Pemkab Dogiyai Diminta Serius Tangani Sampah

0
2691

DOGIYAI, SUARAPAPUA.com — Pemerintah Kabupaten Dogiyai diminta segera tangani sampah dengan menyediakan tong sampah, truk sampah dan tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini penting untuk mengantisipasi tersumbatnya aliran air yang mengakibatkan luapan di muara Kali Edege, Distrik Kamuu Selatan.

Banjir bandang yang “merendam” kebun dan rumah warga 9 kampung di distrik itu pada Juli hingga Agustus 2016 diduga karena sampah-sampah dari Moanemani dan sekitarnya menyumbat muara pembuangan air.

Yulianus Tibakoto, Kepala Distrik Kamuu Selatan, mengatakan, banjir yang terjadi pada tahun sebelumnya tidak terlalu besar, sehingga luapannya juga tidak besar. Tetapi banjir kemarin sangat besar hingga meluap bahkan merendam rumah dan kebun warga setempat.

“Kali Edege meluap karena tempat pembuangan air di muara kecil, sehingga tersumbat dengan sampah,” kata Tibakoto kepada wartawan, Senin (3/10/2016) di Moanemani.

Akibat banjir beberapa waktu lalu, kata dia, kerugiannya miliaran rupiah bila dihitung. “Banjir besar dengan dampak cukup terasa,” ujarnya.

ads

Diberitakan media ini, banjir bandang memporak-porandakan 9 kampung di distrik Kamuu Selatan sejak 17 Juli 2016 setelah Kali Edege meluap pasca diguyur hujan lebat. Dampaknya, 218 rumah dan 2.000 kebun milik warga setempat terendam air. Tak terkecuali 200 ekor ternak piaraan bahkan terhanyut banjir. Adapun 9 kampung itu, Digikebo, Maatadi, Tuwaida, Ugikagouda, Botumoma, Puweta I, Puweta II, Yepo, dan kampung Obaibega.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Menurut Tibakoto, masyarakat di distrik Kamuu Selatan minta kepada pemerintah daerah, instasi terkait agar segera serius tangani masalah sampah.

Ia berharap, pemerintah harus segera antisipasi dengan cara membuat tempat sampah di lokasi tersendiri, sediakan bak sampah di tempat-tempat keramaian, dan sediakan pula truk sampah.

Selain itu, pembuatan kios dan rumah tak boleh dekat kali. “Pemerintah harus atur, kios-kios harus jauh dari kali. Karena orang kadang membuang sampah semua di kali. Tahun ini pemerintah  harus tangani secara serius, agar kedepan tidak keluarkan dana yang besar untuk tangani soal ini,” ungkap Tibakoto.

Semua kali yang ada di Lembah Kamuu bermuara ke satu titik, hanya saja menurut dia, tempat keluar air berukuran kecil. “Kadang tertutup sampah-sampah. Batunya asli susah hancur, harus buat kawat kerang untuk dibersihkan pada saat musim kemarau. Harus kerja sama, Dinas Kebersihan, Pekerjaan Umum, dan lainnya,” jelasnya.

Baca Juga:  PWI Pusat Awali Pra UKW, 30 Wartawan di Papua Tengah Siap Mengikuti UKW

Pemerintah juga diminta buat papan larangan buang sampah di bantaran kali. Tempat pembuangan sampah harus jauh dari semua kali yang ada di Dogiyai.

“Jika saat ini tidak ditangani serius, maka dampak kedepan, tahun 2020, Dogiyai bisa berubah jadi danau. Bila pemerintah lamban dalam menanganinya,” ujar Tibakoto.

Sementara, pemerintah daerah sudah tentu tahu dampak kedepan jika soal sampah dan dampaknya tak dipikirkan. Karena itu, diusulkan solusi lain, reboisasi perlu dilakukan di pinggiran kali, juga di kepala air kali.

“Tangani secara serius soal sampah, di titik-titik rawan. Jangan biarkan sampai ada masalah baru mau repot,” tegasnya.

Terpisah, Yosua Kotouki, warga Kamuu Selatan, menyayangkan sikap apatis pemerintah terhadap persoalan banjir. Menurutnya, bila sampah tak tangani serius, lembah Kamuu bakal menjadi danau.

Baca Juga:  KPU Papua Terpaksa Ambil Alih Pleno Tingkat Kota Jayapura

Kata Yosua, hal ini karena semua sampah yang dibuang ke kali, semua terbawa arus air hingga tempat pembuangannya tersumbat dan mengakibatkan air meluap seperti kejadian bencana bulan Juli hingga Agustus 2016.

“Di bagian sebelah gunung itu ada sekitar tujuh tempat air muncul, lalu masuk dalam tanah lagi. Jadi, kalau semuanya tersumbat, ya pasti akan menjadi danau,” khawatir Yosua.

Biasanya, hujan sedikit saja, banjir. Airnya tergenang menutupi semua kawasan selatan Kabupaten Dogiyai. “Banjir kecil saja, biasa kering selama dua minggu sampai tiga minggu paling lama. Jadi, pemerintah harus seriusi soal ini,” pintanya.

Di Moanemani dan sekitarnya, banyak kios dan bengkel dibangun di pinggir Kali Tuka, Kali Tokapo, Kali Mauwa, Kali Okeiya. Sampah dapur biasa dibuang ke kali. Pun, potongan roda dan lain-lain. Ini bikin muara air tersumbat. Tempat pembuangan di muara, kecil dan rawan tersumbat.

Pewarta: Agustinus Dogomo

Editor: Mary Monireng

Artikel sebelumnyaKita Semua Bangsa Pendatang dan Multiminoritas Penghuni Gugusan Kepulauan Nusantara
Artikel berikutnyaSelamat Jalan Sang Filsuf Mee