Senin 2015-01-05 17:02:15
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Tokoh Gereja Katolik, Pastor Jhon Jonga, meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM RI), untuk segera membentuk Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM (KPP-HAM), dalam insiden Paniai Berdarah, yang terjadi pada 8 Desember 2014 lalu.
“KPP-HAM sangat penting dan mendesak dibentuk, agar dapat menghasilkan laporan yang jujur, benar, dan kompherensif terkait pembantaian empat pemuda di Paniai,†kata Pater Jhon Jonga, saat ditemui suarapapua.com, Senin (5/01/2014) di Padang Bulan, Abepura, Papua.
Â
Menurut Pater Jhon, insiden Paniai berdarah merupakan strategi aparat keamanan mengacaukan situasi Papua menjelang kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), juga merupakan cara-cara aparat yang arogan dan tidak mau tahu tentang HAM.
Â
“Cara-cara ini ikut perpanjang penderitaan rakyat Papua, dan ujung-ujungnya membuat rakyat Papua semakin anti kepada Negara.†(Baca: Jokowi Berkeinginan Dialog Dengan Masyarakat Papua).
Â
“Hasil penyelidikan dari KPP-HAM harus ditindak lanjuti oleh pemerintah, terutama Presiden Jokowi, sebab ini bagian dari menindak lanjuti pernyataan penyesalan Jokowi saat perayaan natal di Papua,†katanya. (Baca: Jokowi Pidato Soal Paniai, Ini Pendapat Franz Magnis-Suseno).
Â
Menurut peraih penghargaan Yap Thiam Award ini, kasus Paniai tentu menguji kredibilitas Jokowi, juga martabat seorang Presiden Indonesia dalam memperhatikan persoalan di tanah Papua. (Baca: Bertemu Presiden, Bupati Paniai Minta Penembakan 4 Warganya Diusut Tuntas).
Â
“Ini merupakan pelanggaran HAM berat, karena dilakukan dengan strategi aparat TNI/Polri yang membabi buta menembak anak pelajar, karena itu harus diusut tuntas.†(Baca: TPN-PB Wilayah Paniai Bantah Tembak Anggota Polisi).
Â
“Aparat telah mematikan mereka, ini sangat berbahaya, dengan tindakan biadab seperti ini, apalagi menembak dengan membabi buta, akan menambah deretan panjang orang-orang yang dendam dan marah kepada TNI dan Polri di Papua,†katanya.
Â
Dikatakan, dalam kasus Paniai, tidak ada jalan lain, Jokowi dengan barisan Intelijen, aparat keamanan, dan Presiden Jokowi harus membuka hati, dan duduk bersama masyarakat Papua dengan cara berdialog. (Baca: Jokowi Sesalkan Peristiwa Kekerasan di Kabupaten Paniai).
Â
“Karena dialog itu bukan barang baru di tanah Papua, tradisi itu sudah ada dari tete moyang kita, tidak ada masalah besar apapun yang tidak bisa diselesaikan melalui dialog,†tegasnya.
Â
Pater Jhon meminta Jokowi dengan jajarannya untuk tidak alergi dengan kata dialog, karena ia merupakan sebuah sarana untuk penyelesaian masalah di tanah Papua.
Â
“Ini sebuah sarana, karena itu Presiden Jokowi harus tegas, dan punya komitmen untuk Papua, tapi dibuktikan dulu dengan menuntaskan persoalan di Paniai dengan membentuk KPP-HAM,†tegas Jhon.
Â
Baca: #PANIAIBERDARAH
Â
OKTOVIANUS POGAUÂ