Rayakan HUT PI ke-55 di Yalimo, Jemaat Diajak Refleksikan Injil sebagai Kekuatan Allah

0
5984

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Umat Tuhan di Klasis GKI Yalimo yang terdiri dari enam wilayah pelayanan gelar ibadah HUT ke-55 (Yubelium) Pekabaran Injil (PI) dan kesehatan sejak (19 Mei 1961 hingga 19 Mei 2016) di Pos PI Angguruk, Kamis (19/5/2016).

Ibadah yang dihadiri perwakilan Sinode GKI di Tanah Papua, Pemerintah Kabupaten Yahukimo, Badan Pekerja Klasis Balim Yalimo serta undangan dari berbagai daerah itu dilaksanakan pada pukul 11:20 WP dalam suasana tenang dan antusias yang tinggi dari jemaat.

Pendeta Amos Sama dalam kotbahnya dari Kitab Roma, 1:16 dan 17 tentang “Injil Itu Kekuatan Allah” mengatakan, karena injil itulah semua umat di daerah Yalimo ada dan karena injil itulah semua hal bisa dapat dilakukan, termasuk kedamaian antara umat di dalam gereja GKI di wilayah Yalimo ini.

Namun demikian, kata Pdt. Amos, usia pekabaran injil yang sudah mencapai 55 tahun, umat belum ada yang sadar akan firman yang sudah tumbuh dan berakar di seluruh lapisan masyarakat ini.

“Jika manusia, usia 55 tahun adalah usai tua, tetapi jika direfleksikan dalam kehidupan umat di daerah Yali belum ada kedewasaan untuk menerima injil ini. Kita tidak malu dengan usia PI yang ke 55 tahun? kita harus sadar dan kita dekatkan diri kepada Tuhan,” kata Pdt.Amos kepada seluruh umat Tuhan dalam ibadah HUT tersebut.

ads

Dibagian terakhir dari Firman Tuhan kata Pdt.Amos ada tiga pokok. Pertama ia minta supaya jangan lagi menengok ke masa lalu.

Baca Juga:  PT Eya Aviation Indonesia Layani Penerbangan Subsidi Wamena-Tolikara

“Kedua, kita harus mengerti dengan perkembangan situasi dunia sekarang dan yang ketiga, kita menengong ke masa-masa yang akan datang untuk hidup lebih baik di dalam Tuhan, sesuai kedewasaan usia pekabaran injil ini,” ucapnya.

Sementara itu, Pdt. Pit Usior dari Departemen Pakabaran Injil (PI) Sinode GKI di Tanah Papua mengatakan, hasil dari pakabaran injil yang telah di lakukan pada 1961 hingga 2016 yang mencapai 55 tahun telah menjadi nyata di tempat ini.

Termasuk pelayanan pemerintahan dari Kabupaten Yahukimo yang mencapai 10 tahun lebih juga telah nampak dan menjadi nyata. Tetapi tantangannya, mereka yang terpanggil untuk melayani di tempat ini, baik pelayan firman maupun petugas kesehatan dan pendidikan tidak betah tinggal di tempat ini.

“Tetapi, intinya dengan buah injil ini telah nyata, sehingga dengan perayaan pekabaran injil ke 55 ini kami harapkan, warga GKI di lingkungan Angguruk secara khusus hendaknya mengintropeksi diri atas tugas dan tanggungjawabnya dalam meningkatkan pelayanan dalam keluarga-keluarga, pengembalaan supaya tidak terpengaru dengan berbagai pengaruh yang masuk,” kata Pdt.Usiar.

Pentingnya, dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab di daerah ini perlu saling topang menopang di antara kita.

“Saya juga tadi tegaskan supaya jangan lagi ada darah yang tertumpah di daerah GKI atau Angguruk dan sekitarnya, seperti yang saya dengan ada pembunuhan, perselihan dan bermain judi, karena ini bukan buah injil, sebab buah injil itu adalah hal-hal yang baik yang mendatangkan kedamaian,” pungkasnya.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Selain itu, atas nama Sinode GKI di Tanah Papua menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Yahukimo, pihak aviasi penerbangan MAF, AMA, Yajasi, Tariku dan Susi Air yang terus bersama menopang pekerjaan pelayanan ini.

Termasuk juga kepada para hamba Tuhan yang selama ini dengan setia, tenang dan tekun melaksanakan tugas dan tanggunggjawabnya dengan baik.

Bongga Sumule, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo mewakili Bupati Yahukimo, Abock Pusop mengatakan, Bupati tidak bisa hadir karena ada kesibukan, tetapi ia menyampaikan salam kepada seluruh masyarakat di Yalimo.

Tetapi, kata Bongga, dalam 100 hari kerjanya, ia (Bupati) menyampaikan akan mengunjungi masyarakat di Angguruk dan beberapa tempat di daerah Yalimo.

“Tetapi saya mau katakan, Hut yang kita selenggarakan ini adalah saudara kembar dari Pakabaran injil dan kesehatan yang bersamaan dilakukan oleh Pdt.Siegfried Zollner dan dr.Wim Frinds di lembah Yali ini. Ini juga telah melahirkan banyak buah-buah injil yang kerja di  gereja, pemerintahan maupun di legislatif,” kata Bongga.

“Seperti bapak guru jemaat Arnol Mohi, pendeta Sama dan sejumlah guru injil dan pelayan lainnya, termasuk kepala-kepala dinas dan legislatif di Yahukimo dan di Provinsi Papua yang sedang dan terus menopang pekerjaan Tuhan di daerah ini,” ujarnya.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Tetapi, ia berpesan untuk saat ini tidak lagi terjadi saling mengorbankan di antara orang Yali dan umat Tuhan di Klasis Yalimo. Biarlah kejahatan kanibalisme di masa lalu itu terjadi untuk masa lalu saja dan tidak terbawa-bawa untuk saat ini.

Ia juga mengatakan, tantangan untuk kedepan sangatlah berat hanya karena semua orang mementingkan uang semata, tetapi jangan uang menghilangkan berita suka cita injil ini menjadi hilang.

Jika membangun infrastruktur jalan, jembatan, gedung dan pembangunan fisik lainnya, pemerintah pastinya bisa melakukan itu, namun membangun manusia tidaklah mudah, sehingga pemerintah dan gereja ini merupkan mitra yang harus bekerja bersama.

Ketua panitia HUT PI ke 55, Helewat Nelambo dalam laporannya mengatakan, Hut PI yang pihaknya selenggarakan ini adalah bagian dari wujud syukur umat Tuhan di daerah ini atas pekabaran injil yang dilakukan oleh Pdt. Siegfried Zollner dan dr. Wim Frinds.

“Kami bersyukur atas apa yang telah bapak-bapak misionaris ini lakukan. Semoga mereka terus diberkati oleh Tuhan yang mempunyai berkta,” kata Nelambo.

Sementara, pelaksanaan Hut PI sejak persiapan hingga terselengaranya berjalan dengan baik karena atas dukungan seluruh pihak. Semoga apa yang sudah dilakukan menjadi hal penting dalam pertumbuhan iman Kristus di Wilayah ini.

Pewarta: Elisa Sekenyap

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaWawancara dengan Soleman Wenda, Pemuda Papua Pendaki Pera Meak, Pegunungan Himalaya
Artikel berikutnyaFoto-Foto Soleman Wenda Mendaki Puncak Pera Meak, Pegunungan Himalaya