Aparat Dinilai Tak Mampu Berikan Rasa Aman pada Rakyat Papua

1
2303

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Papua, Alius Asso, menilai rentetan peristiwa pembunuhan dengan modus tabrak lari oleh Orang Tak Dikenal (OTK), beberapa hari terakhir banyak terjadi karena kejanggalan aparat yang tidak mampu menjaga ketertiban untuk memberikan rasa aman kepada warga Papua.

“Kalau terjadi kecelakaan murni terhadap beberapa korban tabrak lari pasti ada goresan jatuh di tubuh mereka dan motor namun ini tidak ada bekas luka goresan sama sekali baik korbannya maupun kendaraan mereka,”  kata Alius Asso saat ditemui media ini pada Minggu (10/7/2016) di Jayapura, Papua.

Menurut Alius, untuk menyelesaikan kasus seperti ini diharapkan keterbukaan dari pihak kepolisian, motif kecelakaan yang terjadi terhadap para korban, sehingga pihak kepolisian bekerja netral untuk mengayomi rakyat untuk menetralisir situasi dan kondisi di Papua.

Baca Juga:  Pemerintah Dituding Aktor Perampas Tanah Adat Papua

“Saya lihat aparat ini tidak ada keterbukaan tapi mereka (aparat) mengatakan OTK tapi itu ternyata orang terlatih khusus seperti korban yang menimpa Pdt. Panus Heselo, di Yoka dalam namun kendaraannya berada di kolam kankung depan ini kecelakaan yang sangat tidak logis,” jelas Asso.

Asso mengaku kecewa terhadap sikap aparat karena tidak terbuka dala menangani berbagai kasus-kasus tabrak lari yang terjadi akhir-akhir ini di Papua.

ads

“Soal korban anak dari Kaimana dari keterangan yang kami terima oleh saudara perempuan korban berbeda dengan pihak kepolisan yang mengatakan korban kecelakaan karena mengonsumsi minuman keras numun keluarga korban mengatakan korban dalam perjalanan pulang dari warnet setelah mencari tugas skripsi akhir,” jelasnya.

Baca Juga:  ULMWP Mengutuk Tindakan TNI Tak Berperikemanusiaan di Puncak Papua

Sementara itu, seperti dilansir Jubi, Pendeta Dora Balubun mengatakan kesimpulan Polresta Jayapura Kota yang menyatakan kematian Alm. Robert Jitmau adalah kecelakaan lakalantas memberikan tanda tanya besar pada pihak keluarga, Solpap, gereja, LSM dan kalangan luas. Karena itu pihaknya menginginkan agar penanganan kasus ini diambil alih oleh Polda Papua.

“Kita inginkan, kasus ini diambil alih oleh Polda Papua. Karena keterangan yang kita kumpulkan melalui proses investigasi, kita lihat ada fakta-fakta yang didiamkan,” kata Pendeta Dora.

Menurutnya, pihak kepolisian seharusnya bijak dan jangan terlalu dini sebut kematiannya adalah murni kecelakaan. Selain itu, Pendeta Dora mengatakan, hingga kini pihaknya hingga kini tas almarhum yang dibawa pada saat ia ditabrak belum sampai di pihaknya. Ia khawatir tas yang berisi laptop itu hilang.

Baca Juga:  Polri akan Rekrut 10 Ribu Orang untuk Ditugaskan di Tanah Papua

“Tas yang dibawah Rojit saat itu di dalamnya ada laptop yang berisi dokumen Solpap. Maka, kami rasa polisi juga harus cari tahu segera ini lagi. Dan kami minta supaya harus kembalikan segera,” katanya berharap.

Ia menduga meninggalnya Rojit adalah kasus pembunuhan terencana, sebab selama ini Rojit berjuang perekonomian kerakyatan Papua dengan baik dan aman namun banyak oknum menilai pekerjaan almarhum adalah sesuatu yang bertentangan.

Pewarta: Oktopina Surabut

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaAMP KK Paniai-Nabire Akan Gelar Mimbar Bebas di Nabire
Artikel berikutnyaKNPB Himbau Aksi Nasional untuk 13-14 Juli 2016