JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Dony Gobay, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Cenderawasih (Uncen) Jayapua menyebutkan ada perubahan mendasar yang signifikan di fakultas Kedekteran (FK) Uncen setelalah adanya protes dari mahasiswa dari fakultas tersebut.
Gobay menjelaskan, soal fakultas kedokteran ia sangat bersyukur karena semenjak ada pergerakan mulai nampak perubahan secara signifikan. Yang paling mendasar dapat dilihat adalah adanya pembenahan fasilitas, tenaga dosen dan penertiban sistim akademik yang ada di kampus.
“Jadi dalam dua tahun terkahir ini fakutas kedokteran menerima mahasiswa sesuai dengan bobot yang ada yaitu sesuai dengan tenaga pendidik dan fasilitas yang ada,” jelasnya kepada wartawan di Abepura, Senin (9/1/2017) lalu
Ia mengtakan, tidak dapat pungkiri bahwa di tahun mendatang FK Uncen akan menjadi rebutan banyak orang. Karena secara kasat mata dalam progresnya kampus Uncen akan menjadi kampus yang bisa jadi kampus yang akan direbut banyak orang.
“Kami melihat ada perkembangannya sangat cepat karena fakultas ini adalah salah satu fakultas kedoteran dengan biaya yang sangat murah di negara ini. segala macam sistim akademiknya dibackup oleh pemerintah daerah. maupun pemerintah pusat,” katanya.
Dirinya berharap agar pihak FK Uncen lebih mempertahankan apa yang sudah diraih saat ini dan proses pembangunan rumah sakit uncen bisa dipercepat proses pengerjaannya.
“Supaya paling tidak, Uncen sebagai kampus neger ini dapat memiliki satu rumah sakit sendiri, rumah sakit pendidikan, rumah sakit rujukan, rumah sakit untuk masyarakat. Supaya kami bisa memiliki tenaga kesehatan dan praktisi kesehatan di tanah Papua sehingga masalah-masalah kesehatan di Papua dapat dipercahkan,” ujarnya.
Menyoal masalah di FK Uncen, berdasarkan hasil yang ditemukan Tim penelusuran permasalahan FK Uncen yang difasilitasi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giyai, M.Kes bersama Direktur RSUD Dok 2 Jayapura telah bekerja dengan melakukan sejumlah pertemuan koordinasi dan pengkajian.
Dalam pertemuan yang berlangsung pada Kamis 12 Juni 2014 dan Selasa 1 Juli 2014 lalu bertempat di Kantor UP2KP Jalan Baru Kotaraja, terkuak beberapa permasalahan yang menyelimuti kampus FK Uncen. Bola salju permasalahan FK Uncen yang menggelinding itu berawal dari aspirasi yang disuarakan oleh para mahasiswa Fakultas kedokteran pada akhir 2013 lalu yang menghendaki perlunya pembenahan menyeluruh atas kampus mereka (FK Uncen).
Hasil pertemuan, tim Pemda ini melihat bahwa sesunguhnya ada sejumlah hal pokok (mendasar) yang telah mengemuka. Dari sejarahnya diketahui bahwa hadirnya Fakultas Kedokteran (FK) Uncen yang dirintis sejak 2002 silam telah dilatarbelakangi oleh kondisi dan permasalahan kesehatan yang kompleks di Tanah Papua sehingga hadirnya fakultas kedokteran di Uncen menjadi suatu kebutuhan mendesak.
Bahwa pendirian FK Uncen harus berbeda dari fakultas kedokteran yang ada di universitas lain guna menjawab permasalahan kesehatan yang ada sehingga visi-misi pendirian FK Uncen sejak awal disebut dengan “Fakultas Kedokteran Plus”.
Cita-cita besar dari pendirian FK Uncen Plus itu adalah bahwa keberadaaan fakultas ini nantinya dapat menampung, mendidik dan menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan (khususnya tenaga dokter) yang diharapkan dapat berkarya di tengah-tengah masyarakat Papua yang memiliki permasalahan kesehatan yang masih sangat memprihatinkan saat ini.
