jayapura, hujan yang ada itu hujan yang dari atas gunung sana sehingga dia membawa debit air yang sangat besar dan deras di semua sungai, itu yang pertama.
Hal kedua yang menyebabkan banjir terjadi karena tingkah laku dan ulah manusia. “Terkait dengan bencana yang ada ini tentunya itu ulah kita manusia juga. Dimana sudah banyak hal yang bisa kita lihat. Misalnya tadinya pohon-pohon banyak tapi karena kita eksploitasi dia dan pohon-pohon makin berkurang. Selain itu banyak lahan yang tadinya dilarang untuk kita bangun perumahan, disitu kita bangun itu akibatnya terjadi longsong dan banjir seperti ini,†Jelasnya.
Lanjut Bernard, selain daripada banjir yang terjadi lihat juga terjadi longsor. Korban yang ada cukup banyak. Korban lumpur yang ada di kota jayapura. Sampai saat ini belum ada jumlah korban yang pasti karena masih banyak yang hilang.
Lanjut dia, Ada juga yang luka parah dan ringan. Tapi saya belum tahu persis karena datanya masih ada berkembang. Tapi korban yang luka-luka ini sedang mendapat perawatan di rumah sakit. Sealin tujuh korban tadi ada empat orang lagi yang masih dicari.
Misalnya kalau kita lihat di Kotaraja, disana kan pada tanggal 22 malam itu tidak hujan deras tapi dampaknya mengakibatkan 40 KK harus mengunsi dari kotaraja dalam. Disana juga ada sebanyak empat unit rumah yang rusak parah. Sementara yang rusak ringan cukup banyak. Termasauk pasar Yotefa yang terrendam tadi malam,†Ungkapnya.
Dijelaskannya, Entrop yang biasa banjir, tadi malam meskipun hujan deras Entrop lolos dari banjir. Karena sumber airnya bukan sungai yang ada di Entrop tetapi sumbernya dari kali-kali yang ada di daerah Jayapura kota.
Di daerah Bambu Kuning, akibat hujan deras itu, ada beberapa pohon tumbang dan sempat membuat jalan putus. Namun jalan itu bisa dilalaui setelah dibersihkan oleh petugas tadi pagi.Di Kota Jayapura sendiri kita bisa lihat. Hampir semua Kota Jayapura ini parah,†jelas Bernard Lenia.
“Kita lihat tadi malam, sedimen itu cukup tinggi sampe setengah meter bahkan lebih itu ada. Itu hanya sedimennya saja. Tidak termasuk airnya. Dari depan Mall Matahari hingga depan kantor DPRP tidak bisa dilewati. Tetapi di depan Bank Papua pusat masih bisa dilewati karena air yang tergenang disitu berasal dari parit yang ada di sepanjang jalan itu. kita lihat ari yang ada di depan kantor Jiwasraya, disitu ada kali kecil. Nah kali kecil itu pun sudah sama rata dengan jalan sehingga sedimennya dan jalannya sudah sama rata. Jadi air dia ikut diatas, itu yang bikin parah,†Jelasnya lagi.
Di daerah APO juga penuh dengan lumpur. Sedangkan tadi malam di daerah Kloofcamp karena derasnya air kita sempat ungsikan masyarakat yang bermukim disana ke gedung Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Papua. Pagi baru sebagian pulang dan sebagian lagi masih tinggal. Kami ungsikan mereka karena kami takut jangan sampai longsor. Sebab tadi malam airnya sangat deras,†terang Bernard.
Menurut Dia, Terkait dengan penanganan darurat ini tidak hanya tugas kami BPBD dan BNPB. Ini adalah tugas kita semua. Dalam UU No.24 tahun 2007 disana disampaikan bahwa tanggung jawab penanganan bencana adalah pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Jadi tadi itu hampir semua unsur masuk. Kita dari pemerintah dari dinas Pekerjaan Umum, Sat Pol PP, Dina Kebersihan Kota, Dinas Kesehatan, TNI dan Polri semua masuk untuk menangani korban banjir dan mengerjakan kerusakan-kerusakan di dalam Kota Jayapura.
Dari unsur masyarakat, LSM juga cukup banyak pertisipasi mereka. Dan dari dunia usaha ada juga yang masuk. Banyak yang mereka sumbang seperti alat-alat berat untuk bantu bersihkan sedimen dan lumpur.
