PGRI: Jangan Ada Perpeloncoan dalam Penerimaan Murid Baru

0
2076

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Jayapura, Robert Betaubun, melarang keras perpeloncoan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah dalam Penerimaan Peserta Didik Baru, (PPDB) tahun 2016.

“Yang harus dilakukan adalah pendidikan karakter, itu paling penting,” kata ketua PGRI Kota Jayapura,  Robert Betaubun, di Kota Jayapura, sabtu, (16/7/2017).

Dikatakan, saat ini bukan zamannya lagi ada perpeloncoan di sekolah,  tetapi bagaimana sekarang itu merubah pola perpikir pembinan fisik itu kepada pendidikan mental karakter anak bangsa.

“Sekarang, sekolah punya tanggung jawab untuk melakukan pendidikan karakter anak bangsa. Bukan lagi melakukan perpeloncohan. Itu yang paling penting,” ucapnya

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

Untuk itu, PGRI mengajak seluruh kepala sekolah dan teman-teman guru di satuan pendidikan untuk tidak boleh ada tindakan perpeloncohan karena hal itu sudah dilarang oleh Pemerintah Pusat dalan hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

ads

 Sementara itu, masih kata Robert yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Diklat Kota Jayapura, mengemukakan bahwa, untuk Pengenalan Lingkungan Sekolah, PLS, (Mos) diharapkan juga tidak ada hal – hal yang bersifat kekerasan, tetapi bagaiman guru – guru dari metode yang lama dirubah menjadi metode yang baru,

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

 “Lebih kepada pembinaan, peningkatan, Karakter anak itu yang paling penting dalam PLS, dan bagaimana mengarahkan anak – anak mencintai sekolah, mencintai kebersihan ,dan lingkungan sekolah karena itu bukan bagian dari pembentukan karakter,” pungkasnya.

Sementara itu, seperti dikutip media ini dari kompas.com, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan kembali mengingatkan agar tak ada aksi perpeloncoan dilingkungan pendidikan.

Hal itu dikatakan Anies usai meresmikan Bandung Masagi, pola pengenalan lingkungan sekolah dengan pendidikan karakter di SMA Negeri 8 Bandung, Jalan Solontongan, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/7/2016).

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

“(Perpeloncoan) bukan kami atur, tapi kami larang dan hapuskan, karena itu praktik kolonial, warisan budaya dulu. Jadi kami hapuskan,” tegas Anies.

Dia mengatakan, cara-cara perpeloncoan yang sudah umum terjadi di lingkungan sekolah akan melahirkan tradisi negatif bagi para pelajar.

“Pengalaman senior ditekan junior dibiasakan sampai masuk kerja. Budayanya sekarang harus diubah. Bangsa kita sudah merdeka. Mari mengajarkan ketagguhan dengan kedamaian,” tuturnya.

Pewarta: Otopina Surabut

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaPatrige Renwarin: Banyak Anggota Polisi Tidak Profesional dalam Menjalankan Tugas
Artikel berikutnyaKebebasan Menyampaikan Pendapat dan Diskriminasi Rasis Terhadap Orang Papua