Dengan demikian hadirlah Fakultas Kedokteran (FK) di lingkungan Universitas Cenderawasih pada tahun 2002, tahun dimana Otonomi Khsusus bagi Provinsi Papua saat itu baru bergulir. Sejak itu konsep awal pendirian FK Uncen menurut para penggagasnya terbilang sangat ideal. Hanya saja setelah hampir 12 (dua belas) tahun berlalu, penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Uncen telah mengalami banyak persoalan. Bahkan bisa dibilang sudah menyimpang (bergeser) jauh dari cita-cita (visi-misi) pendiriannya sejak awal.
Salah satu faktor utama dari gagalnya FK Uncen dalam memenuhi cita-cita pendiriannya adalah karena persoalan manajerial (kepemimpinan) yang kemudian ikut berimbas pada persoalan-persoalan lain di lingkungan internal kampus ini sehingga mempengaruhi citra FK Uncen secara umum maupun lulusan dokternya di mata publik.
Akumulasi berbagai permasalahan yang terjadi di kampus ini (FK Uncen) kemudian berdampak negatif bagi para mahasiswa/i-nya. Keinginan untuk dapat mengikuti proses perkuliahaan di kampus FK Uncen dengan dukungan sejumlah fasilitas yang tersedia ternyata belum bisa terpenuhi hingga di usianya yang ke 12 (dua belas) tahun saat ini.
Bahkan dari waktu ke waktu keberadaan FK Uncen makin mendapat citra buruk di mata publik pencinta pendidikan kedokteran berkelas maupun masyarakat luas yang menghendaki dokter-dokter lulusan Uncen harus berkualitas. Permasalahan inilah yang kemudian menarik perhatian sejumlah mahasiswa/i FK Uncen yang kritis untuk menyuarakan perlunya perubahan dan perbaikan radikal atas kampus mereka.
Permasalahan yang terjadi di kampus FK Uncen menyiratkan perlunya tanggung jawab pembenahan yang tidak hanya harus datang dari pimpinan di lembaga pendidikan tinggi ini semata. Pemerintah daerah sebagai pengguna (user) tenaga kesehatan (khususnya tenaga dokter) yang nantinya berkarya di bidang kesehatan juga perlu memberikan andil besar guna pembenahan dan peningkatan kualitas FK Uncen ke depan.
Pada saat ini tim pernah merekomendasikan empat hal, antara lain: Petama, Perlu dibentuk TIM 10 yang fungsinya mengawal keberadaam FK Uncen ke depan. Karena itu 10 orang yang menjadi penggagas atau yang menjadi anggota TIM 10 dalam pembentukannya perlu mendapat mandat/penunjukan melalui surat keputusan (SK) Rektor Uncen sehingga tugas TIM 10 nantinya dapat mengawas Dekan FK Uncen dalam hal kepemimpinan. Diharapkan TIM 10 atau tim pakar yang akan dibentuk nanti dapat merancang ‘grand design FK Uncen’ yang ideal sebagaimana yang diharapkan.
Kedua, Tim yang akan dibentuk Dinkes Provinsi Papua dengan dukungan anggota personil dari lembaga terkait, perlu disingkronkan dengan Tim Pengawas FK Uncen yangsudah dibentuk secara internal. Tim Dinkes Papua mestinya dapat fokus pada bagaimana menginventarisasi persoalan, mengkaji, dan memberi rekomendasi kepada Gubenur maupun Rektor Uncen mengenai perlunya pembenahan atas kekurangan fasilitas yang ada di kampus FK Uncen.
Ketiga, Perlu dibentuk Badan Koordinasi (BAKOR) antara RSUD Dok 2 dan pihak Uncen (FK). Bakor ini nantinya berfungsi sebagai jembatan penghubung antara Pemda Provinsi, RSUD Dok 2 dan FK Uncen untuk mengkoordinasikan hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan RSUD Dok 2 sebagai tempat praktek bagi mahasiswa kedokteran. Di dalamnya termasuk dukungan fasilitas penunjang dan lain-lain. Format pembentukan BAKOR dapat disiapkan.
Dan keempat, Perlu dilakukan pembenahan kurikulum FK Uncen yang disesuaikan dengan perkembangan terbaru. Untuk melakukan upaya ini bisa meminta para pakar dari Fakultas Kedokteran (FK) UI, Unair atau UGM yang telah memiliki Fakultas Kedokteran yang tertua dan terkenal kualitasnya.
Pewarta: Arnold Belau