Alat berat tadi ada tiga yang dibantukan oleh orang-orang di dunia usaha. Kami dari pemerintah Kota Jayapura hanya punya dua alat. Tadi sekitar lima atau enam itu dari luar. Murni pemerintah kota punya hanya dua. Dunia usaha tu dari instansi luar, instansi Provinsi ada. Semua unsur itu kita semua kerja sejak malam,†Ungkap Bernard sore tadi kepada suarapapua.com sore tadi
Harapan kami terhadap semua masyarakat Kota Jayapura, kita harus menyadari bahwa alam ini kalau kita bersahabat dengan dia tentunya dia juga akan memebrikan yang baik untuk kita. Tetapi kalau kita melakukan hal-hal yang tidak baik diluar aturan, dampaknya akan seperti ini (Banjir dan Longsor).
Jadi kami sangat mengharapkan kepada masyarakat bahwa taatilah aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Contoh saja bahwa di tempat yang dilarang bangun bangunan yang jangan kita bangun. Juga jangan tebang pohon sebarang-sebarang. Agar kedepannya tidak terjadi hal yang sama seperti saat ini.
Bencana ini dari sisi korban jiwa ini yang paling banyak dan sangat besar dalam beberapa tahun terakhir. Dari sisi perusakan juga ini pengrusakan paling besar selama beberapa tahun terakhir. Pada hal kita lihat sendiri bahwa yang hujan hanya daerah kota sini saja Abe dan Heram tidak terlalu deras hujannya. Disini (kota Jayapura) yang paling parah dan banjir kali ini juga agak aneh kalau saya lihat.
Dari data yang dihimpun suarapapua.com, korban yang sudah ditemukan sebanyak tujuh orang. Masing-masing Kristin Yewens alias Itin (17), Pelajar kelas XI SMA Yapis, meningga pukul 01 malam pada tanggal 23 Februari dinihari tadi akibat tanah longsor yang mengakibatkan luka berat pada bagian leher, pasangan suami istri di APO ada dua orang yaitu Elias Sohilait, Security BPD (28) (suami) dan Christina Umpenawany (38), Dessy Nauw (24) warga Dok Lima, Melky Nagapa (25) Mahasiswa, warga dok Lima, Jalan Perwakilan meninggal di UGD RSUD Dok II Jayapura dan dua lainnya. Sementara korban yang masih dicari atau dinyatakan hilang itu ada empat orang. Sementara itu yang mengalami luka berat dan ringan dalam jumlah yang banyak. Korban yang mengalami luka berat dan ringan ini sedang mendapat perawatan dari tim medis dari dinas Kesehatan dan juga banyak yang di larikan ke rumah sakit.
Seperti dilansir Kantor berita Antara via Solopos.com Edisi 23 Februari 2014, Kapolresta Jayapura, AKBP Alfred Papare, ketika dihubungi Antara melalui telepon selularnya mengatakan di kawasan Dok V Atas, Distrik Jayapura Utara, ada empat rumah yang tertimpa longsor yang menyebabkan sekitar 12 orang tertimbun. Saat ini baru dua orang yang berhasil ditemukan, salah seorang diantaranya meninggal dunia. “Kami masih berupaya menemukan mereka,†aku AKBP PapareSalah satu warga Kota Jayapura, Yohan Bidau mengatakan banjir ini terjadi karena kurangnya ketegasan dari Walikota Jayapura untuk mengatur tata ruang kota. “Setelah tahun lalu Walikota dapat Adipura harusnya dia (Walikota Jayapura) harus tegas untuk mengatus tata ruang kota. Karena menurut dia sebetulanya Adipura itu tidak layak untuk diberikan kepada Walikota Jayapura.
Contohnya saja lihat waktu piala adipura tiba di Kota Jayapura, kedatangan piala adipura itu disambut dengan banjir di Abepura dan Entrop. Yang paling parah waktu itu adalah di Organda. Harusnya Kota jayapura belum memenuhi syarat untuk terima piala adipura. Jadi Walikota jagang berbesar dada. Karena banjir dan longsor ini adalah salah satu buktinya,†Kata Yohan protes.
Selain itu Maria Kabey, salah satu Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Jayapua saat dimintai komentarnya terkait banjir dan longsor yang melanda Kota Jayapura pada tanggal 22 Februari 2014 ini mengatakan dirinya sedih Karena ada korban nyawa yang harus melayang. Menurut dia Walikota harus bekerja ekstra untuk mengatasi banjir dan longsor di Kota Jayapura. “Saya sedih sekali karena banjir yang tadi malam itu sampai harus tujuh nyawa hilang. Ini salah siapa? Untuk kedepannya Walikota Jayapura, Benhur Tommy Mano harus bekerja ekstra agar tidak terjadi hal seperti ini kedepannya,†tegas Kabey.
Â
ARNOLDÂ BELAU