ArsipAkui Pembunuh Theys Eluay Sebagai Pahlawan, Kini Ryamizard Menteri di Kabinet Jokowi-JK

Akui Pembunuh Theys Eluay Sebagai Pahlawan, Kini Ryamizard Menteri di Kabinet Jokowi-JK

Senin 2014-10-27 09:35:00

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Ryamizard Ryacudu, dalam pemberitaan berbagai media massa, pernah menyebut anggota Kopassus yang membunuh Theys Hiyo Eluay sebagai pahlawan, dan seharusnya diberikan hukum ringan.

Kini, Ryamizard Ryacudu, seorang purnawiran TNI yang dianggap anti Hak Asasi Manusia (HAM) ini telah diangkat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia di dalam Kabinet Kerja periode 2014-2019.

 

Seperti ditulis Tempo Interaktif, 23 April 2003, beberapa anggota Kopassus yang membunuh Theys Hiyo Eluay, Ketua Presidium Dewan Papua (PDP), saat itu menjalani proses persidangan di Mahkamah Militer Makassar, dan diberikan hukuman ringan majelis hakim.

 

”Hukum mengatakan mereka bersalah. Okelah dia dihukum. Tetapi bagi saya dia pahlawan,” kata Ryamizard kepada wartawan, seperti ditulis Tempo Interaktif, Rabu (23/4/2003) di Markas Besar TNI AD.

 

Ryamizard menjelaskan, alasan dia menyebutnya sebagai pahlawan karena yang terbunuh adalah pimpinan pemberontak yang ingin memerdekakan diri dari Indonesia.

 

“Kita kan perang melawan pemberontak. Kalau caranya nggak benar yah dihukum, tetapi jangan terlalu menyudutkan,” kata dia.

 

Karenanya, pria asal Palembang ini meminta agar anggota Kopassus yang dianggap melakukan pembunuhan terhadap Theys itu dihukum ringan.

 

“Kalau dia dihukum yang ringan, jangan berat-berat apalagi sampai dipecat segala. Nggak betul itu,” kata Ryamizard yang menjadi menantu mantan Wakil Presiden Try Sutrisno.

 

Majelis hakim Mahkamah Militer Tinggi III Surabaya Senin (21/4/2003) saat itu memang menjatuhkan vonis bersalah pada empat prajurit Kopassus yang menjadi terdakwa kasus Theys Hiyo Eluay.

 

Keempat terdakwa itu adalah bekas Komandan Satgas Tribuana X Letkol Inf. Hartomo, mantan Komandan Detasemen Markas I Mayor Inf. Doni Hutabarat, mantan Kepala Operasi Letnan Satu Inf. Agus Supriyanto dan Prajurit Kepala Achmad Zulfahmi yang membekap mulut Theys sebanyak tiga kali.

 

Sedang tiga terdakwa lain dijatuhi hukuman lebih ringan oleh majelis hakim yang diketuai Kolonel CHK. AM Yamini. Terdakwa Kapten Inf. Rinardo dan Sersan Satu Asrial dihukum tiga tahun penjara, sementara terdakwa Sersan Satu Lourensius diganjar dua tahun penjara.

 

Elias Ramos Petege, aktivis HAM dari National Papua Solidarity (Napas) menyebut, pengangkatan Ryamizard sebagai Menteri Pertahanan telah jelas-jelas mengecewakan rakyat bangsa Papua Barat.

 

"Bagaimana mau dialog dan bicarakan persoalan HAM di tanah Papua, sedangkan Ryamizard bertanggung jawab dalam pembunuhan Theys Eluay. Ryamizard sangat anti dengan persoalan HAM, dan akan menyulitkan upaya-upaya perbaiki Papua." 

 

"Apalagi yang menyakitkan kami (orang Papua), Ryamizard menyebut anggota Kopassus yang membunuh tokoh adat kami sebagai seorang pahlawan, tipe Menteri seperti ini sangat anti HAM, sangat tidak layak," ujar Petege.

 

Ketua PDP, Theys Hiyo Eluay diculik dan kemudian ditemukan sudah terbunuh di mobilnya di sekitar Jayapura, Papua, pada tanggal 10 November 2001, setelah pulang dari Hamadi, memperingati hari kebesaran Kopassus. 

 

Menurut penyidikan Jenderal I Made Mangku Pastika, yang juga memimpin penyidikan peristiwa Bom Bali 2002, ternyata pembunuhan ini dilakukan oleh oknum-oknum anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

 

Beberapa anggotanya, antara lain Letkol Hartomo, dipecat secara tidak terhormat. Dunia Internasional mengecam pembunuhan Eluay ini. Eluay akhirnya dimakamkan di sebuah gelanggang olahraga di tempat kelahirannya, Sentani, pada sebuah tanah adat yang sudah diwakafkan oleh para tetua suku.

 

Pemakamannya dihadiri kurang lebih 10.000 orang Papua. Pada jalan raya antara Jayapura dan Sentani sebuah monumen kecil didirikan untuk mengenang pembunuhan ini.

 

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.