ArsipMartine Bourrat: “Saya Akan Tinggal di Jayapura Sampai Anak Saya Dibebaskan”

Martine Bourrat: “Saya Akan Tinggal di Jayapura Sampai Anak Saya Dibebaskan”

Kamis 2014-10-02 16:46:30

PAPUAN, Jakarta — Martine Bourrat, ibu dari salah satu wartawan asal Perancis yang ditangkap aparat Kepolisian Daerah (Polda) Papua, di Wamena, 6 Agustus 2014, Valentine Bourrat (29), menegaskan, ia akan tinggal di Jayapura hingga anaknya dibebaskan oleh pemerintah Indonesia.

“Polisi Indonesia curiga anak saya sebagai agen rahasia Perancis, itu tidak benar, tidak ada bukti yang buat dukung tuduhan tersebut, anak saya harus dibebaskan,” ujar Martine, seperti ditulis Andreas Harsono, peneliti dari Human Rights Watch (HRW), dalam laman Facebook, yang diunggah kemarin.

 

Menurut Martine, anaknya memang pernah magang di kantor Kedutaan Perancis di Tel Aviv, Israel, karena ia seorang mahasiswa yang harus menyelesaikan studi.

 

“Tuduhan itu hanya berdasarkan paspor diplomatik, paspor tersebut diberikan karena anak saya sebagai seorang mahasiswa magang. Anak saya lahir di Yerusalem, ketika bapanya sedang bertugas di Timur Tengah. Wajar dia tertarik magang di Israel,” kata Martine.

 

Menurut Andreas Harsono, Martine datang ke Indonesia membawa segepok dokumen, termasuk kliping majalah soal suaminya, Patrick Bourrat. Kliping tersebut dikumpulkan oleh bapak mertuanya, dan diberikan ke Martine sebelum berangkat ke Jakarta.

 

Andreas Harsono, yang melihat dari dekat beberapa majalah yang dibawah Martine menjelaskan, majalah ini bercerita soal remaja Valentine ketika umur 17 tahun dan bapaknya meninggal.

 

Judul majalah tersebut, "Mon Pere ce Heros." Terjemahannya, "Bapak Aku Adalah Pahlawan." Valentine kagum pada bapanya, dan dia ingin juga jadi wartawan.

 

“Martine Bourrat bilang dia sebenarnya tak mau baca kumpulan kliping soal suaminya. Dia akan sedih bila ingat almarhum. Tapi majalah ini merekam wawancara dengan remaja Valentine dimana dia bilang kelak bila sudah dewasa dia akan meniru bapanya dengan jadi wartawan.”

 

“Saya terharu lihat gambar-gambar dari majalah terbitan 2002 yang menunjukkan kekaguman seorang putri terhadap bapanya. Valentine sangat mencintai dan mengagumi bapanya. Martine Bourrat perempuan yang teguh,” ujar Andreas Harsono.

 

Salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini mengatakan, Valentine Bourrat dan Thomas Dandois datang ke Indonesia dengan visa turis, sesuatu yang melanggar hukum Indonesia, karena mendapatkan visa wartawan buat pergi ke Papua sangat sulit.

 

“Biasanya, bila ada wartawan dapat surat jalan ke Papua, dia juga dibuntuti oleh ‘suanggi’ alias intel, kini mereka ditahan di imigrasi Jayapura,” ujarnya.

 

Martine Bourrat mengatakan, Valentine adalah anak dia satu-satunya, bersama almarhum suaminya, Patrick Bourrat, wartawan perang yang meninggal dalam tugas di Kuwait pada 2002.

 

“Ketika suaminya masih bekerja sebagai koresponden perang televisi TF1, Martine sudah biasa hadapi kesulitan suaminya. Kini sebagai seorang ibu, dia harus membela anaknya, Valentine, yang ditangkap di Papua.”

 

“Tak ada yang aneh ketika Valentine dewasa, dia memilih magang di kedutaan Perancis di Tel Aviv. Ini sama dengan Patrick pernah meliput referendum Timor Timur pada 1999. Valentine tertarik dengan Papua juga karena pengalaman bapanya,” ujar Andreas.

 

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.