Adat Bukan Kafir, Adat Itulah Undang-Undang dari Tuhan

1
4207

Oleh: John NR Gobai

Dalam adat dikenal tentang Sang Pencipta, Bapa Yang Kudus, Bapa di Tempat Yang Maha Tinggi. Itulah yang disebut tentang Pribadi Allah yang dalam berbagai suku di Papua, disebut; Ugatame (dalam Bahasa Mee), Unggakame (dalam Bahasa Amungme), Manseren Ronanggi (dalam Bahasa Byak).

Sebutan-sebutan ini disebutkan untuk Allah yang kita kenal dalam Alkitab. Dalam Alkitab, kita kenal hukum Taurat yang ajarannya dimulai sejak jaman Nabi Musa yang kita kenal dengan 10 Perintah Allah.

Hukum Taurat ini juga di Papua kita kenal dengan adat. Siapa yang melanggar kata-katanya, dia melanggar adat, yang tentunya sama dengan melanggar hukum Taurat dalam Kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama yang berlaku bagi Israel.

Adat dalam Pandangan Alkitab

ads

Ketika keruntuhan Israel, Allah kecewa terhadap bangsa ini karena mereka tidak berpegang pada perjanjian dengan nenek moyang Israel tidak berpegang pada ketetapan-Nya dan Undang-undang-Nya, dan Tuhan memperingatkan kepada Israel.

Tuhan telah memperingatkan kepada orang Israel dan kepada orang Yehuda dengan perantaraan semua nabi dan semua tukang tilik; “Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek-moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi” (II Raja-Raja 17:13).

Setelah kelahiran Yesus dan setelah tiba waktunya untuk bersaksi tentang BapaNya yang mengutus, Yesus kembali mengajarkan kepada Murid-muridnya dan kepada umat. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17).

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Jelas bahwa Yesus tidak membatalkan Hukum Taurat. Dalam Matius 5:19, bahwa siapa yang tidak melakukan dan tidak mengajarkan hukum Taurat, bila ia masuk surga, maka tempatnya adalah yang paling rendah. Tetapi bagi siapa yang melakukan dan mengajarkan hukum Taurat, maka tempatnya akan tinggi di dalam Kerajaan Surga.

Pandangan yang Berbeda

Rasul Paulus dalam surat Efesus 2:15 menyatakan bahwa Yesus membatalkan Hukum Taurat, dengan menuliskan: “Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.”

Walaupun demikian suratnya ke Jemaat Efesus, tetapi dalam surat ke Jemaat di Roma, Rasul Paulus juga menulis tentang Hukum Taurat. “Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.” (Roma 2:13)

Rasul Paulus juga menulis tentang siapa yang tidak punya Hukum Taurat, namun melaksanakan Hukum Taurat. “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela”. (Roma 2:15)

Realitas Hari Ini

Beberapa orang dalam tulisan menyebutkan bahwa Gereja yang ada sekarang adalah Gereja yang dikembangkan Rasul Paulus. Mungkin karena itu Gereja Katolik dalam setiap ibadah selalu menjadikan bacaan dari Surat Paulus adalah bacaan kedua.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Terkait dengan adat, pandangan Paulus telah menjadi dasar untuk Gereja harus mengatakan adat itu kafir tanpa memahami lebih jauh tentang nilai-nilai adat yang ada, seperti yang tersurat dalam Efesus 2:15: “Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia, Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.”

Pandangan ini juga yang melintas dalam ilmuwan masa lampau yang menilai adat dengan pandangan yang tidak tepat.

Kaum yang mengatakan adat itu kafir, tidak melihat lebih jauh tentang nilai dan norma hidup yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat adat, yang telah mengatur keharmonisan dan keserasian dengan Allah, sesama dan alam sekitarnya.

Kaum ini juga tidak melihat adanya larangan dalam adat yang juga disertai dengan sanksi bagi yang melanggar.

Kaum ini juga tidak melihat adanya ritual penyesalan permohonan kepada Yang Maha Pencipta melalui penyucian dengan media pengorbanan, babi, sama seperti Bangsa Israel dengan domba, yang kemudian mencapai Kanaan, negeri yang dijanjikan Tuhan.

Konteks Papua

Akibat termakan oleh ajaran kaum romantik, banyak juga orang Papua yang merasa adat itu kafir, adat itu tak perlu diikuti, sehingga mereka merasa adat tak perlu ditaati, akibatnya dalam kehidupan kita seperti manusia yang bimbang antara mengikuti Alkitab, Adat dan Adat Baru yang dikenalkan oleh jaman ini.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

Banyak kali saya membaca banyak tulisan orang Papua yang mengutip kata-kata dari I.S. Kijne: “… bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri”. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bangkit dengan menggunakan apa? Apakah menggunakan Teori Kiri, Teori Perang atau menggunakan ajaran Che Guevara, atau tokoh yang lain?.

Jika kita ingat syair satu lagu dari I.S. Kijne, yang menyebutkan, “Adat itulah Undang-Undang Tuhan Israel pegang trus sejak dari perhambaannya” yang merupakan tafsir dari II Raja-Raja 17:13.

Dalam rangka mengkonkritkan nubuat I.S. Kijne, maka bangsa Papua harus bangkit dengan menggunakan adatnya yang adalah Undang-undang dari Tuhan yang telah diberikan kepada para leluhur bangsa Papua untuk dapat keluar dari situasi yang ada saat ini menuju Papua baru yang bangkit, mandiri dan sejahtera.

Penutup

Jangan berpikir bangsa lain menjadi besar hanya karena ilmu, teknologi dan pengetahuan. Bangsa-bangsa itu juga awalnya mulai bangkit dengan menggunakan adatnya.

Mari kitong semua belajar kembali adat. Di sana ada kekuatan, larangan, nilai dan norma dan penyucian diri dosa. Di sana ada jalan keselamatan inisial dan kekal. Di sana kita akan menemukan Taman Firdaus, dimana kami semua berasal. Di sana kita akan menemukan kekuatan untuk jalan menuju Kanaan.

Penulis adalah Ketua Dewan Adat Paniyai

Artikel sebelumnyaCipta Aman Jelang Pilkada Serentak di Dogiyai
Artikel berikutnyaDua Kali Menang, Sepakbola PON Papua Pimpin Grup C