ArsipUstadz Ali Muktar: Masyarakat di Luar Tolikara Sebaiknya Diam!

Ustadz Ali Muktar: Masyarakat di Luar Tolikara Sebaiknya Diam!

Kamis 2015-07-23 08:45:02

TOLIKARA, SUARAPAPUA.com — Imam Musolah di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Ustadz Ali Muktar, meminta umat islam di luar Tolikara untuk diam, pasalnya toleransi antar umat beragama di Tolikara selama ini sudah baik, hanya saja kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu karena adanya miss komunikasi.

Pernyataan tersebut disampaikan Ustadz Ali Muktar, saat bertemu dengan rombongan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dari Jayapura, yang dipimpin oleh anggota Komisi III DPRP, Nason Utti, di Karubaga, beberapa waktu lalu.

 

“Perarasaan saya terganggu dengan keluarga korban yang tertembak, sebab semua yang datang dari Jakarta dan Jayapura hanya mengunjungi kami di Tolikara, sedangkan mereka yang korban nyawa tidak dikunjungi.”

 

“Mereka dan kami sudah lama hidup rukun, damai dan toleransi disini. Saya minta maaf kepada mereka atas kejadian ini,” kata Ustadz Ali.

 

Menurutnya, tidak ada konflik antar agama yang terjadi di wilayah Kecamatan Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua. Ia menilai kerusuhan yang berujung pembakaran kios yang lalu merembet ke Masjid disebabkan kesalahpahaman antarkelompok masyarakat dan unsur pimpinan daerah.

 

“Kami mengimbau masyarakat di luar Tolikara sebaiknya diam dan tidak mengeluarkan pernyataan yang memancing emosi.”

 

“Kami di sini sudah tinggal lama. Hubungan juga terjalin harmonis. Jangan ada balas dendam,” tegas Ali.

 

Menurutnya, konflik yang berlangsung saat komunitas Muslim menunaikan shalat Id pada Jumat lalu itu disebabkan miskomunikasi (kesalahpahaman).

 

Dia mengaku pihaknya tak menerima surat edaran dari GIDI yang telah direvisi: meminta pelaksanaan shalat agar dilakukan di Masjid tanpa menggunakan pengeras suara. Oleh karena itu, ia tetap menggelar shalat Id di halaman masjid.

 

Imbauan itu dikeluarkan pengurus GIDI karena mereka menggelar kegiatan kepemudaan tingkat nasional di lokasi yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi shalat Id.

 

Timotius Yanengga (30), tokoh pemuda di Karubaga, mengaku tak tahu mengapa warga yang sudah berhubungan baik selama ini bisa tiba-tiba menjadi berkonflik. Menurut dia, selama ini tidak pernah ada persoalan agama di antara masyarakat setempat dan warga pendatang.

 

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

Aksi ASN Pemprov Papua, Gobai: Penempatan Jabatan Perlu Perdasi

0
“Di sana telah diatur tentang persentase dalam menduduki jabatan yaitu 80% orang asli Papua dan 20% non Papua. Untuk itu, dalam hal yang penting dan mendesak ini, saya meminta kepada penjabat gubernur Papua untuk segera dapat menandatangani dan memberikan penomoran untuk Raperdasi tersebut. Hal ini penting agar tetap menjadi Perdasi Papua tentang perubahan Perdasi Papua nomor 4 tahun 2018,” pintanya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.