JumatĀ 2015-10-16 08:17:40
WAMENA, SUARAPAPUA.com — Melihat musim kekeringan yang terjadi di Kabupaten Jayawijaya enam bulan terakhir ini, Max Hattu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jayawijaya meminta agar Kepala-kepala Distrik se-Jayawijaya untuk rutin melaporkannya ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab).
“Kami harap para kepala distrik untuk rutin melaporkannya kepada Pemerintah Kabupaten, supaya masyarakat tidak mengalami kesulitan. Kondisi sekarangkan mereka (kepala distrik) tidak lapor, padahal Pemkab bisa mengambil langkah dengan cara drop air dengan mobil tangki dan lainnya,” kata Max Hattu, kepada suarapapua.com, di ruang kerjanya siang tadi, Jumat (16/10/2015).
Ia mengakui, kondisi di Kabupaten Jayawijaya selurunya mengalami kekeringan, tetapi pihaknya belum mendapatkan laporan terinci dan aktual, maka tindakan lebih lanjut belum dilakukan.
Sementara, kondisi stok air yang sulit di kota Wamena, menurut Max, terjadi karena kekeringan yang mengakibatnya debit air kecil. Oleh sebab itu, disampaikan kepada pelanggan air PDAM untuk menggunakan air sehemat mungkin.
“Karena kondisi itu, PDAM mengambil langkah sistem giliran melalui setiap wilayah yang sudah ditentukan,” jelasnya.
Atas kondisi ini, kata dia, Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi Papua sedang membantu Pemerintah Daerah Jayawijaya untuk membangun intek baru (penampungan) di daerah Welesi karena intek lama di Napua debit airnya kecil dan sementara dalam pelaksanaan.
“Ya, kita harapkan berfungsinya intek baru di Welesi bisa menolong masyarakat, karena sumber airnya sangat besar, sehingga tidak bisa terpengaruh dengan dampak kekeringan saat ini,” ujar Max.
Sementara itu, salah satu warga Wamena kota yang tidak mau sebutkan namanya mengatakan, pihaknya hingga hari ini belum tahu penggunaan air PDAM di Wamena.
“Kami tidak tahu, jika tahu kami sudah minta pasangkan. Selama ini kami hanya andalkan air sumur dan sumur itu sudah kering, jadi kami harus ke kali Uwe untuk mandi dan untuk masak kami harus beli air galon yang harganya per galon Rp 17.000 hingga Rp. 20.000,” pungkasnya.
ELISA SEKENYAP