EditorialWawancaraWawancara dengan Soleman Wenda, Pemuda Papua Pendaki Pera Meak, Pegunungan Himalaya

Wawancara dengan Soleman Wenda, Pemuda Papua Pendaki Pera Meak, Pegunungan Himalaya

 

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pada bulan lalu, seraong pemuda asal Papua yang mengenyam pendidikan di salah satu universitas di Surabaya telah berhasil menaklukkan puncak Pera Meak di pegunungan Himalaya, salah satu pegunungan tertinggi di dunia bersama dengan dua rekannya. Mereka adalah Soleman George Bomen Wenda, Lanang Bumi Galuh, dan Ezra Dwijoyo.

Ketiga mahasiswa ini berhasil melakukan ekspedisi salju abadi dengan mendaki Pera Meak, pegunungan Himalaya di Nepal. Ketinggian yang berhasil dicapai adalah 6.461 mdpl. Dan beberapa waktu lalu, suarapapua.com berkesempatan untuk mewawacarai Bomen Wenda.

Berikut adalah wawancara Suara Papua dengan pemuda Papua tersebut:

Suara Papua        : Selamat malam Sole, perkenalkan diri anda?

Soleman                 : Nama saya Soleman George Bomen Wenda. Saya biasa dipanggil Bomen atau Soleman. Saya berasal dari Papua. Kampung kecil saya di pegunungan tengah Papua, tepatnya di Lanny Jaya Papua.

Suara Papua      : Ceritakan sedikit tentang pengalaman pendidikan anda?

Soleman                 : Saya selesaikan pendidikan SD sampai SMP di Jayapura. Setelah itu saya lanjutkan lagi di salah satu SMK yang ada di Jayapura. Setelah itu saat ini saya sedang melanjutkan kuliah di salah satu universitas di Surabaya, Jawa Timur.

Suara Papua        : Kami dengar, anda baru saja pulang dari Nepal setelah mendaki penunungan Himalaya. Sejak kapan anda tertarik pada kegiatan lintas alam?

Soleman                 : Dulunya saya tidak punya hobi pada kegiatan lintas alam. Saya mulai tertarik pada kegiatan lintas alam adan juga menjadi pecinta alam sejak saya mulai kuliah di Surabaya.

Suara Papua        : Kami mendengar, anda bagian dari pecinta alam di kampus anda. Sudah berapa kali mendaki gunung dan melintas alam di pulau Jawa?

Soleman                 : Saya sebagai salah satu anggota dari pecinta alam 17 agustus 1945 Surabaya atau yang biasa di sebut dengan nama lain PATAGA SURABAYA. Dan kampus Universitas 17 Agustus adalah kampus saya. Untuk mendaki gunung di pulau jawa sendiri, saya sudah berulang kali lakukan itu. Bahkan saya juga pernah melakukan pendakian di luar pulau jawa. Dan salah satunya adalah pegunungan Himalaya yang baru saja kami daki.

Suara Papua      : Bagaimana itu bisa terjadi. Bisa ceritakan?

Soleman                 : Saya salah satu dari sembilan peserta yang ikut tes untuk ke puncak Pera Meak. Salah satu puncak di pengunungan Himalaya di Nepal. Dari sembilan peserta yang daftar, setelah tes, saya diterima untuk berangkat ke Pera Meak, ikut dalam Tim Ekspedisi Salju Abadi (ESA). Kami berangkat tiga orang salah satunya adalah saya sendiri dan kedua teman saya. Kami melakukan Ekspedisi Salju Abadi (ESA) PATAGA Surabaya selama 26 hari. Dan puji Tuhan, dengan berkat Tuhan Yesus kami tim bisa sukses melakukan ekpedisi salju abadi PATAGA SURABAYA itu.

Suara Papua        : Lalu bagaimana dengan urusan kuliah? Apa respon kampus atas prestasi yang anda di bidang lintas alam?

Soleman              : Untuk urusan kuliah, saya sendiri saat ini sedang cuti karena terkendala dalam hal biaya. Selama ini respon kampus sangat mendukung skali. Dan mereka apresiasi karena, kami bawa nama baik kampus. sering melakukan penghijaunan tentang lingkungan.

Suara Papua        : Kami dengar sebelum berangak ke Nepa, anda pernah berusaha untuk mencari sponsor yang biasa biayai kuliah anda ke pemprov Papua.  Itu bagaimana?

Soleman                 : Perintah propinsi Papua pernah saya hubungi, tetapi perintah sendiri tidak ada respon tentang ekspedisi salju abadi ini.  Bahkan saya pernah membuat sebuah proposal untuk perintah propinsi Papua yang tercinta karena pendakian atau expedisi salju abadi ini adalah sejarah untuk Papua. Khususnya saya sangat bangga. Tapi tidak ada respon apa-apa dari pemprov Papua.

Suara Papua      : Apa motivasi utama pada kegiatan ini dan apa harapan anda?

Soleman              : Saya teratirk karena alam adalah bagian dari sumber inspirasi dan sumber hidup manusia. Kita wajib menjaganya. Lalu untuk harapan sendiri, saya pikir menikmati dan mensyukuri keindahan alam yang Tuhan ciptakan dan merawat dan menjaga kelestarian alam dengan baik. Dan saya berharap dapat terus berpetualang dan mampu menjaga kelestarian alam di sekitar kita.

Suara Papua      : Terima Kasih.

 

1 KOMENTAR

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

0
“Kepala suku jangan membunuh karakter orang Abun yang akan maju bertarung di Pilkada 2024. Kepala suku harus minta maaf,” kata Lewi dalam acara Rapat Dengar Pendapat itu.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.